Bagi saya, makanan bukan sekedar
benda yang membuat lapar, masuk ke mulut, dikunyah, lalu ditelan, dan hilang
laparnya. Lebih dari itu ada banyak hal yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
makanan. Menceritakan makanan bukan lagi sekedar rasa tapi juga makna.
Ini semua adalah proses dari
sebuah perjalanan. Dulu saya sama seperti kalian semua, menganggap makanan
hanya sebatas benda yang dimakan. Tetapi itu semua berubah semenjak dua tahun
yang lalu. Apalagi saya menjadi orang dibelakang layar akun media sosial yang
mengangkat tema kuliner. Hal ini membuat saya mengenal makanan khas Indonesia
yang beraneka ragam.
Awal memulai semua itu tentu bukan
hal yang mudah. Berkali-kali saya dicibir terutama dalam hal memfoto makanan.
Saat seseorang makan di tempat makan, umumnya langsung saja menyantap makanan
yang dipesan. Tapi saya selalu memfotonya terlebih dahulu. Orang lain
menganggap itu tidak penting tapi saya berkepentingan dengan hal itu.
Belum lagi sesungguhnya saya
tidak hobby makan atau tahu tentang dunia perkulineran. Tapi semakin hari,
semakin banyak tahu. Membuat saya menyadari bahwa makanan tidak sesederhana
yang orang lihat. Ada beberapa hal yang mempengaruhi dan dipengaruhi karenanya.
Dan hal-hal tersebut antara lain:
Kesehatan
Banyak ahli gizi yang membuat
penelitian tentang makanan. Dari kandungannya, manfaatnya, sampai dampak-dampak
kesehatan akibat dari sebuah makanan. Saya bukan ahli gizi, jadi apa yang saya
tulis tentang kesehatan sebuah makanan bukan berisi data-data ilmiah.
Cobalah kita sama-sama amati.
Mengapa jaman sekarang banyak sekali usia muda yang sudah terserang penyakit
berat? Kalau orang bilang, penyakit-penyakit itu “penyakit orang tua”. Seperti
diabetes, kolesterol, stroke, dan masih banyak lagi penyakit lainnya.
Apa sebenarnya penyebab fenomena
ini?
Hati dan pikiran. Banyak orang
yang terlalu memikirkan apa yang dia makan sampai dengan enaknya menghina
makanan. Coba kalian pikir, sepiring nasi di depan kita sudah melewati berapa
keringat, kerja keras dan dedikasi? Bahkan banyak yag sudah berkorban segenap
jiwa raga hanya untuk sepiring nasi. Tapi sampai di depanmu dengan teganya
kalian hina.
Saya pernah duduk di warung nasi
goreng. Ada seorang pembeli datang dengan emosi hanya karena di dalam nasi
gorengnya ada daun bawang segelintir. Setelah pergi saya mengobrol dengan
penjual. Dari dia saya tahu kalau pembeli baru saja operasi usus buntu dan
punya riwayat maag kronis.
Tidak apa-apa kamu tidak suka
atau tidak mau memakan sebuah makanan. Tapi jangan sekali-kali menghinanya.
Karena sehat yang sebenarnya datang bukan dari pola makan yang baik. Tapi dari
hati dan pikiran yang baik. Orang terlalu sibuk mengkritisi ini-itu, lupa kalau
sedang menghina.
Keadaan alam
Perjalanan membuat saya mengenal
bahwa setiap daerah memiliki ciri khas makanan yang berbeda-beda. Terutama yang
dipengaruhi keadaan alam. Masyarakat yang tinggal di pegunungan dengan pantai
tentu memiliki ciri khas makanan yang berbeda. Masyarakat pegunungan umumnya
memanfaatkan hasil bumi. Sedangkan masyarakat pesisir pantai banyak yang
membuat olahan dari bahan dasar ikan. Sebenarnya ini adalah usaha dari manusia
bertahan hidup dengan memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya.
Tidak hanya jenis makanan,
keadaan alam juga mempengaruhi rasa dan cara pengolahan. Contohnya saja
mendoan. Makanan khas Indonesia yang satu ini bisa kita jumpai di daerah ngapak
atau sekitar Banyumas, Cilacap, Kebumen, Purbalingga, dan sekitarnya. Tapi di
semua daerah itu mendoannya berbeda-beda.
Di Wonosobo, mendoan lebih
dikenal dengan tempe kemul. Tepungnya tebal dan disajikan masih basah dengan
minyak. Hal ini dipengaruhi karena Wonosobo yang daerah pegunungan berhawa
dingin. Sedangkan di daerah Cilacap, mendoan dimasak lebih kering dan tempe
mendoannya juga lebih lebar. Padahal bumbu dan bahannya sama semua.
Budaya
Indonesia terdiri dari 1.340 suku
bangsa menurut data dari BPS berdasarkan Sensus Penduduk 2010. Setiap suku
memiliki kebudayaan, ritual adat, dan acara peringatan yang berbeda-beda. Dan
sering kali setiap acara mengikutsertakan makanan sebagai media utama atau
pelengkap.
Banyak makanan yang menjadi
simbol kemakmuran, kesuksesan, atau mengandung doa dan harapan. Tidak hanya
makanannya saja tapi juga cara mengolah dan memakannya memiliki makna
tersendiri.
Di satu daerah bisa jadi sebuah
makanan dianggap suci dan tidak boleh dimakan. Tapi di daerah lain bisa dengan
mudah dijumpai. Ini adalah hal yang wajar. Menjadi tidak wajar ketika hati
kalian diselimuti rasa benci.
Ekonomi
Kalian semua pasti tahu kalau
makanan bisa menjadi sumber ekonomi seseorang. Banyak pengusaha muda yang
membuat berbagai macam inovasi dalam bisnis kuliner. Ini juga yang berpengaruh
pada saya secara tidak langsung walau saya bukan pengusaha kuliner. Hanya
membantu teman-teman mempromosikan usahanya.
Kalau saya membahas untung dan
ruginya, itu biasa. Setiap usaha punya perhitungannya masing-masing. Banyak
pengusaha kuliner yang menganggap usaha kuliner adalah usaha kecil-kecilan.
Tidak memikirkan strategi bisnis, branding
produk, pemasaran, dan yang paling utama etika bisnis.
Saya beberapa kali dianggap
sepele dan tidak dihargai ketika bertemu pedagang/pengusaha kuliner. Padahal
saya bisa dengan mudah menghancurkan usaha mereka kalau saya bagikan di media
sosial. Dengan saya yang bisa berpengaruh pada peningkatan penjualan saja,
mereka tidak peduli. Bagaimana bisa memperlakukan pelanggan dengan baik?
Dan yang membuat miris lagi
mereka adalah pengusaha kuliner khas daerah. Ini bisa jadi menurunkan daya beli
masyarakat. Dan bukan hal yang tidak mungkin kuliner khas daerah ini bisa
punah. Apa harus diakui negara lain dulu baru kita peduli dengan makanan khas
Indonesia?
Saya sangat mau dan ingin kita
maju bersama-sama. Saya sangat senang kita mengobrol sambil minum kopi atau
icip-icip untuk membicarakan banyak hal tentang kuliner. Saya tidak pernah
berpikir berapa yang saya dapatkan atau keluarkan dengan mengulas sebuah produk
kuliner. Adalah sebuah kebanggaan bagi saya mendengar makanan yang saya ulas
kemudian bisa laris dan berkembang.
Cinta
Ini sebenarnya yang paling utama
dari semua hal yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh makanan. Cinta.
Memikirkan berapa butir cinta dalam sepiring nasi, berapa tetes rindu dalam
secangkir kopi, berapa kenangan yang tersembunyi di balik lengkuas yang
menyamar rendang. Tidak akan habis untuk bercerita tentang hal ini.
Setiap tempat yang saya singgahi
dan makanan yang saya cicipi punya ceritanya sendiri. Ada pasangan yang membuka
usaha kuliner bersama-sama. Ada juga yang bertemu karena pernah mendorong
gerobag cincau bersama. Ada seorang anak kecil yang menunggu ayahnya di samping
gerobag soto sambil belajar membaca. Ada juga anak yang tidak pernah pulang
kampung, hanya bisa mengirim parcel untuk orang tuanya.
Setiap melihat cinta diantara
mereka, terselip doa dari saya semoga apa pun yang saya tulis dan bagikan bisa
terus memupuk cinta mereka. Saya tidak bisa membayangkan sebiji kopi bila
dipetik tanpa cinta. Pasti pahitnya sampai relung jiwa. Saya tidak tahu apakah
rendang bisa matang, kalau yang memasak tidak mencintai pekerjaannya.
Indonesia ini kaya akan segala
hal dari alam, budaya, suku, bahasa dan pasti makanannya. Lalu, mengapa kita
juga tidak boleh kaya akan cinta? Kalau cinta tidak bisa menyatukan kita. Ayo
makan bersama agar makanan khas Indonesia makin lestari dan tetap terus terjaga.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah membaca, silahkan berkomentar