Untuk apa sih kita berwisata?
Sekedar hobi, mencari pelarian, gengsi karena sedang hits-hitsnya, melepas
penat setelah bekerja atau justru karena sedang bekerja. Tidak bisa dipungkiri
sekarang ini jumlah wisatawan meningkat drastis. Bisnis travel agen semakin
menjamur. Tempat wisata yang dulu biasa saja tiba-tiba banyak diperbincangkan
di media sosial.
Bukan tanpa alasan, dengan adanya
media sosial traveling menjadi salah satu kegiatan yang banyak dicari. Bermula
dari update status kegiatan yang dilakukan, kemudian check in lokasi dan
diteruskan upload foto atau video. Bermula dari pasang status seadanya, gokil
dan biasa saja. Kemudian seiring bertambahnya pertemanan dalam media sosial
jadi banyak koment dan like, berakhirlah pada jaga image. Karena jaga image apa
yang ditampilkan ingin yang bagus-bagus. Salah satunya update status
jalan-jalan, check in lokasi di tempat yang keren dan share foto pemandangan
yang bagus.
Hal ini mendorong orang-orang
ingin traveling ke berbagai tempat. Biar terlihat hidup bahagia. Tidak seperti
orang susah yang hanya tinggal di rumah saja. Apalagi kemudian muncul berbagai
forum obrolan tentang traveling di media sosial, website penyedia konten khusus
traveling dan acara TV yang menyuguhkan keindahan Indonesia.
Walaupun banyak rintangan selama
traveling, kita semua berbahagia dan menikmatinya. Apalagi setelah mengupload
foto di media sosial banyak yang memberikan pengakuan dalam bentuk like atau
komentar. Tapi di balik feedback yang positif tetap saja ada yang memberikan
feedback negatif. Ya mau bagaimana lagi namanya juga hidup, pastinya ada yang
suka dan tidak suka.
Ada yang membuat meme sindiran dengan menulis di
selembar kertas dengan background mimbar masjid. Ada juga yang membuat slogan
My Sleep My Adventure. Ada juga yang memprovokasi dengan membanding-bandingkan
antara traveller dengan backpacker.
Sebenarnya setiap orang memiliki
caranya sendiri untuk menikmati hidup. Tidak perlu dibanding-bandingkan. Tidak
perlu disombong-sombongkan. Keren buatmu belum tentu keren buat orang lain.
Makanya tidak usah sok keren.
Sebelum melakukan perjalanan
memang ada baiknya membuat perencanaan. Memang rencana tidak selalu sama dengan
realita. Tapi bila sudah ada rencana minimal kita sudah ada gambaran apa yang
ingin dilakukan. Tempat mana saja yang ingin dikunjungi, budget yang dibutuhkan
dan waktu perjalanan sering kali menjadi pokok rencana. Tentunya setiap orang
memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam mengatur liburannya.
Ada yang liburan seadanya. Main ke
sawah di belakang rumah. Atau bepergian dengan transportasi seadanya. Cari
kendaraan yang murah. Mengandalkan promo tiket pesawat. Rajin ikutan kuis
berhadiah liburan. Menginapnya pun di tempat yang seadanya. Adanya di masjid
atau pom bensin ya tidak masalah. Atau hotel penuh bintang alias tidur di bawah
langit atau berkemah.
Tapi ada juga yang bermewah-mewah
dalam berlibur. Naiknya jet pribadi. Nginepnya di hotel berbintang. Sewa villa
pribadi sampai sewa pulau sendiri. Makan pun tidak mau di pinggir jalan, harus
restoran yang makanannya dimasak chef profesional.
Perbedaan itu merambah ke
kehidupan sosial orang-orang yang suka liburan. Ada yang menyebut kalau
liburannya penuh dengan keterbatasan dan seadanya berarti backpacker. Sedangkan
yang liburannya bermewah-mewah berarti traveller.
Sah-sah saja mau liburan dengan
gaya seperti apa. Duit-duit sendiri, hidup juga hidup sendiri. Mau apa ya
terserah setiap individu masing-masing. Asal jangan merugikan orang lain. Tapi
namanya manusia, tidak asik kalau tidak nyinyir.
Yang backpacker berujar, “Apa sih
itu orang, gaya banget, dasar sombong, sok kaya. Itu tuh yang bikin tempat
wisata jadi banyak sampah.” Yang traveller bilang, “Ih, apaan sih mereka. Itu
mau liburan apa ngegembel. Itu tuh yang bikin pesawat jadi bau.”
Padahal yang namanya liburan
keinginannya sama. Sama-sama ingin bahagia. Terus kenapa mau bahagia saja harus
terkotak-kotak juga? Dari penampilannya saja sudah dibeda-bedakan. Kalau gaya
liburannya berbeda tidak mau saling kenal atau bertegur sapa.
Yang pakai tas punggung pasti
backpacker. Yang bawanya koper pasti traveller. Padahal itu belum pasti. Orang
yang menginap di hotel juga banyak yang pakai tas punggung. Orang bawa koper
juga ada yang naik bus. Apa yang terlihat belum tentu mencerminkan isi dompet
sesungguhnya.
Tidak ada yang salah apa gayamu
saat liburan. Apa saja boleh. Asalkan saat kamu datang ke tempat orang jadilah
tamu yang baik. Menjaga kearifan lokal, tidak merusak infrastruktur, tidak
mengotori tempat wisata dan ikut serta melestarikan objek wisata yang
dikunjungi. Dan selalu berhati-hati apapun gayamu. Hal buruk bisa menghampiri
kita kapan pun dan dimana pun, tanpa peduli siapa kamu.
Yuk, liburan untuk bahagiaku, bahagiamu tanpa mengganggu bahagia yang lain. :)
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah membaca, silahkan berkomentar