Kalian tahu Alcatraz? Tempat yang
konon menjadi penjara paling menyeramkan di dunia. Kali ini saya bukan mau
bercerita tentang Alcatraz. Karena saya juga belum pernah menginjakkan kaki di
sana. Ini cerita tentang tempat yang disebut-sebut sebagai Alcatraz-nya
Indonesia. Ya, itulah Pulau Nusakambangan.
Pulau dengan luas sekitar 210 km2
ini terkenal dengan penjara kelas kakapnya. Total ada sembilan lapas yang ada
di Nusakambangan. Namun sekarang hanya empat yang masih beroperasi, yaitu: Lapas
Batu (dibangun 1925), Lapas Besi (dibangun 1929), Lapas Kembang Kuning (tahun 1950),
dan Lapas Permisan (tertua, dibangun 1908). Dan sudah banyak nara pidana yang
dieksekusi mati di sana. Seram, ya.
Walau dekat sekali dengan
Cilacap, Pulau Nusakambangan tidak masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten
Cilacap. Pulau Nusakambangan ada di bawah pengelolaan Kemenkumham. Dan masuk
dalam daftar pulau terluar.
Saya sudah beberapa kali
menginjakkan kaki di sana. Ketika itu pengetahuan saya masih minim tentang
pulau ini. Waktu itu saya ke sana karena penasaran dan memang ada kesempatan.
Sekarang bila diajak lagi ke sana tentu saya akan berpikir ulang. Karena ada
alasan yang baru saya tahu beberapa waktu lalu. Salah satunya, karena pulau ini
sebenarnya tertutup untuk umum. Walau ada beberapa objek wisata yang dikelola
Disparpora Cilacap.
Seram kah pulau ini?
Saya belum pernah ke kawasan
lapas. Hanya ke tempat wisatanya saja. Tapi kalau dibilang seram, ya seram juga.
Di Nusakambangan dihuni banyak satwa liar dan masih ditumbuhi hutan lebat. Walau
beberapa tempat kini mulai gundul, karena penambangan kapur yang dilakukan
pabrik semen di Cilacap.
Hutan hujan tropis di
Nusakambangan merupakan hutan alam tropika basah dataran rendah. Tipe hutan
seperti itu sudah hampir tidak dijumpai lagi. Untuk itu hutan di kawasan
Nusakambangan disebut sebagai “The Last Real Rain Forest of Java”. Hutan ini
juga ditumbuhi tanaman endemik yang harus dilindungi, langka, dan hanya
dijumpai di Nusakambangan.
Selain ditumbuhi flora yang
langka, Nusakambangan juga menjadi habitat hewan liar yang sekarang mulai
punah. Seperti, macan tutul, harimau kumbang, buaya, kera, kijang, buaya, ular
kobra, dan masih banyak lagi lainnya.
Lalu bagaimana keindahan di balik
seramnya Nusakambangan?
Sebenarnya ada beberapa tempat
yang bagus pemandangannya di Nusakambangan. Hanya saja tidak semua tempat bisa
dikunjungi. Bisa karena ketatnya pengawasan karena berdekatan dengan lapas. Akses
yang susah dijangkau karena harus menembus hutan belantara. Minimnya fasilitas
yang tersedia. Juga karena Nusakambangan adalah cagar alam yang tidak boleh
dikunjungi sembarangan dan harus dijaga kelestariannya.
Sudah tiga tempat yang saya
kunjungi antara lain:
- Pantai Karang Bolong
Pantai ini paling banyak
dikunjungi wisatawan. Selain karena letaknya yang dekat dengan Pantai Teluk
Penyu di Cilacap, akses menuju ke sana dan fasilitas di sana terbilang memadai.
Pantai Karang Bolong terletak di bagian timur Pulau Nusakambangan. Dari Pantai
Teluk Penyu atau kami warga Cilacap biasa menyebutnya Areal 70, pengunjung bisa
naik perahu kecil untuk sampai ke Pulau Nusakambangan.
Perahu yang digunakan untuk menyeberang ke Pantai Karang Bolong merapat di dermaga |
Sampai di dermaga, pengunjung
harus membeli tiket masuk di loket yang sudah tersedia. Di dermaga juga ada
beberapa pedagang yang menyediakan aneka makanan dan oleh-oleh khas Cilacap.
Ada juga batu akik yang dibuat oleh warga binaan di lapas.
Batu akik hasil karya warga binaan. |
Setelah itu pengunjung harus
berjalan kurang lebih 15 menit untuk sampai ke Pantai Karang Bolong. Bila malas
berjalan, ada odong-odong yang siap mengantar dengan tarif yang sudah ditentukan.
Saya memilih berjalan karena sebenarnya jaraknya tidak begitu jauh. Sekalian bisa
menikmati pemandangan dan suara-suara hewan di hutan. Beberapa kali saya
melihat kera bergelantungan di pohon. Mereka tidak mengganggu kalau kita juga
tidak mengganggu.
Mau naik odong-odong atau jalan kaki, ayo aja. |
Tepat sebelum sampai ke Pantai
Karang Bolong, ada Benteng Karang Bolong yang tidak terawat. Sesampainya di
Pantai Karang Bolong kita bisa melihat hamparan pasir putih dan pecahan karang.
Dipadukan dengan laut yang biru dan langit yang biru pula.
Salah satu sudut Pantai Karang Bolong |
Hamparan pasir putih di Pantai Karang Bolong dan sampah musiman. |
Bila datang di waktu yang tidak tepat, pengunjung akan disuguhi sampah musiman. Ini terjadi bukan karena manusia yang membuang sampah. Sampah ini biasanya berupa ranting pohon, batang kayu, dan kelapa yang kering. Walau ada sampah musiman, bukan berarti pengunjung bisa ikutan nyampah. Kita semua juga harus menjaga kebersihan. Bawa pulang lagi sampahmu!
- Pantai Kali Kencana
Dari segi akses dan fasilitas, pantai ini jauh dari Pantai Karang Bolong. Tidak semua orang bisa bebas keluar masuk Pantai Kali Kencana. Karena jalannya di tengah hutan belantara dan tidak secara resmi dibuka sebagai objek wisata.
Untuk menuju Pantai Kali Kencana bisa menggunakan perahu yang sama seperti ke Pantai Karang Bolong dari Areal 70 juga. Nanti turun di dermaga yang berbeda dengan dermaga yang menuju Pantai Karang Bolong. Setelah itu harus berjalan kurang lebih dua jam. Ya, dua jam karena memang benar-benar membelah hutan Pulau Nusakambangan.
Medan yang dilalui juga tidak sembarangan. Jalan kecil yang belum pasti arahnya. Dataran yang menanjak dan menurun. Belum lagi melewati dua aliran sungai. Dan tetap terus waspada dengan ancaman binatang buas yang bisa saja sewaktu-waktu datang.
Jangan lupa membawa bekal karena tidak ada satu pun pedagang di sana. Menggunakan pakaian dan alas kaki yang nyaman karena kalian akan menembus hutan, bukan ke mall. Dan yang pasti siapkan tenaga. Tidak lucu kan, kalau pingsan di tengah hutan. Paling penting jangan jalan sendirian. Kalau ada apa-apa siapa yang mau menolong, yang ada bisa dimangsa macan.
Jalan kecil menuju Pantai Kali Kencana yang menembus hutan belantara. |
Tenang saja, walau perjuangannya begitu panjang dan melelahkan tapi semua itu terbayar lunas. Hamparan pasir yang keputih-putihan, air yang jernih, pepohonan yang hijau, ditambah angin yang semilir. Sudah seperti pantai pribadi apalagi benar-benar sepi. Hanya ada rombongan kami yang ada di sana.
Pantai Kali Kencana yang sepinya serasa pantai pribadi. |
Pohon-pohon di sekeliling Pantai Kali Kencana. |
Sungai Kali Kencana yang bermuara di pantai. |
Kalau saya diajak ke Pantai Kali Kencana lagi, sudah pasti tidak mau. Bukan karena pantainya tapi karena perjalanannya itu yang memacu adrenalin. Bayangkan saja dua jam di dalam hutan, belum pulangnya dua jam lagi. Tanpa kepastian, sewaktu-waktu bisa saja terjadi sesuatu.
- Pantai Rancah Babakan
Perjalanan yang ditempuh sekitar dua jam juga. Bedanya kita tinggal duduk manis di perahu selama perjalanan. Dan menikmati pemandangan Segara Anakan dengan hutan bakau di sekelilingnya. Tenang saja di tengah lautan tidaklah sepi dan menakutkan. Karena sepanjang perjalanan banyak perahu dari nelayan atau warga Kampung Laut yang akan menuju atau dari Cilacap.
| ||
Kampung Laut, kecamatan yang ada di ujung barat Pulau Nusakambangan |
Sebelum sampai Pantai Rancah Babakan, kita akan melewati pemukiman warga yang berada di Kecamatan Kampung Laut. Dulu Kampung Laut ini benar-benar berada di atas permukaan laut. Sekarang sebagian besar sudah berupa daratan. Kalau di Jakarta ribut-ribut soal reklamasi. Di Cilacap sudah terbentuk reklamasi alami sejak lama, yang sekarang menjadi Kampung Laut.
Perjalanan menaiki perahu selama kurang lebih dua jam tidak lah cukup. Kita harus berjalan lagi kurang lebih 10 menit untuk sampai pantainya. Jangan khawatir, medannya tidak seseram ke Pantai Kali Kencana.
Sesampainya di Pantai Rancah Babakan, saya disambut angin yang sejuk. Lagi-lagi pasirnya juga putih, airnya jernih, dan dipadu padankan dengan langit yang biru. Bedanya di Pantai Rancah Babakan banyak karangnya dan rumput laut yang terlihat jelas karena airnya yang begitu jernih.
Pantai Rancah Babakan - Hidden Paradise of Nusakambangan |
Karang-karang di Pantai Rancah Babakan. |
Bila ke Pantai Rancah Babakan, jangan lupa membawa bekal makanan. Sama dengan Pantai Kali Kencana, di pantai ini tidak ada warung dan fasilitas MCK. Kalau kelaperan atau kebelet, ya ditahan.
Apa tempat indah seperti itu harus dibangun fasilitas yang memadai?
Saya pribadi justru tidak mau. Sebaiknya jangan. Karena kita semua harus menjaga kelestarian Pulau Nusakambangan. Ada banyak flora dan fauna langka di sana. Kalau kita tidak tahu caranya, justru akan merusak ekosistem yang ada di sana. Semesta punya cara merawat dirinya tanpa manusia.
Walau penuh dengan keindahan di balik keseramannya, Pulau Nusakambangan bukan untuk konsumsi umum. Saya pun tidak ingin kembali ke sana lagi. Bukan karena benci tapi karena saya terlalu sayang dengan Pulau Nusakambangan. Atau kalau pun saya ke sana lagi, semoga membawa manfaat yang lebih dari ini.
Bagaimana denganmu?
Wah.
ReplyDeleteIndah banget ya pantainya.
Pasti seru banget kalo bisa kesana bareng keluarga tercinta..
Harus ramean kalau ke sana. Kalau sedikit orang lumayan serem
Delete