Bu, aku mau mengingatkanmu lagi
bahwa aku masih anakmu. Anak yang sudah ibu cintai bahkan sebelum lahir. Membuatmu
mengorbankan waktu, tenaga, bentuk badan yang kian melebar, bahkan nyawa hanya
untukku. Anak yang ketika kecil susah sekali disuruh makan. Namun, diam-diam
ibu bebankan segudang harapan.
“Aku berharap semoga kelak kau
jadi orang sukses, Nak,” diam-diam ibu selalu mengucapnya dalam setiap doa. Aku
tahu, bu. Hatiku bisa merasakannya dari sorot mata ibu, setiap aku pergi meminta
restu.