Showing posts with label jalan-jalan. Show all posts
Showing posts with label jalan-jalan. Show all posts

Sunday, January 7, 2018

Pesona Alcatraz-nya Indonesia

Kalian tahu Alcatraz? Tempat yang konon menjadi penjara paling menyeramkan di dunia. Kali ini saya bukan mau bercerita tentang Alcatraz. Karena saya juga belum pernah menginjakkan kaki di sana. Ini cerita tentang tempat yang disebut-sebut sebagai Alcatraz-nya Indonesia. Ya, itulah Pulau Nusakambangan.

Pulau dengan luas sekitar 210 km2 ini terkenal dengan penjara kelas kakapnya. Total ada sembilan lapas yang ada di Nusakambangan. Namun sekarang hanya empat yang masih beroperasi, yaitu: Lapas Batu (dibangun 1925), Lapas Besi (dibangun 1929), Lapas Kembang Kuning (tahun 1950), dan Lapas Permisan (tertua, dibangun 1908). Dan sudah banyak nara pidana yang dieksekusi mati di sana. Seram, ya.

Wednesday, November 29, 2017

Jalan Sendiri, Yuk!


Selalu. Sering.

Saya selalu dan sering kali diberi pertanyaan “Apa ngga takut jalan sendirian?”. Mendengar pertanyaan itu rasanya seperti sedang makan ditanya, “Lapar, ya?”. Atau sedang tidur ditanya, “Ngantuk, ya?”. Saya harus jawab apa?

Oke, jalan sendiri memang tidak seperti kegiatan sehari-hari laiknya makan atau tidur. Tapi, bukankah dari lahir sampai mati kita memang sendirian? Anak kembar sekali pun, lahirnya satu-satu. Mati berjamaah sekali pun, dibungkus satu-satu. Tidak ada yang jadi double atau pun triple.
Lalu, kamu masih takut jalan sendirian?

Saya?

Ya, jelas takut lah. Saya manusia biasa yang masih punya perasaan. Bukan segelondong daging mati rasa. Hanya saja-tentu saja-pastinya tingkat ketakutan kita berbeda. Antara 1-10, tingkat ketakutan saya mungkin 3 atau 4. Sedangkan kamu, bisa jadi 100 dari 1-10. Saking menyiksanya sampai mengetahui saya yang orang lain melakukan perjalanan sendiri saja, kamu sudah ketakutan mau mati. Padahal yang berjalan itu saya, BUKAN KAMU.

Tentang musibah atau pun hal-hal dalam perjalanan yang tidak diinginkan. Tentu apa pun bisa terjadi, bahkan tidak perlu kemana-mana hanya berdiam diri di rumah saja, apa pun bisa terjadi. “Tapi, kan, kalau pergi jauh-jauh nantang maut, cari masalah deh!” Halo! Memangnya kalau di rumah saja kamu tidak akan punya masalah?

Saya perempuan yang walau ribuan Kartini bersuara tetap saja, SAYA PEREMPUAN. Katanya, tidak baik jalan sendiri, kami kaum yang lemah, tidak boleh mandiri, harus manja, dan tabu melakukan semuanya sendirian apalagi berkata tentang keberanian. PAMALI.

Prinsip hidup setiap orang memang berbeda-beda. Saya tidak menyalahkan mereka yang penakut. Tidak juga membenarkan mereka yang pemberani. Karena sebaik-baiknya penakut dan pemberani adalah mereka yang mampu menghadapi apa pun masalah yang tengah terjadi.

Lalu bagaimana caranya agar bisa berani jalan sendirian? Atau minimal bisa mengatasi masalah apa pun dalam perjalanan?

Semuanya bermula dari hati dan pikiranmu sendiri. Banyak orang yang takut jalan sendirian bukan karena masalah yang sedang terjadi. Tapi justru terlalu banyak memikirkan hal-hal yang belum tentu akan terjadi. Bahkan untuk terjadi saja itu tidak mungkin.

Tidak ada perjalanan yang sempurna. Bahkan rame-rame pun tidak menjamin perjalanmu akan menyenangkan. Saya sudah mencoba berjalan sendiri dan rame-rame. Sejauh ini jalan sendiri membuat saya ketagihan.

Justru jalan sendiri lebih banyak ceritanya. Saya memiliki banyak ruang untuk mengeksplore tempat yang saya kunjungi dan diri saya sendiri tentunya. Jalan sendiri membuat semua anggota tubuh saya bekerja. Saya benar-benar merasakan apa itu hidup sebenarnya.

Jalan sendiri bukan sekedar tentang takut dan berani. Lebih dari itu, jalan sendiri benar-benar melatih semua macam sifat, sikap dan perilaku kita. Bagaimana menghadapi orang asing? Bagaimana merawat dan melindungi tubuh dengan baik? Bagaimana menghormati dan menghargai budaya setempat? Bagaimana mengelola keuangan agar cukup? Dan masih banyak bagaimana-bagaimana lagi yang lainnya.

Tidak mudah melakukan semua itu. Tidak semua orang juga bisa melakukannya. Kebanyakan orang takut sendirian karena takut dikatai orang lain, “Kasian jalannya sendirian.”. Saya justru bangga bisa jalan sendiri. Sedikit pun saya tidak merasa hidup saya kasihan. Justru lebih kasihan kalau saya cuma bisa merepotkan orang lain, penakut, dan tidak mandiri.

Kalau kalian ingin mencoba berjalan sendiri ke tempat yang baru dan tidak ada seorang pun yang kalian kenal di sana. Cobalah berlatih yang terdekat dulu. Bukan, bukan ke rumah tetangga. Tapi latihlah hatimu dulu. Karena segala sesuatu bermula dari hati dan pikiranmu sendiri.

Tidak dipungkiri kami kaum perempuan dibentuk peradaban untuk bermanja-manja ria. Saya sering heran melihat kaum saya sendiri takut dengan hal-hal yang hanya didengar dari orang lain. Bahkan kejadian pun belum tentu. Tapi heboh takutnya sudah luar biasa. Mau bagaimana lagi bawaan tanah harus lebay.

Sedangkan kaum sebelah, alias laki-laki, diberi label berani dari lahir. Padahal banyak loh, laki-laki yang penakut. Tapi tidak terlihat karena terbungkus rapi oleh anggapan. Mereka angkuh padahal juga rapuh.

Saya tidak menyalahkan perempuan yang takut bepergian sendirian. Lalu, merasa jumawa karena saya bisa dengan mudah melakukannya. Toh, tidak pergi ke mana-mana juga harus punya keberanian. Berani menahan nafsu tidak tergoda hal-hal indah kata orang di luar sana. Berani menjadi orang yang tidak banyak pengalaman. Berani memilih kehidupan dalam zona aman. Tinggal kamu pilih, beranimu mau ditempatkan di mana?

Jadi, kurangi anggapan perbanyak jalan. Agar kamu tahu apa yang sebenar-benarnya benar.

Saturday, September 16, 2017

Ini Dia Spot Menikmati Senja Di Cilacap



“Bro, ini kok ngga sunset-sunset sih?” celoteh teman di sebelah saya dengan mulut penuh siomay.
“Sunset?” saya mengernyitkan dahi dengan alis mata kanan sedikit terangkat.
“Iya, kalau sore kan sunset.”
“Hadew, mana ada sunset di sini. Kamu mau nunggu sampai nenek-nenek juga ngga bakalan keliatan.”

Begitu obrolan saya dengan seorang teman yang baru hijrah dari Jakarta ke Cilacap. Cilacap memang daerah di bagian selatan Pulau Jawa. Kalau secara logika, bisa melihat matahari terbit dengan menengok ke timur dan matahari tenggelam tinggal melihat ke arah barat. Selesai.

Kenyataannya tidak semua tempat seperti itu.

Kalau kalian mengenal Teluk Penyu di Cilacap yang begitu tersohor itu, sesungguhnya si bibir pantai menghadap ke timur bukan selatan. Tau kan arti dari teluk? Hayolo, jangan bilang lupa. Sama. Saya pun lupa, tapi tidak usah panik mari kita piknik.

Teluk adalah perairan laut yang menjorok ke daratan. Begitu pengertian singkat dari teluk, hasil saya piknik di maha dewa google. Jadi di Teluk Penyu ada bagian dataran yang melengkung. Itulah mengapa ada bagian bibir pantai yang menghadap ke timur. Bagian yang menghadap ke timur inilah tempat di mana kita bisa menikmati matahari terbit.

Jadi kalau ada yang mengajakmu, “Nyanset, yuk, ke Teluk Penyu!” Apalagi sampai posting foto matahari di Pantai Teluk dengan caption ”sunset”. Hadew, ini sih ocehan people bumi datar jaman now. Mau nunggu kiamat biar bisa lihat matahari terbenam dari timur kali. Ya monggo, aku sih ogah. Bumiku bulat, kok.

Saya belum pernah menikmati matahari terbit di Teluk Penyu ini. Bahkan matahari terbit di belahan dunia mana pun, nyaris belum pernah saya nikmati. Maksudnya, motret matahari terbit atau sekedar menikmati bangunnya mentari. Malas bangun pagi? Tidak juga. Hanya malas keluar kandang pagi-pagi buta. Pernah mencoba tapi selalu hasilnya tak seindah yang dibayangkan.
Saya kaum senja, yang lebih memilih menunggu dari pada mengejar. Kalau berbicara tentang senja, behhhh, mau di mana pun saya akan bilang, “Ayo!”. Pasti saya langsung berangkat tanpa kemalasan yang menyertai. Sudah baca senja di Bukit Merese yang membuat air mata saya berlinang? Baca dong, di sini ya.

Lalu kalau mau menikmati senja di Cilacap yang syahdu, haru, dan mendayu-dayu ada di mana?

Pelabuhan Sleko

Pelabuhan ini letaknya tidak jauh dari pusat kota Cilacap. Lurus terus ke arah timur kalau kalian dari alun-alun. Di ujung jalan kalian akan menemui plang “Selamat Datang di Pelabuhan Sleko”. Masuk saja cari tempat parkir yang tidak jauh dari dermaga.

Sudah beberapa kali saya ke Pelabuhan Sleko ini. Tapi saya tidak tahu jadwal kapal yang ke atau dari pelabuhan. Setiap kali naik kapal dari Pelabuhan Sleko ini selalu rombongan, jadi sudah pasti kapalnya sewaan. Seperti sewaktu saya ke Pantai Rancahbabakan yang berada di ujung barat Pulau Nusakambangan.

Nah, kalau kalian hanya sekedar ingin menikmati senja di Pelabuhan Sleko ini datanglah saat sore menjelang. Ya, iyalah masa pagi-pagi nyari senja. Saran saya datanglah sekitar jam 5. Memang matahari belum begitu turun. Malahan terkadang masih panas. Tergantung musim juga sih.

Saya dua kali ke sini untuk sekedar menikmati senja. Yang pertama sedikit gagal. Sebenarnya cuaca sedang bagus-bagusnya. Apa daya, ketika waktunya tiba, awan menutupi senja yang sedang cantik-cantiknya. Kedatangan kedua, membuat saya takjup tidak bisa berkata-kata. Senja yang bulat cantik sempurna dengan kapal yang hendak pulang ke peraduan.

Dari kedua waktu yang berbeda itu, ada satu hal yang sama. Kedatangan kapal tangker! Bila kalian tidak suka berselfie ria, kapal tangker ini bisa menjadi hal yang dinanti. Seperti menanti seseorang yang telah lama pergi. Ia akan ada walau rasa tak sama lagi.
Kapal tangker yang selalu lewat ketika senja di Pelabuhan Sleko
Sesungguhnya senja kali ini tidak memiliki makna yang begitu berarti untuk saya pribadi. Seolah-olah sudah ribuan senja saya temui, semuanya sempurna sampai tidak menemui makna. Tapi senja tetaplah senja, mau jutaan kali datang tetap tak akan kehilangan panggung. Ia akan tetap berdansa dengan segala macam romansa. Mengalunkan nyanyian untuk jiwa yang kesepian. Memainkan peran sebagai tokoh yang selalu dirindukan. Merayakan hingar-bingar bak petasan yang menggelegar.

Pantai Sodong

Tempat kedua yang saya sarankan tapi tidak saya sarankan. Kok seperti tidak niat? Iya, sampai detik ini saya masih mendengar perlakuan tidak nyaman di pantai yang satu ini. Kalian bisa membacanya di sini untuk lebih tahu apa yang pernah saya alami. Dan hal serupa masih saja berjalan dengan baik sampai saya menulis ini.

Pantai Sodong terletak di Desa Karangbenda Kecamatan Adipala. Kurang lebih berjarak 25 km dari pusat kota Cilacap ke arah timur. Kalian bisa tahu arah jalannya dari postingan saya tentang View Gunung Selok. Yap, Pantai Sodong dan Gunung Selok masih satu lokasi.

Hamparan pantai yang kalian lihat di View Gunung Selok itu adalah Pantai Sodong. Pantai dengan panorama komplit ini sebenarnya bisa menjadi primadona. Sayang, ah, kalian baca saja postingan saya tautkan pertama.

Bagaimana tidak menjadi primadona?

Pantai Sodong tepat dibawah Gunung Selok dengan aliran sungai dan persawahan yang memisahkannya. Di tepian pantai banyak ditumbuhi pohon cemara yang berjejer teduh. Apalagi kalau datangnya sore hari menjelang senja.

Kalian akan melihat pemandangan seperti ini:
Senja horey di Pantai Sodong.
Waktu saya datang memang bukan saat yang tepat karena senjanya tertutup awan. Kalau kalian datang di waktu yang tepat, mungkin akan lebih bagus mendapatkannya. Tentang kesannya, ya, tergantung perginya sama siapa.

Bukankah sebaik-baiknya perjalanan bukan tentang pemandangan. Tapi tentang manusia yang hidup, menghidupi, dan dihidupi karenanya.

Dan, bila kalian bertanya padaku, “Senja mana yang paling melekat di hati?”. Semuanya! Bahkan ketika cahaya jingga menyelinap masuk lewat jendela. Yang saya nikmati pergantian warnanya ketika baru bangun tidur di sore yang enggan. Tetap meninggalkan rasa di dada. Entah sendu, syahdu, ragu, atau malu.

NB: Dan tentang senja di Cilacap, selanjutnya pasti ada lagi. Tungguin part selanjutnya, ya! (Ini adalah penutupan sebagai upaya agar dibilang travel blogger) (padahal, nganu) (apalagi judulnya, duh!)

Wednesday, May 10, 2017

Desa Pasir, Wisata yang Kekinian dan Menawan



Bagaimana rasanya tinggal di tepi pantai?

Setiap pagi bagun dengan semangatnya sunrise. Setiap siang terbuai dengan angin yang sepoy-sepoy. Setiap sore larut dalam hangatnya sunset. Setiap malam menggantungkan mimpi di antara ribuan bintang.

Itu yang saya bayangkan ketika mengunjungi Desa Pasir, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Desa yang memilki keindahan pemandangan tepi pantai yang indah. Pantai sekaligus bukit beserta tebing-tebingnya. Jadi, pengunjung tidak hanya disuguhkan pemandangan tepi pantai tapi juga dari atas bukit sehingga bisa melihat hamparan laut yang luas.
Keadaan tersebut membuat Desa Pasir layak menjadi destinasi wisata. Spot untuk berswafotonya juga banyak. Baik yang berornamen kekinian atau pemandangan yang masih alami, semuanya bagus-bagus. Tempat yang dibuka untuk objek wisata pun tidak hanya satu, tapi beberapa.
Lokasi Desa Pasir ini juga mudah dijangkau kendaraan bermotor. Desa Pasir ini terletak di bagian barat Kabupaten Kebumen. Kalau dari kota bisa lewat Gombong lalu ke arah Karang Bolong. Desa Pasir ini bersebelahan dengan Karang Bolong.

Thursday, April 20, 2017

Kisah Cinta Di Balik Indahnya Baturraden



Cinta memang tidak akan pernah berakhir. Dari dulu sampai sekarang, cinta selalu menunjukkan kekuatannya. Kisahnya selalu hidup tak akan punah oleh waktu walau musim terus berganti. Mereka akan terus tumbuh tanpa harus dipupuk.

Cinta bisa membuat bahagia juga mendatangkan duka. Dahsyatnya cinta tidak mengenal siapa. Menembus batas-batas logika. Bahkan yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin hanya karena cinta. Ceritanya pun bermacam-macam. Ada yang seperti Habibie-Ainun, setia sampai akhir. Ada yang harus melawan perjodohan seperti Siti Nurbaya. Atau mencintai ibunya sendiri seperti Sangkuriang. Bahkan ada yang rela berjuang membangun seribu candi hanya untuk Roro Jonggrang.

Beda tempat tentu ceritanya yang berbeda walau cinta masih tetaplah cinta. Seperti kisah cinta yang tersembunyi di balik keindahan Baturraden. Bermula dari seorang laki-laki bernama Suta yang bekerja sebagai pembantu di Kadipaten Kutaliman. Suta ditugaskan untuk merawat kuda peliharaan Adipati Kutaliman.

Icon Baturraden, Suta dan Sang Putri
Sore hari setelah selesai bekerja, Suta jalan-jalan di sekitar Kadipaten Kutaliman. Suta mendengar teriakan seorang wanita. Karena penasaran, ia mencari sumber teriakan itu. Ternyata di bawah pohon ada seorang wanita yang wajahnya pucat ketakutan. Di dekat wanita itu ada ular besar yang siap menggigit. Dengan keberaniannya, Suta menyelamatkan wanita itu dari gangguan ular besar.

Saturday, March 4, 2017

Berburu Kuliner di Cilacap

Cilacap adalah kabupaten terluas di Jawa Tengah. Luas wilayahnya 6,2 % dari total luas Jawa Tengah atau lebih tepatnya 2.142,59 km2. Cilacap bagian barat berupa daerah pegunungan, sedangkan bagian selatan dan timur berupa dataran rendah.

Letak geografis tersebut mempengaruhi makanan khas Cilacap. Masyarakat Cilacap bagian barat banyak memanfaatkan hasil perkebunan dan perhutanan sebagai bahan makanan. Sedangkan masyarakat yang berada di pesisir pantai tentu banyak memanfaatkan hasil laut. Jadi, apa saja makanan khas Cilacap? Berikut diantaranya:

  • Brekecek Pathak Jahan
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 556/501/18/Tahun 2014, tanggal 6 Nopember 2014, brekecek pathak jahan resmi menjadi makanan khas Cilacap. Kalau sudah resmi begitu tentu rasanya enak.

Sebenarnya makanan apa sih brekecek pathak jahan ini? Kok, namanya cak-cek-cak-cek jadi terdengar seperti dibejek-bejek. Ya, memang asal-usul dinamai brekecek karena cara membuatnya di-brek yang artinya diletakkan atau dijatuhkan. Lalu di-kecek yang artinya dicampur bumbu. Sedangkan pathak jahan artinya kepala ikan jahan.

Jadi, brekecek pathak jahan ini adalah masakan kepala ikan pathak jahan yang diberi bumbu khas Cilacap. Rasanya pedas seperti rica-rica dan sedikit asin ciri khas ikan. Makanan ini enak disantap dengan nasi putih hangat. Semakin enak bila kepala ikannya dimakan dengan cara diseruput. Jadi, nikmat dunia mana lagi yang kamu dustakan?


  • Mendoan
Makanan yang terbuat dari tempe dengan dilumuri tepung yang diberi bumbu ini ada di semua tanah ngapak--tempatnya orang-orang yang kesehariannya berbicara dengan bahasa ngapak. Walau sama-sama mendoan antara daerah yang satu dengan yang lainnya punya perbedaan. Di Banyumas, khususnya Baturaden, mendoan digoreng lebih kering dan banyak kriuknya. Di Wonosobo malahan disebutnya tempe kemul, tepungnya lebih tebal dan digoreng setengah matang jadi lebih berminyak.

Sedangkan di Cilacap, khususnya daerah tepi pantai, tempe mendoannya tidak dipotong. Jadi, kalian bisa menikmati mendoan sebesar piring. Bisa digoreng kering atau setengah matang. Mendoan enaknya disantap saat masih hangat dengan lombok rawit atau sambel kecap. Ditemani es kelapa muda, kopi atau teh sambil gendu-gendu rasa—ngobrol—dengan orang terkasih di tepi pantai menikmati semilir angin pantai. 

Mendoan segede piring
  • Yutuk
Ada yang sudah tahu apa itu yutuk? Yutuk loh ya, bukan youtube. Menurut wikipedia, yutuk adalah undur-undur laut, ketam pasir, masih satu bangsa dan negara dengan krustasea. Hewan beruas-ruas yang hidup di pasir pantai ini punya nama gaul sand crab, mole crab, atau sand flea.

Yutuk biasanya dibuat rempeyek atau digoreng biasa. Setelah digoreng warnanya kemerah-merahan seperti udang. Rasanya pun sama-sama gurih dan asin seperti udang. Kalau ke Cilacap, kalian bisa mendapatkannya di Pantai Widarapayung. Penjualnya ibu-ibu keliling bawa tenggok di tepi pantai yang isinya kacang rebus sama yutuk.

Yutuk di Pantai Widarapayung dengan kelapa muda
  • Gembus
Cemilan ini sedikit susah ditemui, bahkan di Cilacap sendiri. Biasanya hanya dijual di acara hajatan, pasar malam, atau acara kedaerahan seperti wayangan. Orang Cilacap kalau ada wayangan belum beli gembus berarti belum nonton wayang. Padahal setelah beli gembus belum tentu nonton wayang.

Gembus ini terbuat dari singkong yang ditumbuk, diberi bumbu yang membuatnya asin dan gurih. Bentuknya sama seperti donat--putih, bulat, dan tengahnya bolong. Gembus enak dimakan dengan dicocol ke sambal kacang. Atau dimakan hangat tanpa dicampur apa pun juga sudah enak.

Gembus
  • Lanting
Cemilan khas Cilacap ini terbuat dari singkong, sama seperti gembus. Bentuknya pun sama, bulat dan tengahnya bolong. Rasanya pun sama-sama gurih dan asin. Perbedaannya, gembus empuk dan kenyal kalau lanting lebih keras.

Lanting juga ada di Kebumen. Tapi lanting khas Kebumen bentuknya seperti angka delapan dan rasanya lebih bervariasi. Sedangkan lanting khas Cilacap hanya ada dua rasa, asin dan manis. Yang manis berarti warnanya merah. Lanting khas Cilacap bisa ditemui di pasar tradisional.

Lanting khas Cilacap
Buat kalian yang tidak suka seafood atau makanan yang asin dan gurih, di Cilacap juga banyak tempat makan yang menjual berbagai kuliner khas nusantara. Seperti bakso, sate, soto semarang, mie aceh, bakmie godog, pempek, dan masih banyak lagi yang lainnya. Pokoknya kalau ke Cilacap hubungi saya saja, nanti saya kasih tahu kuliner di Cilacap yang nylekamin pisan.

Food photography dengan handphone

Karena upload foto di instagram belum bisa dari PC, hal itu menyulitkan saya bila mengambil foto dengan kamera DSLR. Kalau foto dengan DSLR, fotonya harus dipindah ke PC dulu, dari PC pindah lagi ke handphone, kan ribet. Untuk itu saya selalu menggunakan ASUS Zenfone 4 agar bisa langsung update di instagram.
 
ASUS Zenfone 4 yang saya gunakan.
Kamera di ASUS Zenfone 4 ini kualitas fotonya tidak kalah dengan kamera DSLR karena punya PixelMaster Camera yang memudahkan kita dalam mengambil foto. Saya pernah menulis kemudahan menggunakan kamera ASUS Zenfone 4 di sini.

PixelMaster Camera di ASUS Zenfone 4.
Selain karena ASUS Zenfone 4 yang memang keren, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar foto makanan terlihat bagus dan menggugah selera. Berikut saya beri tahu caranya:
  • Cahaya
Fotografi itu melukis dengan cahaya, bukan melukis dengan kamera. Jadi, hal utama dan pertama yang harus diperhatikan dalam fotografi apa pun jenisnya dan apa pun kameranya tetap CAHAYA.

Perhatikan cahaya di sekitar makanan yang kamu jadikan objek. Mau di dalam ruangan atau di luar ruangan tidak masalah. Asal kamu perhatikan dari mana arah datangnya cahaya itu dan bagaimana sifatnya.

Kalau di dalam ruangan, pastikan cahayanya cukup terang. Cukup terang artinya tidak terlalu terang sehingga menimbulkan bayangan yang keras dan tidak terlalu gelap agar objek bisa terlihat. Bila cahayanya terlalu terang di satu bagian dan terlalu gelap di bagian lain. Di bagian yang gelap bisa menggunakan steroform atau cermin agar ada sedikit cahaya dari bagian yang gelap.

Motret di samping jendela.
Bila ruangan terlalu gelap, pindah tempat untuk memfoto. Kalau tidak memungkinkan, kalian bisa menggunakan low light atau mode malam. Jangan menggunakan flash karena cahaya flash bisa membuat warna makanan menjadi tidak natural. Atau matikan touch shutter dan nyalakan touch auto focus. Agar saat layar disentuh tidak langsung memfoto tapi bisa mengatur pencahayaan objek yang akan difoto. Sentuh layar sampai dirasa pencahayaannya pas.

Kalau di luar ruangan, jangan di bawah sinar matahari di jam 12 siang. Selain membuat kulit kamu hitam dan keringat bercucuran. Memfoto di bawah terik matahari cahayanya terlalu keras. Warna makanan sebagai objek foto jadi terlihat tidak natural. Cari waktu yang cahaya mataharinya tidak terlalu keras, sore hari misalnya. Atau berteduhlah di bawah pohon.

Contoh foto makanan di luar ruangan saat sore hari.
  • Cari bagian yang menarik dari makanan itu
Makanan Indonesia semuanya enak-enak tapi bentuknya sering biasa saja. Contohnya, rendang. Warnanya hitam pekat kalau di foto sering kali tidak menggugah selera. Padahal kita semua tahu rasanya tidak diragukan lagi enaknya luar biasa.

Untuk itu sebelum difoto, kita harus tahu dulu bagian apa yang menarik di makanan itu. Misalnya, bakso telur. Sebelum difoto, dibelah dulu baksonya supaya telur di dalamnya terlihat. Setelah tahu bagian makanan apa yang akan ditonjolkan, kita bisa menggunakan mode deep of field agar lebih fokus ke objek yang diinginkan dan background yang tidak penting menjadi blur.

Tunjukkan telur dalam baksonya.
  • Komposisi yang pas
Komposisi adalah susunan atau tatanan sebuah objek foto dalam sebuah bidang foto sehingga foto tersebut enak dilihat. Unsur dalam komposisi ini ada titik, garis, bentuk, warna, dan cahaya. Kita bisa memanfaatkan salah satu atau beberapa komposisi agar foto kita menarik.

Umumnya kita memfoto makanan dari atas (bird eye) atau selevel dengan makanannya. Kita bisa mencoba dari beberapa angle untuk menghasilkan foto yang terbaik. Selain itu kita juga harus memperhatikan bentuk makanan tersebut, wadah makanannya, dan background-nya.

Perhatikan bentuk makanannya.
  • Pelengkap atau ornamen
Agar foto enak dilihat, kita bisa menambahkan perlengkapan makan atau benda-benda lain yang mendukung. Kalau di makanannya, kita bisa menambah cabai, tomat, daun seledri, atau yang lainnya. Di luar makanan kita bisa menambahkan sendok, garpu, tisu, dan bunga. Atau kalau makanannya lucu kadang saya menambahkan Kero, boneka rajut yang saya punya.

Ingat ya, pelengkap ini fungsinya hanya melengkapi agar frame tidak kosong. Jadi, yang perlu ditonjolkan tetap makanannya.

Si kecil Kero dengan es coklat.
  • Editing
Pencahayaan sudah oke, makanan sudah menarik, komposisi juga pas, pelengkap juga sudah lucu. Sekarang tinggal editing. Fungsi dari editing bukan untuk menipu, hanya memperindah tampilan foto.
Di ASUS Zenfone 4 yang saya punya sudah diberi fasilitas editing yang cukup mumpuni. Jadi, tidak perlu download aplikasi lainnya lagi. Editing yang saya lakukan biasanya hanya memperbaiki exposure dari foto tersebut. Atau membuat kolase agar ada beberapa foto dalam satu frame. Jangan memberikan efek berlebihan pada foto. Ini bisa menganggu atau terlihat aneh.
Foto yang sudah di-kolase

Makanan yang enak

Bagi saya hanya ada dua tipe makanan. Pertama, enak. Kedua, enak banget. Ya, tidak ada makanan yang tidak enak dalam kamus hidup saya. Saya pikir tidak ada satu pun di dunia ini yang sepenuhnya jelek, apa pun itu termasuk makanan.

Coba kalian bayangkan, berapa banyak pengorbanan yang dilakukan agar sepiring makanan bisa sampai di depanmu. Misalnya, sepiring nasi putih. Berawal dari bibit padi ditanam di sawah saja tahapannya banyak. Dan tidak cukup hanya satu bulan sampai padi itu dipanen lalu menjadi beras. Belum lagi untuk jadi nasi, pun harus dimasak dengan benar. Masih tega kah kalian sampai di piringmu malahan kalian hina? Berapa hati yang kalian lukai?

Saya pernah mengobrol dengan teman yang penjual bakmie goreng. Ceritanya membuat saya menulis cerpen ini. Bahwa orang yang memiliki penyakit pencernaan bukan salah pola makannya. Tapi sifat orang tersebut yang suka menghina makanan, pilah-pilih makanan, sampai membuangnya padahal masih banyak.

Saya percaya makanan juga punya perasaan. Mereka akan mencintai saya kalau saya juga mencintai mereka. Kalau kalian mendapati makanan yang saya posting ternyata tidak enak, itu bukan saya bohong karena di­-endorse. Saya hanya akan menuliskan kelebihan dari makanan itu. Tentang kekurangan, kalian boleh hina saya tapi jangan makanannya. Walau sebenarnya itu semua kembali lagi pada selera setiap orang yang berbeda-beda.

Jadi, kapan giliran kalian ke Cilacap?

Friday, February 17, 2017

Kemit Forest - Wisata Edukasi Di Sidareja Cilacap

Selamat datang di Kemit Forest

Tidak ada perjalanan yang mulus, baik-baik saja. Pasti ada saja yang terjadi, entah sebelum, saat, atau pun sesudah perjalanan itu dilakukan.

Beberapa hari yang lalu, saya mengunjungi Kemit Forest atau Hutan Kemit. Saya sendiri baru tahu nama tempat ini. Bahkan teman saya yang anak daerah setempat saja belum tahu dengan keberadaan Kemit Forest. Berbekal dadakan, nekad, dan asal pergi saja akhirnya saya dan teman saya berangkat mencarinya.

Setelah dzuhur kami bertiga berangkat dari Karang Pucung. Dari info yang saya dapat di internet arah jalannya dari Sidareja semua. Sedangkan, kami berangkat dari Karang Pucung. Teman yang tahu tempatnya hanya memberi petunjuk dari SMP N 3 Gandrungmangu lurus terus. Ada jalan, masuk saja.

Saturday, January 21, 2017

Berswafoto Ria Di Pantai Watu Bale Dan Bukit Panduran



Semesta itu sudah indah apa adanya. Laut, gunung, pohon, air, langit, daratan, dan apa pun itu memang sudah indah dari awalnya. Tinggal bagaimana manusia sebagai makhluk paling sempurna memanfaatkannya.

Di belahan Indonesia bagian mana pun tiap hari nampaknya melahirkan tempat wisata baru. Pergerakan ini terus meningkat seiring berkembangnya media sosial dan kreatifitas masyarakat. Seperti yang terjadi di Kebumen.

Nyaris semua pantai dari Ayah sampai Karang Bolong menjadi objek wisata baru. Banyak postingan di instagram betapa objek wisata baru itu sangat instagramable dengan tempat swafotonya. Sebelum merebak seperti sekarang saya sudah pernah mengunjungi Pantai Ayah dan Pantai Menganti. Dan baru beberapa waktu lalu saya punya kesempatan mengunjungi Pantai Watu Bale.

Selamat datang di Pantai Watu Bale dan Bukit Panduran.



Monday, December 12, 2016

Travelling Itu Sederhana, Pikiranmu Saja Yang Rumit



Tadi siang, saya mendapat pesan dari seorang teman. Isinya, mengajak saya pergi ke tempat wisata. Saya sudah bilang tidak bisa karena ada beberapa kerjaan yang belum selesai. Teman saya tidak percaya karena dia mengajaknya di hari Minggu. Yang pada umumnya semua orang libur berjamaah di hari itu.

Mulailah dia mengeluarkan segala bujuk rayu, yang tetap saja saya tolak. Menariknya adalah bagaimana dia merayu saya. Hampir semua teman saya bila mengajak saya pergi selalu mengeluarkan dalih yang sama. Saya tertawa kecil membacanya dan terpikir, apakah saya memang orang seperti itu?

“Ayolah, kamu kan sering jalan-jalan.”

Hanya karena saya sudah berjalan sampai ke pulau seberang, apa predikat sering jalan-jalan pantas untuk saya? Saya merasa itu tidak cukup. Banyak yang berjalan lebih jauh dan lebih lama dari saya. Apa karena saya sering membagikan foto-foto saya di instagram lantas bisa dibilang traveller? Tentu bukan karena itu. Foto bisa saja dari masa lalu yang dibagikan ulang. Lagian saya posting foto bukan hanya karena fotonya, tapi ceritanya.

Monday, December 5, 2016

Ransel Andalanku


“Hah! Kamu cuma bawa tas ini doang?!” tanya temanku setengah teriak setengahnya lagi heran.

Aku hanya membawa sebuah tas ransel ukuran 25x15x35 cm saja. Itu untuk perjalanan ke Jember dan Jogja selama 3D2N. Apa isinya? Tiga baju, satu celana, satu jilbab, mukena, peralatan mandi, charger, dompet, dan beberapa pakaian dalam.
Keliatannya kecil, isinya banyak.
Bukan masalah banyak atau sedikit yang dibawa tapi bagaimana cara packing yang benar. Bawalah barang-barang yang penting saja. Banyak barang yang dibawa biasanya karena kita tidak tahu apa yang dibutuhkan. Belum lagi kalau nanti pulangnya beli oleh-oleh, hadeh makin beratlah bawaannya.

tas yang setia menemaniku
Tas ranselku ini tidak hanya menemaniku ke Jember ataupun Jogja. Sudah banyak tempat yang kami datangi bersama-sama. Sekedar pergi hangout sama teman, nge­-trip deket rumah, longtrip ke Lombok, bahkan ke kantor pun aku bawa tas ini. Pokoknya sudah lebih dari lima tahun tas ini menemaniku ke banyak tempat.

Bosen kah?

Aku sih kalau sudah nyaman males cari yang lain. *uhuk*

Translate

Popular Posts