Saya menulis artikel ini di
sebuah sudut Perpustakaan Daerah Cilacap yang mulai ramai manusia, sedikit
bicara. Kalau kalian pikir perpustakaan itu sepi, benar. Kalau kalian tanya,
apakah perpustakaan bisa ramai? Bisa.
Pertama kali saya menginjakkan
kaki di Pusda Cilacap, saya masih SMA kelas 1. Sekolahan saya jaraknya tidak
lebih dari 1 km dari Pusda Cilacap. Seminggu sekali saya ke sana bersama
teman-teman atau sendirian. Ketika itu perpustakaan masih sangat ramai. Untuk
mendapatkan buku Mira W. saja harus berebut. Maklum, saat itu sosial media
belum seramai sekarang. Friendster saja
baru saya kenal saat kelas 2 SMA.
Sekarang pun perpustakaan masih
ramai. Hanya saja mereka membawa gagdet-nya
sendiri-sendiri (termasuk saya). Perpustakaan sekarang menjadi tempat hotspot area. Semua orang bisa mengakses
internet secara gratis atau berbayar
di perpustakaan. Sangat jarang saya mendapati ada pengunjung yang benar-benar
membaca buku. Buku best seller seperti
Laskar Pelangi, 5 cm, sampai buku-buku Tere Liye pun banyak yang menganggur.
Kemajuan atau kemunduran?