Showing posts with label lomba. Show all posts
Showing posts with label lomba. Show all posts

Tuesday, December 4, 2018

Karimunjawa, Real Wonderful Indonesia

Kali ini jantungku mulai terbiasa dengan apa pun yang akan terjadi sepanjang perjalanan. Ini bukan kali pertama aku bepergian ke tempat asing yang belum pernah sekalipun aku singgahi. Semesta selalu punya cara. Itu yang aku yakini agar apapun yang terjadi dalam perjalanan, hati ini bisa berdamai dengan keadaan. Dan semesta kali ini menjatuhkan pilihannya pada Karimunjawa.

Thursday, May 31, 2018

Wana Wisata Salam Sari - Tempat Wisata di Jalur Mudik Selatan

Bulan spesial ini selalu ditunggu umat muslim di Indonesia. Sambutannya terasa dari jantung ibukota sampai pelosok gang-gang kecil. Bahkan sampai ke tempat sunyi nan asri di tepian pematang sawah. Semua merasakan suasana khas di bulan Ramadan. Dari mulai membeli perlengkapan beribadah sampai makanan khas ramadan. Ada juga yang mengikuti beraneka ragam kegiatan ramadan sesuai dengan tradisi di masing-masing daerah.
Tahukah kamu? Tradisi ramadan di setiap pelosok Indonesia berbeda-beda. Tapi ada satu tradisi di penghujung bulan Ramadan yang dilakukan semua kalangan. Satu tradisi ini tidak memandang bulu, apapun jabatannya, sukunya, rasnya, warna kulitnya, bahkan yang berbeda agama pun ikut merasakannya.

Sunday, January 7, 2018

Pesona Alcatraz-nya Indonesia

Kalian tahu Alcatraz? Tempat yang konon menjadi penjara paling menyeramkan di dunia. Kali ini saya bukan mau bercerita tentang Alcatraz. Karena saya juga belum pernah menginjakkan kaki di sana. Ini cerita tentang tempat yang disebut-sebut sebagai Alcatraz-nya Indonesia. Ya, itulah Pulau Nusakambangan.

Pulau dengan luas sekitar 210 km2 ini terkenal dengan penjara kelas kakapnya. Total ada sembilan lapas yang ada di Nusakambangan. Namun sekarang hanya empat yang masih beroperasi, yaitu: Lapas Batu (dibangun 1925), Lapas Besi (dibangun 1929), Lapas Kembang Kuning (tahun 1950), dan Lapas Permisan (tertua, dibangun 1908). Dan sudah banyak nara pidana yang dieksekusi mati di sana. Seram, ya.

Saturday, September 30, 2017

Pesan Untukmu, Kekasih





Kekasih, bagaimana kabarmu hari ini? Sudahkah kau membaca pesanku? Aku sedang berada di gerbong 5/12A. Dalam perjalanan Pasar Senen-Purwokerto yang pernah menjadi awal hubungan kita. Aku kirim pesan itu tepat setelah kereta berangkat. Tepatnya setelah aku berhasil menata napas yang berlari-lari dikejar waktu. Kau tau kan, kalau kereta tidak pernah ingkar waktu meski ekonomi sekali pun.

Pagi tadi aku bangun dengan terburu-buru. Bukan karena tas yang belum dikemas. Tapi hati ini begitu cemas. Memikirkan kamu yang tak kunjung memberi kepastian. Padahal kau tau aku tak pernah sedikit pun membiarkanmu kesepian. Sembilan jam perjalanan akan aku lalui hari ini. Kau tidak perlu khawatir perjalanan panjang ini tidak akan membosankan untukku.

Bagaimana tidak? Berada di gerbong ekonomi Serayu terasa begitu dingin dengan pendingin ruangan yang selalu menyala sepanjang perjalanan. Bajuku yang panas berkeringat karena lari, bisa tidak lebih dari sejam langsung kembali kering. Belum lagi pemandangan pegunungan yang hijau menyejukkan mataku.

Kekasih, kau tidak perlu khawatir aku lupa makan. Tidak, jangan balas pesanku tadi dengan, “Sudah makan belum?”. Kau harus tau beberapa menit sekali para pramusaji berjalan dari satu gerbong ke gerbong lainnya. Menjajakan makanan yang banyak jenisnya. Aku tinggal membelinya satu sebagai sarapan sekaligus makan siang.

Irit? Ah, tidak juga. Kalau kau tahu, aku bisa membeli dua porsi makanan di luar kereta ini. Tapi aku harus membelinya hanya seporsi karena ini di atas kereta. Aku tidak ada pilihan untuk memilih yang lebih murah apalagi menawar. Tidak ada penjual lain selain pramusaji yang berseliweran tadi. Tidak ada ibuk-ibuk yang berteriak, “Pecel, pecel, pecel!”. Dan teman-temannya yang mulai terusir dari kereta semenjak tahun 2013-an.

Kau juga tidak perlu khawatir, semenjak itu juga keadaan di dalam kereta menjadi aman dan nyaman. Dapat dipastikan hanya ada penumpang dan petugas kereta saja yang ada di sepanjang perjalanan. Tidak ada pengamen yang bernyanyi cempreng. Tidak ada copet yang suka mepet-mepet.

Sepi? Iya, apalagi tidak ada kamu yang sesekali meminjamkan bahu ketika mataku mulai sayup mengantuk. Memang sudah ada penyewaan bantal yang wangi nan empuk. Tapi itu tidak begitu membantu, karena tempat duduk yang senderannya berdiri tegak lurus 90o ini tetap saja membuat punggungku panas. Belum lagi bangku yang busanya mengeras.

Kekasih, seharusnya kau kirimkan pesan padaku, “Sudah sholat belum?”. Aku akan menghela napas panjang kelimpungan membalas pesanmu yang satu ini. Bukan karena memang aku belum pernah bisa sholat tepat waktu. Tapi aku bingung harus sholat di mana. Tenang, untung saja ada tempat duduk kosong di ujung gerbong. Coba kalau semua tempat duduk sepanjang gerbong terisi. Aku bisa melewatkan waktu dhuhur, azhar, dan mungkin saja magrib dalam sehari ini.

Jangan tanya untuk wudhunya bagaimana? Semua aku lakukan seadanya dalam kamar mandi yang airnya ikut bergoyang seiring kereta yang berjalan. Aku tahu seharusnya ini bukan penghalang, apalagi cari-cari alasan. Tapi bolehkan aku berharap bisa beribadah dengan nyaman?

Kekasih, jangan lupa kau harus menjemputku tepat waktu. Jangan biarkan aku terlunta-lunta nyaris menginap lagi di stasiun. Di dalam stasiun memang terjamin keamanannya. Tapi penumpang tidak dibiarkan berada terus-terusan di dalam stasiun. Aku harus keluar walau hari sudah malam. Dan di luar stasiun itu tidak ada yang menjamin keselamatanku, kekasih. Siapa saja bisa menyeretku, memaksa, dan entah apalagi meski aku masih di dalam pagar stasiun.

Aku tahu ini tidak seberapa dibandingkan dulu. Tapi boleh kan aku berharap lebih baik lagi? Kau tahu kekasih, kereta ini bukan baru kemarin sore ada di negeri ini. Ia sudah ada dari 72 tahun yang lalu, bahkan lebih dari itu. Hanya saja angka 72 adalah angka resmi PT KAI bergabung dengan NKRI.

Kekasih, kalau kita sudah 72 tahun akan seperti apa? Kita pasti sudah menua dan punya cucu. Cucu kita kelak mungkin akan menemukan jodohnya di kereta super cepat. Kereta yang lebih aman dan nyaman dari pada sekarang. Kereta yang mungkin bukan hanya menghubungkan satu kota ke kota lain tetapi satu pulau ke pulau lain. Kau pasti tahu, kekasih, negeri kita ini kepulauan. Bukan tidak mungkin bila hal itu terwujud.

Tapi bukan itu intinya. Bukan apa-apa saja yang sudah berubah dan kita dapatkan setelah waktu berjalan. Tapi bagaimana kita bisa berproses terus lebih baik melalui segala rintangan. Terus berinovasi seiring perkembangan jaman. Seperti kereta ini, tetap setia mengantar penumpang selamat sampai tujuan.

Aku tahu, aku juga punya kekurangan, kamu pun demikian. Tapi ingatlah kekasih, orang yang penuh kekurangan itu bukan mereka yang dalam keadaan buruk. Tapi mereka yang tidak mau berproses dan tetap terpuruk.

Salam,
-kasih-

Thursday, June 22, 2017

Proses Tidak Pernah Mengkhianati Hasil

Yuk, ikutan klik uniekkaswarganti.com

Selalu ada proses dalam setiap hal. Saya termasuk yang lebih menghargai proses dari pada hasil. Merasakan setiap perjuangan untuk mendapatkan sesuatu itu rasanya jauh lebih nikmat, apa pun hasilnya. Karena kenangan akan sebuah perjuangan akan membekas terus sampai kapan pun juga. Seperti tentang perjuangan saya mendapatkan notebook.

Saya dari kecil sudah terbiasa berjuang untuk mendapatkan sesuatu. Saat saya baru bisa menulis, saya sudah mencatat keuangan saya sendiri. Serius. Kalian mungkin tidak akan percaya, anak kelas 1 SD sudah membuat catatan keuangan dengan kolom masuk dan keluar. Tapi itulah yang saya lakukan ketika anak lainnya masih merengek minta uang untuk beli jajan, saya sudah mencatatnya dengan baik.

Apalagi beli notebook.

Ketika teman kuliah saya tinggal menelepon orang tuanya di kampung dan menunggu uang kiriman. Saya harus berjuang mengumpulkan sisa-sisa uang saku, bekerja paruh waktu, dan mengajukan beasiswa sana-sini. Dan memang benar, proses tidak akan pernah mengkhianati hasil. Notebook pertama saya terbeli.

Lebih dari satu tahun notebook itu menemani saya. Menemani mengerjakan tugas akhir, membantu pekerjaan paruh waktu saya, atau hanya sekedar teman santai nonton film. Saya begitu bangga memilikinya. Walau saya membeli yang harga termurah dengan spesifikasi seadanya, itulah hasil kerja keras saya.

Sampai pada akhirnya, Si Baju Pink itu meruntuhkan dunia saya. Sampai sekarang pun saya masih ingat tanggalnya, 14 Mei 2012. Saya hanya bisa diam, terlalu sakitnya sampai setetes air mata pun tidak ada. Mau marah sama siapa? Hati ini hanya bisa meyakini pasti ada gantinya. Saya mendapatkannya karena proses bukan hasil “comot” sesaat. Tentu saya tahu bagaimana berusaha  mendapatkan yang lebih baik.

Tuhan Maha Adil.

Waktu berlalu, tentu saya sudah mendapatkan pengganti yang baru. Hasil menabung dari kerja kantoran yang gajinya pas-pasan. Tetap merasa bangga karena saya selalu menikmati setiap perjuangan untuk mendapatkannya. Dari tiga tahun yang lalu notebook ini menemani saya. Menjadi saksi betapa membahagiakannya bekerja sebagai freelance.

Semenjak memiliki notebook yang sekarang, saya memutuskan untuk berhenti menjadi pekerja kantoran. Notebook ini menemani saya berjuang setapak demi setapak menjalani hidup mandiri sebagai freelance. Memupuk kepercayaan klien satu demi satu. Sampai lebih dari dua tahun terakhir saya bertahan sebagai freelancer.

Dengan segala polemiknya, saya sampai lupa kalau terlalu memforsir notebook saya yang sekarang. Saya juga sering lupa kalau notebook saya ini lelah dibawa kemana-mana. Apalagi punggung saya juga ikut lelah memikul beratnya yang berkilo-kilo.

Untuk menunjang pekerjaan saya yang harus siap ketak-ketik dimana saja, saya butuh notebook yang ringan, tahan lama, responsif, dan mudah digunakan. Dan pilihan itu jatuh pada ASUS E202. Kenapa harus ASUS E202?

  • Design yang bagus. Notebook ini hanya berukuran tidak lebih besar dari kertas A4 atau 12 inchi atau lebih tepatnya 193 x 297 mm. Sangat cocok untuk dibawa kemana-mana. Apalagi beratnya juga hanya 1.21 kg. Tentu sangat nyaman dibawa kemana-mana. Tinggal slesepin ke tas sudah seperti bawa kertas. Apalagi notebook yang hadir dalam versi Windows 10 dan juga DOS ini tersedia dalam pilihan warna Silk White, Dark Blue, Lightning Blue dan Red Rouge. Kalau saya sih lebih suka yang warna silk white, terlihat bersih menambah semangat saat bekerja.
  • Mudah digunakan untuk pengetikan. ASUS E202 ini dilengkapi dengan touchpad yang responsif dan ukurannya juga 36% lebih besar dari pada notebook sejenis. Mainan touchpad-nya jadi tersa seperti main smartphone. Kalaupun tidak suka mainan touchpad, keyboard-nya juga sangat nyaman digunakan dengan desain one-piecce chiclet keyboard. Membuat kita merasakan pengalaman pengetikan yang berbeda karena jarak antar keyboard 1.66 mm yang membuat nyaman. Bahkan bisa tahan sampai 10 juta kali pengetikan. Wow, bisa bikin buku banyak nih.
  • Tahan lama. Dengan baterai yang awet sampai 8 jam dan fanless design membuat ASUS E202 ini nyaman digunakan berlama-lama. Apalagi ditinggal semalaman untuk download file sampai berjam-jam. Dijamin awet, aman, dan tidak berisik. Malu kan kalau lagi di spot wifi punya notebook yang berisik bisa mengganggu orang lain.
    Baterai tahan 8 jam plus warna putih. Duh, idaman.
  • Teknologi terkini. Notebook jaman sekarang harus bisa buat download dan upload yang kenceng. Karena pekerjaan jaman sekarang mengharuskan kita update terus dengan dunia internet. ASUS E202 ini sudah dilengkapi dengan Wi-Fi terbaru 802.11ac yang memiliki kecepatan hampir 3x lipat dari 802.11n. Selain itu juga dilengkapi dengan Intel Processor yang memudahkan kita berselancar di internet. Untuk memperlancar pekerjaan, ASUS E202 ini juga memiliki port USB 3.1 Type-C yang sangat menghemat waktu, karena USB dapat dicolok dengan berbagai arah dengan colokan reversible setiap saatnya dan kecepatan transfer USB 3.1 ini lebih cepat 11x dibandingkan USB 2.0. Wow, jadi enak gitu kalau dikejar deadline tidak perlu panik.
  • Audio dan video yang jernih. ASUS E202 dilengkapi dengan teknologi ASUS Splendid dengan system vivid yang akurasi warnanya membuat tampilan foto dan vidoenya jernih. Speakernya yang menghadap depan dan teknologi ASUS Sonicmaster yang berkolaborasi dengan ASUS Golden Ear team, membuat suara lebih bersih dan jernih ketika menonton video atau mendengarkan musik.
Apalagi harganya yang TIGA JUTAAN. Duh, gimana saya tidak tergoda untuk memilikinya. Semoga pengorbanan demi pengorbanan, proses demi proses, tahap demi tahap yang sudah saya lalui dalam hidup ini, bisa membuat apa yang saya miliki lebih baik lagi. Tidak hanya sebatas materi tapi juga hati yang makin tangguh menghadapi apa pun yang terjadi. Dan pastinya membuat hidup saya makin kreatif, produktif, dan bermanfaat bagi sesama. Seperti kata pepatah, proses tidak akan pernah mengkhianati hasil. Saya siap dengan hasil apa pun dari proses yang saya jalani.

*** 
Blog Competition ASUS E202 by uniekkaswarganti.com


Wednesday, May 10, 2017

Desa Pasir, Wisata yang Kekinian dan Menawan



Bagaimana rasanya tinggal di tepi pantai?

Setiap pagi bagun dengan semangatnya sunrise. Setiap siang terbuai dengan angin yang sepoy-sepoy. Setiap sore larut dalam hangatnya sunset. Setiap malam menggantungkan mimpi di antara ribuan bintang.

Itu yang saya bayangkan ketika mengunjungi Desa Pasir, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Desa yang memilki keindahan pemandangan tepi pantai yang indah. Pantai sekaligus bukit beserta tebing-tebingnya. Jadi, pengunjung tidak hanya disuguhkan pemandangan tepi pantai tapi juga dari atas bukit sehingga bisa melihat hamparan laut yang luas.
Keadaan tersebut membuat Desa Pasir layak menjadi destinasi wisata. Spot untuk berswafotonya juga banyak. Baik yang berornamen kekinian atau pemandangan yang masih alami, semuanya bagus-bagus. Tempat yang dibuka untuk objek wisata pun tidak hanya satu, tapi beberapa.
Lokasi Desa Pasir ini juga mudah dijangkau kendaraan bermotor. Desa Pasir ini terletak di bagian barat Kabupaten Kebumen. Kalau dari kota bisa lewat Gombong lalu ke arah Karang Bolong. Desa Pasir ini bersebelahan dengan Karang Bolong.

Thursday, April 20, 2017

Kisah Cinta Di Balik Indahnya Baturraden



Cinta memang tidak akan pernah berakhir. Dari dulu sampai sekarang, cinta selalu menunjukkan kekuatannya. Kisahnya selalu hidup tak akan punah oleh waktu walau musim terus berganti. Mereka akan terus tumbuh tanpa harus dipupuk.

Cinta bisa membuat bahagia juga mendatangkan duka. Dahsyatnya cinta tidak mengenal siapa. Menembus batas-batas logika. Bahkan yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin hanya karena cinta. Ceritanya pun bermacam-macam. Ada yang seperti Habibie-Ainun, setia sampai akhir. Ada yang harus melawan perjodohan seperti Siti Nurbaya. Atau mencintai ibunya sendiri seperti Sangkuriang. Bahkan ada yang rela berjuang membangun seribu candi hanya untuk Roro Jonggrang.

Beda tempat tentu ceritanya yang berbeda walau cinta masih tetaplah cinta. Seperti kisah cinta yang tersembunyi di balik keindahan Baturraden. Bermula dari seorang laki-laki bernama Suta yang bekerja sebagai pembantu di Kadipaten Kutaliman. Suta ditugaskan untuk merawat kuda peliharaan Adipati Kutaliman.

Icon Baturraden, Suta dan Sang Putri
Sore hari setelah selesai bekerja, Suta jalan-jalan di sekitar Kadipaten Kutaliman. Suta mendengar teriakan seorang wanita. Karena penasaran, ia mencari sumber teriakan itu. Ternyata di bawah pohon ada seorang wanita yang wajahnya pucat ketakutan. Di dekat wanita itu ada ular besar yang siap menggigit. Dengan keberaniannya, Suta menyelamatkan wanita itu dari gangguan ular besar.

Monday, April 10, 2017

Tetap Memesona Menghadapi Segala Macam Masalah



Saat napas ini masih berhembus dan jantung masih berdetak, masalah itu pasti akan selalu ada. Tidak ada manusia yang hidup tanpa masalah walau sekali saja. Masalah itu tidak memandang jenis kelamin, status sosial, jabatan, tempat tinggal, bentuk tubuh, atau pun kekayaan. Semua pasti kebagian masalah dalam hidupnya.

Sudah cantik masih saja merasa hidupnya bermasalah, hanya karena alis yang panjang sebelah. Sudah pintar masih saja seperti dunia kiamat, hanya karena mendapatkan nilai B satu saja. Sudah kaya tujuh turunan masih saja serasa bangkrut, hanya karena kehilangan satu proyek.

Sementara itu ada yang tidak tahu besok makan apa, masih saja bisa tawa. Ada yang bajunya belum dicuci dan sobek sana-sini, masih saja bisa riang berlari. Pun dengan yang umurnya sudah ditentukan besok berakhir, masih saja menyempatkan diri berbagi senyuman.

Wednesday, April 5, 2017

Kasih Untuk Epi



Nama saya Kasih. Saya tahu kalian pasti tidak percaya atau merasa jijik mengetahuinya tapi itulah kenyataannya. Respon seperti itu sudah sering saya terima. Banyak yang bilang terlalu bagus nama itu saya sandang. Bukan hanya kalian, saya pun merasa seperti itu.

Memaknai kasih bukanlah sesuatu yang biasa. Ada yang bilang itu lebih dari sekedar cinta. Cinta butuh pengakuan, kasih hanya butuh dirasakan. Cinta bisa pudar seiring berjalannya waktu, kasih tak akan pernah lelah menunggu. Cinta pergi memendam luka, kasih selalu ada walau tak ada lagi rasa. Cinta masih saja bersyarat, kasih tidak peduli dengan karat. Cinta tak mengenal batas, kasih lebih dari ikhlas.

Berat rasanya apalagi saya tahu ada beberapa dari kalian yang meyakini kasih begitu dalam. Saya percaya setiap kita menyimpan kasih dalam hati kita masing-masing. Mau kaya, miskin, tua, muda, tampan, jelek, bodoh, pintar, hitam, putih. Semua sama saja bahkan kasih bisa hadir tanpa saling mengenal. Ketika sudah berpisah sekalipun, rasa itu tetap ada meninggalkan makna. Dia tinggal di dalam hati, tumbuh subur tanpa harus dipupuk.

Saturday, April 1, 2017

Bangga Dengan Banggai



Saya menulis artikel ini di sebuah sudut Perpustakaan Daerah Cilacap yang mulai ramai manusia, sedikit bicara. Kalau kalian pikir perpustakaan itu sepi, benar. Kalau kalian tanya, apakah perpustakaan bisa ramai? Bisa.

Pertama kali saya menginjakkan kaki di Pusda Cilacap, saya masih SMA kelas 1. Sekolahan saya jaraknya tidak lebih dari 1 km dari Pusda Cilacap. Seminggu sekali saya ke sana bersama teman-teman atau sendirian. Ketika itu perpustakaan masih sangat ramai. Untuk mendapatkan buku Mira W. saja harus berebut. Maklum, saat itu sosial media belum seramai sekarang. Friendster saja baru saya kenal saat kelas 2 SMA.
ruang hotspot area di Pusda Cilacap
Sekarang pun perpustakaan masih ramai. Hanya saja mereka membawa gagdet-nya sendiri-sendiri (termasuk saya). Perpustakaan sekarang menjadi tempat hotspot area. Semua orang bisa mengakses internet secara gratis atau berbayar di perpustakaan. Sangat jarang saya mendapati ada pengunjung yang benar-benar membaca buku. Buku best seller seperti Laskar Pelangi, 5 cm, sampai buku-buku Tere Liye pun banyak yang menganggur.
Buku yang menganggur
Kemajuan atau kemunduran?

Saturday, March 4, 2017

Berburu Kuliner di Cilacap

Cilacap adalah kabupaten terluas di Jawa Tengah. Luas wilayahnya 6,2 % dari total luas Jawa Tengah atau lebih tepatnya 2.142,59 km2. Cilacap bagian barat berupa daerah pegunungan, sedangkan bagian selatan dan timur berupa dataran rendah.

Letak geografis tersebut mempengaruhi makanan khas Cilacap. Masyarakat Cilacap bagian barat banyak memanfaatkan hasil perkebunan dan perhutanan sebagai bahan makanan. Sedangkan masyarakat yang berada di pesisir pantai tentu banyak memanfaatkan hasil laut. Jadi, apa saja makanan khas Cilacap? Berikut diantaranya:

  • Brekecek Pathak Jahan
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 556/501/18/Tahun 2014, tanggal 6 Nopember 2014, brekecek pathak jahan resmi menjadi makanan khas Cilacap. Kalau sudah resmi begitu tentu rasanya enak.

Sebenarnya makanan apa sih brekecek pathak jahan ini? Kok, namanya cak-cek-cak-cek jadi terdengar seperti dibejek-bejek. Ya, memang asal-usul dinamai brekecek karena cara membuatnya di-brek yang artinya diletakkan atau dijatuhkan. Lalu di-kecek yang artinya dicampur bumbu. Sedangkan pathak jahan artinya kepala ikan jahan.

Jadi, brekecek pathak jahan ini adalah masakan kepala ikan pathak jahan yang diberi bumbu khas Cilacap. Rasanya pedas seperti rica-rica dan sedikit asin ciri khas ikan. Makanan ini enak disantap dengan nasi putih hangat. Semakin enak bila kepala ikannya dimakan dengan cara diseruput. Jadi, nikmat dunia mana lagi yang kamu dustakan?


  • Mendoan
Makanan yang terbuat dari tempe dengan dilumuri tepung yang diberi bumbu ini ada di semua tanah ngapak--tempatnya orang-orang yang kesehariannya berbicara dengan bahasa ngapak. Walau sama-sama mendoan antara daerah yang satu dengan yang lainnya punya perbedaan. Di Banyumas, khususnya Baturaden, mendoan digoreng lebih kering dan banyak kriuknya. Di Wonosobo malahan disebutnya tempe kemul, tepungnya lebih tebal dan digoreng setengah matang jadi lebih berminyak.

Sedangkan di Cilacap, khususnya daerah tepi pantai, tempe mendoannya tidak dipotong. Jadi, kalian bisa menikmati mendoan sebesar piring. Bisa digoreng kering atau setengah matang. Mendoan enaknya disantap saat masih hangat dengan lombok rawit atau sambel kecap. Ditemani es kelapa muda, kopi atau teh sambil gendu-gendu rasa—ngobrol—dengan orang terkasih di tepi pantai menikmati semilir angin pantai. 

Mendoan segede piring
  • Yutuk
Ada yang sudah tahu apa itu yutuk? Yutuk loh ya, bukan youtube. Menurut wikipedia, yutuk adalah undur-undur laut, ketam pasir, masih satu bangsa dan negara dengan krustasea. Hewan beruas-ruas yang hidup di pasir pantai ini punya nama gaul sand crab, mole crab, atau sand flea.

Yutuk biasanya dibuat rempeyek atau digoreng biasa. Setelah digoreng warnanya kemerah-merahan seperti udang. Rasanya pun sama-sama gurih dan asin seperti udang. Kalau ke Cilacap, kalian bisa mendapatkannya di Pantai Widarapayung. Penjualnya ibu-ibu keliling bawa tenggok di tepi pantai yang isinya kacang rebus sama yutuk.

Yutuk di Pantai Widarapayung dengan kelapa muda
  • Gembus
Cemilan ini sedikit susah ditemui, bahkan di Cilacap sendiri. Biasanya hanya dijual di acara hajatan, pasar malam, atau acara kedaerahan seperti wayangan. Orang Cilacap kalau ada wayangan belum beli gembus berarti belum nonton wayang. Padahal setelah beli gembus belum tentu nonton wayang.

Gembus ini terbuat dari singkong yang ditumbuk, diberi bumbu yang membuatnya asin dan gurih. Bentuknya sama seperti donat--putih, bulat, dan tengahnya bolong. Gembus enak dimakan dengan dicocol ke sambal kacang. Atau dimakan hangat tanpa dicampur apa pun juga sudah enak.

Gembus
  • Lanting
Cemilan khas Cilacap ini terbuat dari singkong, sama seperti gembus. Bentuknya pun sama, bulat dan tengahnya bolong. Rasanya pun sama-sama gurih dan asin. Perbedaannya, gembus empuk dan kenyal kalau lanting lebih keras.

Lanting juga ada di Kebumen. Tapi lanting khas Kebumen bentuknya seperti angka delapan dan rasanya lebih bervariasi. Sedangkan lanting khas Cilacap hanya ada dua rasa, asin dan manis. Yang manis berarti warnanya merah. Lanting khas Cilacap bisa ditemui di pasar tradisional.

Lanting khas Cilacap
Buat kalian yang tidak suka seafood atau makanan yang asin dan gurih, di Cilacap juga banyak tempat makan yang menjual berbagai kuliner khas nusantara. Seperti bakso, sate, soto semarang, mie aceh, bakmie godog, pempek, dan masih banyak lagi yang lainnya. Pokoknya kalau ke Cilacap hubungi saya saja, nanti saya kasih tahu kuliner di Cilacap yang nylekamin pisan.

Food photography dengan handphone

Karena upload foto di instagram belum bisa dari PC, hal itu menyulitkan saya bila mengambil foto dengan kamera DSLR. Kalau foto dengan DSLR, fotonya harus dipindah ke PC dulu, dari PC pindah lagi ke handphone, kan ribet. Untuk itu saya selalu menggunakan ASUS Zenfone 4 agar bisa langsung update di instagram.
 
ASUS Zenfone 4 yang saya gunakan.
Kamera di ASUS Zenfone 4 ini kualitas fotonya tidak kalah dengan kamera DSLR karena punya PixelMaster Camera yang memudahkan kita dalam mengambil foto. Saya pernah menulis kemudahan menggunakan kamera ASUS Zenfone 4 di sini.

PixelMaster Camera di ASUS Zenfone 4.
Selain karena ASUS Zenfone 4 yang memang keren, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar foto makanan terlihat bagus dan menggugah selera. Berikut saya beri tahu caranya:
  • Cahaya
Fotografi itu melukis dengan cahaya, bukan melukis dengan kamera. Jadi, hal utama dan pertama yang harus diperhatikan dalam fotografi apa pun jenisnya dan apa pun kameranya tetap CAHAYA.

Perhatikan cahaya di sekitar makanan yang kamu jadikan objek. Mau di dalam ruangan atau di luar ruangan tidak masalah. Asal kamu perhatikan dari mana arah datangnya cahaya itu dan bagaimana sifatnya.

Kalau di dalam ruangan, pastikan cahayanya cukup terang. Cukup terang artinya tidak terlalu terang sehingga menimbulkan bayangan yang keras dan tidak terlalu gelap agar objek bisa terlihat. Bila cahayanya terlalu terang di satu bagian dan terlalu gelap di bagian lain. Di bagian yang gelap bisa menggunakan steroform atau cermin agar ada sedikit cahaya dari bagian yang gelap.

Motret di samping jendela.
Bila ruangan terlalu gelap, pindah tempat untuk memfoto. Kalau tidak memungkinkan, kalian bisa menggunakan low light atau mode malam. Jangan menggunakan flash karena cahaya flash bisa membuat warna makanan menjadi tidak natural. Atau matikan touch shutter dan nyalakan touch auto focus. Agar saat layar disentuh tidak langsung memfoto tapi bisa mengatur pencahayaan objek yang akan difoto. Sentuh layar sampai dirasa pencahayaannya pas.

Kalau di luar ruangan, jangan di bawah sinar matahari di jam 12 siang. Selain membuat kulit kamu hitam dan keringat bercucuran. Memfoto di bawah terik matahari cahayanya terlalu keras. Warna makanan sebagai objek foto jadi terlihat tidak natural. Cari waktu yang cahaya mataharinya tidak terlalu keras, sore hari misalnya. Atau berteduhlah di bawah pohon.

Contoh foto makanan di luar ruangan saat sore hari.
  • Cari bagian yang menarik dari makanan itu
Makanan Indonesia semuanya enak-enak tapi bentuknya sering biasa saja. Contohnya, rendang. Warnanya hitam pekat kalau di foto sering kali tidak menggugah selera. Padahal kita semua tahu rasanya tidak diragukan lagi enaknya luar biasa.

Untuk itu sebelum difoto, kita harus tahu dulu bagian apa yang menarik di makanan itu. Misalnya, bakso telur. Sebelum difoto, dibelah dulu baksonya supaya telur di dalamnya terlihat. Setelah tahu bagian makanan apa yang akan ditonjolkan, kita bisa menggunakan mode deep of field agar lebih fokus ke objek yang diinginkan dan background yang tidak penting menjadi blur.

Tunjukkan telur dalam baksonya.
  • Komposisi yang pas
Komposisi adalah susunan atau tatanan sebuah objek foto dalam sebuah bidang foto sehingga foto tersebut enak dilihat. Unsur dalam komposisi ini ada titik, garis, bentuk, warna, dan cahaya. Kita bisa memanfaatkan salah satu atau beberapa komposisi agar foto kita menarik.

Umumnya kita memfoto makanan dari atas (bird eye) atau selevel dengan makanannya. Kita bisa mencoba dari beberapa angle untuk menghasilkan foto yang terbaik. Selain itu kita juga harus memperhatikan bentuk makanan tersebut, wadah makanannya, dan background-nya.

Perhatikan bentuk makanannya.
  • Pelengkap atau ornamen
Agar foto enak dilihat, kita bisa menambahkan perlengkapan makan atau benda-benda lain yang mendukung. Kalau di makanannya, kita bisa menambah cabai, tomat, daun seledri, atau yang lainnya. Di luar makanan kita bisa menambahkan sendok, garpu, tisu, dan bunga. Atau kalau makanannya lucu kadang saya menambahkan Kero, boneka rajut yang saya punya.

Ingat ya, pelengkap ini fungsinya hanya melengkapi agar frame tidak kosong. Jadi, yang perlu ditonjolkan tetap makanannya.

Si kecil Kero dengan es coklat.
  • Editing
Pencahayaan sudah oke, makanan sudah menarik, komposisi juga pas, pelengkap juga sudah lucu. Sekarang tinggal editing. Fungsi dari editing bukan untuk menipu, hanya memperindah tampilan foto.
Di ASUS Zenfone 4 yang saya punya sudah diberi fasilitas editing yang cukup mumpuni. Jadi, tidak perlu download aplikasi lainnya lagi. Editing yang saya lakukan biasanya hanya memperbaiki exposure dari foto tersebut. Atau membuat kolase agar ada beberapa foto dalam satu frame. Jangan memberikan efek berlebihan pada foto. Ini bisa menganggu atau terlihat aneh.
Foto yang sudah di-kolase

Makanan yang enak

Bagi saya hanya ada dua tipe makanan. Pertama, enak. Kedua, enak banget. Ya, tidak ada makanan yang tidak enak dalam kamus hidup saya. Saya pikir tidak ada satu pun di dunia ini yang sepenuhnya jelek, apa pun itu termasuk makanan.

Coba kalian bayangkan, berapa banyak pengorbanan yang dilakukan agar sepiring makanan bisa sampai di depanmu. Misalnya, sepiring nasi putih. Berawal dari bibit padi ditanam di sawah saja tahapannya banyak. Dan tidak cukup hanya satu bulan sampai padi itu dipanen lalu menjadi beras. Belum lagi untuk jadi nasi, pun harus dimasak dengan benar. Masih tega kah kalian sampai di piringmu malahan kalian hina? Berapa hati yang kalian lukai?

Saya pernah mengobrol dengan teman yang penjual bakmie goreng. Ceritanya membuat saya menulis cerpen ini. Bahwa orang yang memiliki penyakit pencernaan bukan salah pola makannya. Tapi sifat orang tersebut yang suka menghina makanan, pilah-pilih makanan, sampai membuangnya padahal masih banyak.

Saya percaya makanan juga punya perasaan. Mereka akan mencintai saya kalau saya juga mencintai mereka. Kalau kalian mendapati makanan yang saya posting ternyata tidak enak, itu bukan saya bohong karena di­-endorse. Saya hanya akan menuliskan kelebihan dari makanan itu. Tentang kekurangan, kalian boleh hina saya tapi jangan makanannya. Walau sebenarnya itu semua kembali lagi pada selera setiap orang yang berbeda-beda.

Jadi, kapan giliran kalian ke Cilacap?

Translate

Popular Posts