Thursday, February 14, 2019

Untuk Kamu--Aku 10 Tahun yang Lalu



Untuk kamu--diriku 10 tahun yang lalu. Aku hanya ingin memelukmu erat dan berbisik lirih, “terima kasih”.

Andai, waktu diputar ulang membawaku kembali ke masa lalu—10 tahun lalu. Aku yang saat ini bertemu kamu--aku 10 tahun lalu. Aku yakin kamu baru saja kelelahan mengayuh sepeda merahmu. Menyusuri jalan menanjak dan menurun di Purwokerto. Sepeda yang akan menemanimu tiga tahun kemudian. Sepeda yang membuatmu kuat dari pelbagai macam hujatan, yang ternyata itu tidak seberapa.

Sepuluh tahun lalu itulah masa keemasanmu. Kamu yang begitu percaya diri bisa melakukan pelbagai hal. Bebas membuat banyak hal tanpa rasa takut dengan tuntutan hidup orang dewasa. Menembus dunia baru, bahkan membayangkannya saja belum pernah.

Aku tidak pernah membayangkan waktu itu kamu berani sekali memulai perjalanan panjang. Anak yang penakut, cupu, pemalu, dan jelek itu pergi jauh dari rumah. Aku tidak akan pernah menyesal pernah melakukannya. Justru aku bangga denganmu, kamu membuktikan bahwa kamu bisa. Dan itulah sebabnya aku sekarang berani berkelana jauh sendirian.

Satu hal yang aku sesali. Kenapa kamu mudah percaya pada orang lain? Aku kasih tahu sekarang, mereka yang 10 tahun lalu kamu anggap baik ternyata jahat. Mereka dengan mudah menyakitimu, mengkhianati kepercayaanmu, dan tidak tanggung-tanggung sekarang mereka dengan mudah menghinamu di depan umum. Dan, aku--kamu yang sudah 10 tahun berlalu ini--harus menanggung sakit hati itu sekarang. Aku menangis saat ini mengingat hal itu. JANGAN PERCAYA ORANG LAIN, BODOH! Aku ingin menulis itu 1000 kali untuk menamparmu!

“Kamu mau kopi?” aku akan memberimu kopi dulu, sebelum bertanya padamu lebih lanjut. Agar kita bisa mengatur jalan supaya kamu bisa berdamai dengan kebodohan itu. Walau itu sudah terlambat, apakah kamu ingin menguatkanku agar bisa lolos dari bayang-banyang kebodohanmu itu? Jangan kasih aku kopi, aku tidak akan percaya kamu akan menawariku secangkir kopi dan kita mengobrol di sebuah kedai kopi. Ini aku yang sekarang, yang akan dengan mudah keluar masuk kedai kopi, mencicipi kopi paling kini. Kamu, mana bisa seperti itu.

Oke, kamu pasti akan mengelak, “tapi mereka baik ke aku kok”. Ya, itulah kebodohanmu—aku 10 tahun lalu. Mudah sekali dibodohi, diperalat orang, sampai harus menanggung beban orang lain. Iya, iya, iya, cukup. Karena itu satu-satunya kekurangannmu 10 tahun lalu. Sudah, pembahasan ini hanya akan memasukkan aku ke api neraka seketika.

Selebihnya, aku begitu bangga padamu. Luar biasa bangganya sampai aku ingin bilang terima kasih jutaan kali agar kebodohanmu itu bisa aku kubur dalam-dalam. Tenang saja kamu dari dulu pintar sekali menyimpan perasaan, pun sampai sekarang.

Mana ada temanmu yang tahu kalau waktu itu kamu dekat dengan 2 laki-laki sekaligus. Iya, dekat saja kan kamu bodoh, mudahnya percaya dengan orang lain dan suka bingung sendiri. Tapi kamu waktu itu seperti sudah punya firasat akan ditinggalkan. Dalam hal ini kamu hebat, sudah punya perisai kuat. Lebih baik ditutupi dan jangan sampai patah hati.

Sudah aku bilang sepanjang tahun 2009 itu tahun keemasanmu. Banyak hal yang kamu capai apalagi soal finansial. Kamu yang pintar menjadikanmu banyak mendapat beasiswa. Ditambah kerja serabutanmu yang lumayan banyak juga. Kalau mau dibandingkan penghasilanmu saat ini dengan 10 tahun lalu itu lebih besar yang dulu. Kok bisa?

Coba sekarang kamu tanya pada dirimu? Lelahkah? Itu belum seberapa lelahnya karena sekarang kamu lelah tidak bisa melakukan banyak hal. Iya, aku yang sekarang hanya bisa melamun sepanjang hari. Melamun dan menunggu kamu yang sepuluh tahun lalu akankah datang kembali?

Aku menjemputmu sekarang, aku rindu kamu. Sungguh rindu ini menggodaku setiap malam, kapan aku bisa sebebas kamu—aku 10 tahun yang lalu? Kalau kamu tidak ingin merasakan seperti yang aku rasakan sekarang, jangan pernah sekalipun pulang ke rumah! Jangan! Teruslah berjalan ke manapun kamu mau. Pergilah sejauh mungkin, temukanlah rumah yang sesungguhnya. 

Aku mencintaimu—aku 10 tahun lalu. Sungguh sangat cinta. Kalau waktu bisa aku atur sesukaku, akan aku ulang terus tahun 2009 ini. Aku mencintaimu dengan segala kebodohan dan keberanianmu.

Oke, aku makin gila sekarang karena menginginkanmu. Tapi maukah kamu—aku 10 tahun lalu—ikut denganku sekarang. Menemaniku yang tengah membangun lagi semua hal yang pernah kamu rintis waktu itu. Sesuatu hal yang seharusnya sekarang aku petik hasilnya atau teruskan. Tapi harus aku bangun lagi dari pondasi karena kebodohanmu itu.

Sudah aku bilang hanya kebodohanmu yang percaya dengan orang lain itu yang membuatmu hancur hari ini. Jadi, saat ini ketika aku ingin memulainya lagi,aku ingin hanya ada kamu di sisiku. Tidak ada lagi mereka, hanya aku dan kamu, agar kita 10 tahun yang akan datang tidak makin hancur.

Bagaimana? Kamu terima tawaranku? Genggam tanganku kalau iya.

1 comment:

Terimakasih sudah membaca, silahkan berkomentar

Translate

Popular Posts