Friday, July 14, 2017

Makanan, Bukan Sekedar Makan



Bagi saya, makanan bukan sekedar benda yang membuat lapar, masuk ke mulut, dikunyah, lalu ditelan, dan hilang laparnya. Lebih dari itu ada banyak hal yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh makanan. Menceritakan makanan bukan lagi sekedar rasa tapi juga makna.

Ini semua adalah proses dari sebuah perjalanan. Dulu saya sama seperti kalian semua, menganggap makanan hanya sebatas benda yang dimakan. Tetapi itu semua berubah semenjak dua tahun yang lalu. Apalagi saya menjadi orang dibelakang layar akun media sosial yang mengangkat tema kuliner. Hal ini membuat saya mengenal makanan khas Indonesia yang beraneka ragam.

Awal memulai semua itu tentu bukan hal yang mudah. Berkali-kali saya dicibir terutama dalam hal memfoto makanan. Saat seseorang makan di tempat makan, umumnya langsung saja menyantap makanan yang dipesan. Tapi saya selalu memfotonya terlebih dahulu. Orang lain menganggap itu tidak penting tapi saya berkepentingan dengan hal itu.

Belum lagi sesungguhnya saya tidak hobby makan atau tahu tentang dunia perkulineran. Tapi semakin hari, semakin banyak tahu. Membuat saya menyadari bahwa makanan tidak sesederhana yang orang lihat. Ada beberapa hal yang mempengaruhi dan dipengaruhi karenanya. Dan hal-hal tersebut antara lain:

Kesehatan

Banyak ahli gizi yang membuat penelitian tentang makanan. Dari kandungannya, manfaatnya, sampai dampak-dampak kesehatan akibat dari sebuah makanan. Saya bukan ahli gizi, jadi apa yang saya tulis tentang kesehatan sebuah makanan bukan berisi data-data ilmiah.

Cobalah kita sama-sama amati. Mengapa jaman sekarang banyak sekali usia muda yang sudah terserang penyakit berat? Kalau orang bilang, penyakit-penyakit itu “penyakit orang tua”. Seperti diabetes, kolesterol, stroke, dan masih banyak lagi penyakit lainnya.

Apa sebenarnya penyebab fenomena ini?

Hati dan pikiran. Banyak orang yang terlalu memikirkan apa yang dia makan sampai dengan enaknya menghina makanan. Coba kalian pikir, sepiring nasi di depan kita sudah melewati berapa keringat, kerja keras dan dedikasi? Bahkan banyak yag sudah berkorban segenap jiwa raga hanya untuk sepiring nasi. Tapi sampai di depanmu dengan teganya kalian hina.

Saya pernah duduk di warung nasi goreng. Ada seorang pembeli datang dengan emosi hanya karena di dalam nasi gorengnya ada daun bawang segelintir. Setelah pergi saya mengobrol dengan penjual. Dari dia saya tahu kalau pembeli baru saja operasi usus buntu dan punya riwayat maag kronis.

Tidak apa-apa kamu tidak suka atau tidak mau memakan sebuah makanan. Tapi jangan sekali-kali menghinanya. Karena sehat yang sebenarnya datang bukan dari pola makan yang baik. Tapi dari hati dan pikiran yang baik. Orang terlalu sibuk mengkritisi ini-itu, lupa kalau sedang menghina.

Keadaan alam

Perjalanan membuat saya mengenal bahwa setiap daerah memiliki ciri khas makanan yang berbeda-beda. Terutama yang dipengaruhi keadaan alam. Masyarakat yang tinggal di pegunungan dengan pantai tentu memiliki ciri khas makanan yang berbeda. Masyarakat pegunungan umumnya memanfaatkan hasil bumi. Sedangkan masyarakat pesisir pantai banyak yang membuat olahan dari bahan dasar ikan. Sebenarnya ini adalah usaha dari manusia bertahan hidup dengan memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya.

Tidak hanya jenis makanan, keadaan alam juga mempengaruhi rasa dan cara pengolahan. Contohnya saja mendoan. Makanan khas Indonesia yang satu ini bisa kita jumpai di daerah ngapak atau sekitar Banyumas, Cilacap, Kebumen, Purbalingga, dan sekitarnya. Tapi di semua daerah itu mendoannya berbeda-beda.

Di Wonosobo, mendoan lebih dikenal dengan tempe kemul. Tepungnya tebal dan disajikan masih basah dengan minyak. Hal ini dipengaruhi karena Wonosobo yang daerah pegunungan berhawa dingin. Sedangkan di daerah Cilacap, mendoan dimasak lebih kering dan tempe mendoannya juga lebih lebar. Padahal bumbu dan bahannya sama semua.

Budaya

Indonesia terdiri dari 1.340 suku bangsa menurut data dari BPS berdasarkan Sensus Penduduk 2010. Setiap suku memiliki kebudayaan, ritual adat, dan acara peringatan yang berbeda-beda. Dan sering kali setiap acara mengikutsertakan makanan sebagai media utama atau pelengkap.

Banyak makanan yang menjadi simbol kemakmuran, kesuksesan, atau mengandung doa dan harapan. Tidak hanya makanannya saja tapi juga cara mengolah dan memakannya memiliki makna tersendiri.

Di satu daerah bisa jadi sebuah makanan dianggap suci dan tidak boleh dimakan. Tapi di daerah lain bisa dengan mudah dijumpai. Ini adalah hal yang wajar. Menjadi tidak wajar ketika hati kalian diselimuti rasa benci.

Ekonomi

Kalian semua pasti tahu kalau makanan bisa menjadi sumber ekonomi seseorang. Banyak pengusaha muda yang membuat berbagai macam inovasi dalam bisnis kuliner. Ini juga yang berpengaruh pada saya secara tidak langsung walau saya bukan pengusaha kuliner. Hanya membantu teman-teman mempromosikan usahanya.

Kalau saya membahas untung dan ruginya, itu biasa. Setiap usaha punya perhitungannya masing-masing. Banyak pengusaha kuliner yang menganggap usaha kuliner adalah usaha kecil-kecilan. Tidak memikirkan strategi bisnis, branding produk, pemasaran, dan yang paling utama etika bisnis.

Saya beberapa kali dianggap sepele dan tidak dihargai ketika bertemu pedagang/pengusaha kuliner. Padahal saya bisa dengan mudah menghancurkan usaha mereka kalau saya bagikan di media sosial. Dengan saya yang bisa berpengaruh pada peningkatan penjualan saja, mereka tidak peduli. Bagaimana bisa memperlakukan pelanggan dengan baik?

Dan yang membuat miris lagi mereka adalah pengusaha kuliner khas daerah. Ini bisa jadi menurunkan daya beli masyarakat. Dan bukan hal yang tidak mungkin kuliner khas daerah ini bisa punah. Apa harus diakui negara lain dulu baru kita peduli dengan makanan khas Indonesia?

Saya sangat mau dan ingin kita maju bersama-sama. Saya sangat senang kita mengobrol sambil minum kopi atau icip-icip untuk membicarakan banyak hal tentang kuliner. Saya tidak pernah berpikir berapa yang saya dapatkan atau keluarkan dengan mengulas sebuah produk kuliner. Adalah sebuah kebanggaan bagi saya mendengar makanan yang saya ulas kemudian bisa laris dan berkembang. 

Cinta

Ini sebenarnya yang paling utama dari semua hal yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh makanan. Cinta. Memikirkan berapa butir cinta dalam sepiring nasi, berapa tetes rindu dalam secangkir kopi, berapa kenangan yang tersembunyi di balik lengkuas yang menyamar rendang. Tidak akan habis untuk bercerita tentang hal ini.

Setiap tempat yang saya singgahi dan makanan yang saya cicipi punya ceritanya sendiri. Ada pasangan yang membuka usaha kuliner bersama-sama. Ada juga yang bertemu karena pernah mendorong gerobag cincau bersama. Ada seorang anak kecil yang menunggu ayahnya di samping gerobag soto sambil belajar membaca. Ada juga anak yang tidak pernah pulang kampung, hanya bisa mengirim parcel untuk orang tuanya.

Setiap melihat cinta diantara mereka, terselip doa dari saya semoga apa pun yang saya tulis dan bagikan bisa terus memupuk cinta mereka. Saya tidak bisa membayangkan sebiji kopi bila dipetik tanpa cinta. Pasti pahitnya sampai relung jiwa. Saya tidak tahu apakah rendang bisa matang, kalau yang memasak tidak mencintai pekerjaannya.

Indonesia ini kaya akan segala hal dari alam, budaya, suku, bahasa dan pasti makanannya. Lalu, mengapa kita juga tidak boleh kaya akan cinta? Kalau cinta tidak bisa menyatukan kita. Ayo makan bersama agar makanan khas Indonesia makin lestari dan tetap terus terjaga.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah membaca, silahkan berkomentar

Translate

Popular Posts