Bagaimana rasanya tinggal di tepi
pantai?
Setiap pagi bagun dengan
semangatnya sunrise. Setiap siang
terbuai dengan angin yang sepoy-sepoy. Setiap sore larut dalam hangatnya sunset. Setiap malam menggantungkan
mimpi di antara ribuan bintang.
Itu yang saya bayangkan ketika
mengunjungi Desa Pasir, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Desa yang memilki
keindahan pemandangan tepi pantai yang indah. Pantai sekaligus bukit beserta
tebing-tebingnya. Jadi, pengunjung tidak hanya disuguhkan pemandangan tepi
pantai tapi juga dari atas bukit sehingga bisa melihat hamparan laut yang luas.
Keadaan tersebut membuat Desa
Pasir layak menjadi destinasi wisata. Spot untuk berswafotonya juga banyak. Baik
yang berornamen kekinian atau pemandangan yang masih alami, semuanya
bagus-bagus. Tempat yang dibuka untuk objek wisata pun tidak hanya satu, tapi
beberapa.
Lokasi Desa Pasir ini juga mudah
dijangkau kendaraan bermotor. Desa Pasir ini terletak di bagian barat Kabupaten
Kebumen. Kalau dari kota bisa lewat Gombong lalu ke arah Karang Bolong. Desa
Pasir ini bersebelahan dengan Karang Bolong.
Karena saya dari arah Cilacap,
untuk mencapai Desa Pasir saya harus berkendara dengan motor ke arah timur. Dari
Pantai Ayah terus saja ikuti jalan yang menanjak, menurun, dan penuh lika-liku.
Waktu saya ke sana, baru saja hujan. Tidak lebat tapi lumayan membuat jalanan
licin. Perlu kewaspadaan eksta untuk mengendalikan motor yang saya kendarai. Jalannya
juga sempit dan sedikit berlubang di beberapa tempat.
Saya sempat terjatuh di sebuah
tikungan yang langsung menanjak dan saya berlum mempersiapkan keadaan itu. Sepanjang
perjalanan banyak penunjuk jalan ke pantai-pantai lain. Mungkin ada sekitar 7
atau 8 pantai yang saya lewati sebelum sampai ke Desa Pasir. Nanti ada spanduk
besar sebagai petunjuk Pantai Pasir. Masuk ke jalan kecil dan melewati tempat
pelelangan ikan.
Dan berikut objek wisata di Desa
Pasir:
Pantai Pasir Indah dan Pantai Lampon
Kedua pantai itu berada dalam
satu komplek. Tiket masuk 10.000 rupiah untuk satu orang. Itu sudah mendapatkan
dua tiket kedua pantai itu. Parkir motornya cukup 2.000 rupiah per motor. Saat saya
tanya ke warga setempat, apa yang membedakan Pantai Pasir Indah dan Pantai
Lampon. Dia menjawab, tidak ada. Karena memang berada dalam satu komplek.
Setelah parkir saya berjalan ke
pantai tersembunyi di bawah bukit. Pantainya dikelilingi tebing dan sangat
sepi. Hanya saya dan teman saya yang ada di pantai itu. Di bagian timur pantai
yang tersembunyi ini ada karang besar yang berlubang. Sayang ketika ke sana
ombak sedang pasang. Jadi saya tidak bisa ke bawah karang tersebut.
Pantai Pasir Indah |
Selain itu di kedua pantai ini
juga ada beberapa spot untuk berswafoto dengan berbagai ornamen. Ada yang
berbentuk love, pesawat tebang,
gembok cinta, jembatan M, dan rumah pandan. Di tepi bukitnya juga banyak
dibangun saung untuk duduk-duduk sambil menikmati pemandangan laut luas. Saung
itu disewakan 10.000 rupiah bisa duduk sepuasnya.
Goa Wora-wiri, Goa Celeng, Pantai Air Grojogan, dan Pantai Karang
Pengantin
Setelah menikmati berswafoto ria
di Pantai Pasir Indah dan Pantai Lampon, saya melanjutkan perjalanan ke Goa
Wora-wiri, Goa Celeng, Pantai Air Grojogan, dan Pantai Karang Pengantin. Cukup berjalan
kaki sekitar 15 menit saja untuk mencapai 4 tempat itu. Dan tidak perlu
membayar tiket masuk lagi.
Jalan yang saya lalui untuk ke
empat tempat tersebut cukup membuat keringat bercucuran. Selain karena setelah
sampai lokasi matahari tidak tertutup awan sama sekali, jalannya juga bebatuan
karang yang tidak ditumbuhi pohon rindang. Hanya semak-semak dan rerumputan
yang ada di sepanjang perjalanan.
Tempat pertama yang kami lalui
adalah Goa Wora-Wiri kemudian Goa Celeng. Kedua goa itu sebenarnya terhubung tapi
Goa Wora-Wiri lebih panjang. Kata warga setempat yang sedang membetulkan lampu
goa, Goa Wora-Wiri ini tembus sampai dekat parkiran motor. Itu berarti goa ini
menembus bukit karena saya tadi jalan lewat pinggiran tebing itu memutar jalur.
Pantai Karang Pengantin |
Dari atas Pantai Air Grojogan |
Karena tidak ada yang berani
masuk dalam goa, perjalanan kami lanjutkan ke Pantai Air Grojogan dan Pantai
Karang Pengantin. Lagi-lagi ombak sedang pasang. Saya tidak bisa turun ke
pantainya karena suara ombak yang menghantam tebing saja sudah menakutkan. Apalagi
keempat tempat ini sepi pengunjung. Hanya ada saya, teman saya, dan warga yang
sedang memperbaiki lampu goa.
Tapi pemandangan dari atas juga
sudah sangat bagus. Samudra Hindia terlihat terbentang luas. Untungnya ketika
saya sampai tempat ini matahari sedang cerah-cerahnya. Tidak seperti waktu
berangkat yang sempat disambut rintik hujan. Langit yang biru, lautan luas yang
juga biru, ditambah suasana yang sepi membuat hati merasa tentram. Apalagi
kalau ke tempat ini sewaktu sunrise atau
sunset, duh, bisa-bisa susah move on.
Seperti kata warga yang sedang
membetulkan lampu, tempat ini cocok untuk 2 tipe pejalan. Kalau mau yang
kekinian bisa ke Pantai Pasir Indah dan Lampon. Pengin yang pemandangan yang
asri dan menawan bisa ke Goa Wara-Wiri, Goa Celeng, Pantai Air Grojogan, dan
Pantai Karang Pengantin.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah membaca, silahkan berkomentar