Showing posts with label tulisan. Show all posts
Showing posts with label tulisan. Show all posts

Friday, July 14, 2017

Makanan, Bukan Sekedar Makan



Bagi saya, makanan bukan sekedar benda yang membuat lapar, masuk ke mulut, dikunyah, lalu ditelan, dan hilang laparnya. Lebih dari itu ada banyak hal yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh makanan. Menceritakan makanan bukan lagi sekedar rasa tapi juga makna.

Ini semua adalah proses dari sebuah perjalanan. Dulu saya sama seperti kalian semua, menganggap makanan hanya sebatas benda yang dimakan. Tetapi itu semua berubah semenjak dua tahun yang lalu. Apalagi saya menjadi orang dibelakang layar akun media sosial yang mengangkat tema kuliner. Hal ini membuat saya mengenal makanan khas Indonesia yang beraneka ragam.

Awal memulai semua itu tentu bukan hal yang mudah. Berkali-kali saya dicibir terutama dalam hal memfoto makanan. Saat seseorang makan di tempat makan, umumnya langsung saja menyantap makanan yang dipesan. Tapi saya selalu memfotonya terlebih dahulu. Orang lain menganggap itu tidak penting tapi saya berkepentingan dengan hal itu.

Belum lagi sesungguhnya saya tidak hobby makan atau tahu tentang dunia perkulineran. Tapi semakin hari, semakin banyak tahu. Membuat saya menyadari bahwa makanan tidak sesederhana yang orang lihat. Ada beberapa hal yang mempengaruhi dan dipengaruhi karenanya. Dan hal-hal tersebut antara lain:

Kesehatan

Banyak ahli gizi yang membuat penelitian tentang makanan. Dari kandungannya, manfaatnya, sampai dampak-dampak kesehatan akibat dari sebuah makanan. Saya bukan ahli gizi, jadi apa yang saya tulis tentang kesehatan sebuah makanan bukan berisi data-data ilmiah.

Cobalah kita sama-sama amati. Mengapa jaman sekarang banyak sekali usia muda yang sudah terserang penyakit berat? Kalau orang bilang, penyakit-penyakit itu “penyakit orang tua”. Seperti diabetes, kolesterol, stroke, dan masih banyak lagi penyakit lainnya.

Apa sebenarnya penyebab fenomena ini?

Hati dan pikiran. Banyak orang yang terlalu memikirkan apa yang dia makan sampai dengan enaknya menghina makanan. Coba kalian pikir, sepiring nasi di depan kita sudah melewati berapa keringat, kerja keras dan dedikasi? Bahkan banyak yag sudah berkorban segenap jiwa raga hanya untuk sepiring nasi. Tapi sampai di depanmu dengan teganya kalian hina.

Saya pernah duduk di warung nasi goreng. Ada seorang pembeli datang dengan emosi hanya karena di dalam nasi gorengnya ada daun bawang segelintir. Setelah pergi saya mengobrol dengan penjual. Dari dia saya tahu kalau pembeli baru saja operasi usus buntu dan punya riwayat maag kronis.

Tidak apa-apa kamu tidak suka atau tidak mau memakan sebuah makanan. Tapi jangan sekali-kali menghinanya. Karena sehat yang sebenarnya datang bukan dari pola makan yang baik. Tapi dari hati dan pikiran yang baik. Orang terlalu sibuk mengkritisi ini-itu, lupa kalau sedang menghina.

Keadaan alam

Perjalanan membuat saya mengenal bahwa setiap daerah memiliki ciri khas makanan yang berbeda-beda. Terutama yang dipengaruhi keadaan alam. Masyarakat yang tinggal di pegunungan dengan pantai tentu memiliki ciri khas makanan yang berbeda. Masyarakat pegunungan umumnya memanfaatkan hasil bumi. Sedangkan masyarakat pesisir pantai banyak yang membuat olahan dari bahan dasar ikan. Sebenarnya ini adalah usaha dari manusia bertahan hidup dengan memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya.

Tidak hanya jenis makanan, keadaan alam juga mempengaruhi rasa dan cara pengolahan. Contohnya saja mendoan. Makanan khas Indonesia yang satu ini bisa kita jumpai di daerah ngapak atau sekitar Banyumas, Cilacap, Kebumen, Purbalingga, dan sekitarnya. Tapi di semua daerah itu mendoannya berbeda-beda.

Di Wonosobo, mendoan lebih dikenal dengan tempe kemul. Tepungnya tebal dan disajikan masih basah dengan minyak. Hal ini dipengaruhi karena Wonosobo yang daerah pegunungan berhawa dingin. Sedangkan di daerah Cilacap, mendoan dimasak lebih kering dan tempe mendoannya juga lebih lebar. Padahal bumbu dan bahannya sama semua.

Budaya

Indonesia terdiri dari 1.340 suku bangsa menurut data dari BPS berdasarkan Sensus Penduduk 2010. Setiap suku memiliki kebudayaan, ritual adat, dan acara peringatan yang berbeda-beda. Dan sering kali setiap acara mengikutsertakan makanan sebagai media utama atau pelengkap.

Banyak makanan yang menjadi simbol kemakmuran, kesuksesan, atau mengandung doa dan harapan. Tidak hanya makanannya saja tapi juga cara mengolah dan memakannya memiliki makna tersendiri.

Di satu daerah bisa jadi sebuah makanan dianggap suci dan tidak boleh dimakan. Tapi di daerah lain bisa dengan mudah dijumpai. Ini adalah hal yang wajar. Menjadi tidak wajar ketika hati kalian diselimuti rasa benci.

Ekonomi

Kalian semua pasti tahu kalau makanan bisa menjadi sumber ekonomi seseorang. Banyak pengusaha muda yang membuat berbagai macam inovasi dalam bisnis kuliner. Ini juga yang berpengaruh pada saya secara tidak langsung walau saya bukan pengusaha kuliner. Hanya membantu teman-teman mempromosikan usahanya.

Kalau saya membahas untung dan ruginya, itu biasa. Setiap usaha punya perhitungannya masing-masing. Banyak pengusaha kuliner yang menganggap usaha kuliner adalah usaha kecil-kecilan. Tidak memikirkan strategi bisnis, branding produk, pemasaran, dan yang paling utama etika bisnis.

Saya beberapa kali dianggap sepele dan tidak dihargai ketika bertemu pedagang/pengusaha kuliner. Padahal saya bisa dengan mudah menghancurkan usaha mereka kalau saya bagikan di media sosial. Dengan saya yang bisa berpengaruh pada peningkatan penjualan saja, mereka tidak peduli. Bagaimana bisa memperlakukan pelanggan dengan baik?

Dan yang membuat miris lagi mereka adalah pengusaha kuliner khas daerah. Ini bisa jadi menurunkan daya beli masyarakat. Dan bukan hal yang tidak mungkin kuliner khas daerah ini bisa punah. Apa harus diakui negara lain dulu baru kita peduli dengan makanan khas Indonesia?

Saya sangat mau dan ingin kita maju bersama-sama. Saya sangat senang kita mengobrol sambil minum kopi atau icip-icip untuk membicarakan banyak hal tentang kuliner. Saya tidak pernah berpikir berapa yang saya dapatkan atau keluarkan dengan mengulas sebuah produk kuliner. Adalah sebuah kebanggaan bagi saya mendengar makanan yang saya ulas kemudian bisa laris dan berkembang. 

Cinta

Ini sebenarnya yang paling utama dari semua hal yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh makanan. Cinta. Memikirkan berapa butir cinta dalam sepiring nasi, berapa tetes rindu dalam secangkir kopi, berapa kenangan yang tersembunyi di balik lengkuas yang menyamar rendang. Tidak akan habis untuk bercerita tentang hal ini.

Setiap tempat yang saya singgahi dan makanan yang saya cicipi punya ceritanya sendiri. Ada pasangan yang membuka usaha kuliner bersama-sama. Ada juga yang bertemu karena pernah mendorong gerobag cincau bersama. Ada seorang anak kecil yang menunggu ayahnya di samping gerobag soto sambil belajar membaca. Ada juga anak yang tidak pernah pulang kampung, hanya bisa mengirim parcel untuk orang tuanya.

Setiap melihat cinta diantara mereka, terselip doa dari saya semoga apa pun yang saya tulis dan bagikan bisa terus memupuk cinta mereka. Saya tidak bisa membayangkan sebiji kopi bila dipetik tanpa cinta. Pasti pahitnya sampai relung jiwa. Saya tidak tahu apakah rendang bisa matang, kalau yang memasak tidak mencintai pekerjaannya.

Indonesia ini kaya akan segala hal dari alam, budaya, suku, bahasa dan pasti makanannya. Lalu, mengapa kita juga tidak boleh kaya akan cinta? Kalau cinta tidak bisa menyatukan kita. Ayo makan bersama agar makanan khas Indonesia makin lestari dan tetap terus terjaga.

Tuesday, January 17, 2017

Life Goals Saya Menjadi Petani



Beberapa hari yang lalu saya menyaksikan tayangan NET Jateng tentang sosok yang menginspirasi di daerah Jawa Tengah. Kalau tidak salah nama programnya Sambang Sedulur. NET Jateng ini hanya mengudara di sekitar Jawa Tengah. Jadi yang di luar Jawa Tengah hanya bisa melihatya di youtube.
Di acara tersebut menayangkan profil petani muda yang sukses dengan usaha perkebunannya. Saya lupa nama petani tersebut dan di daerah mana perkebunan tersebut berada. Karena saya menyaksikannya tidak dari awal. Hanya sedang menggonta-ganti chanel dan melihat tayangan tersebut.

Yang menarik untuk saya adalah ulasan profesi petani yang sukses itu. Dan di akhir segmen, pembawa acara juga memberikan info penurunan jumlah petani di Jawa Tengah. Terutama petani muda usia produktif. Hal tersebut dikarenakan bidang pertanian yang dinilai kurang menjanjikan untuk masa depan.

Ironis.

Friday, December 30, 2016

Bahayanya Membuat Resolusi Tahun Baru



Akhir tahun mulai terasa. Detik-detik tahun yang baru akan segera tiba. Sudahkah kalian punya resolusi untuk tahun yang akan datang?

Resolusi menurut KBBI sebenarnya berarti putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tt suatu hal. Intinya resolusi itu hasil dari sebuah rapat. Tapi kita jarang mendengar hasil sebuah rapat disebut sebagai resolusi.

Sering kali kita mendengar resolusi dalam bidang fotografi, yang berarti menunjukkan jumlah pixel dalam sebuah foto yang dicetak.

Sedangkan resolusi yang sering dibicarakan orang ketika akhir tahun maksudnya adalah harapan, cita-cita, atau hal-hal yang ingin dilakukan di tahun berikutnya.

Saya sendiri sudah lama tidak membuat resolusi tahun baru. Dulu saya sering melakukannya, menuliskannya di buku catatan atau diary. Bahkan saya tulis begitu detail. Apa yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa penghalangnya, bagaimana cara mengatasinya?

Wednesday, December 14, 2016

Pertemuan Karena JNE Setelah Penantian Bertahun-tahun



Asiiiikkkk, ngeblog lagi! *lompat-lompat*

Ku seneng banget Mamih ngijinin ku nulis lagi di blognya. Setelah kemarin bantuin nulis buat lomba blog dan ngga menang. *horayyy! Sukurin!* Sekarang ku cuma pengin nulis aja, ngga ngarepin apa-apa lagi deh.

Cerita apa ya? Hmmm, cerita dari pertama aku diuwel-uwel, dililit-lilit, kemudian lahir aja kali, ya.

Jadi, yang bikin aku itu Tante Kiki orang Surabaya. Orangnya jago banget urusan amigurumi, rajut-merajut, pokoknya yang urusannya sama benang deh. Banyak teman-temanku yang jadi lucu-lucu di tangan Tante Kiki. Ku cuma bisa pasrah waktu Tante Kiki merangkai ku, tusuk demi tusuk. Tusuk sana-tusuk sini, lilit sana-lilit sini, sambung sana-sambung sini.

Setelah selesai, Tante Kiki memasukkan ku ke sebuah kardus snack. Tanpa menyertakan snack-nya. Jahat banget ih, dia pikir ku ngga laper apa. Udah gitu kardusnya kecil, kan sempit. Ku cuma bisa diem dalam kardus.

Entah mau dikirim ke mana? Ke siapa? Ku ngga tau. Dari balik kardus ini, ku cuma bisa mengintip. Ku sedang ada di ribuan paket yang sama seperti kardusku ini. Ada yang gepeng lempes, kotak item empuk. Ada yang kecil-kecil kaya ku. Wow, ada yang gede banget. Sumpeh itu gede banget, segede orang. Mungkin isinya orang dipaketin.

Tante Kiki melambai-lambaikan tangannya, ketika ku mulai masuk ke mobil. Bye, Tante Kiki, semoga kita bisa ketemu lagi, ya. Seketika itu mata ku basah. Ini siapa yang olesin balsem sih? Perih. Lagian ku kan bukan tukang mabok. Ku bisa tahan sehat selamat sampai tujuan kok.

***

Ku laper. Ku pusing. Ku kaget. Entah siapa yang teriak, cempreng banget suaranya. Sampai ku kebangun dari tidur ku. Ku ngga tau udah berapa jam cuma bisa diem dalam kardus ini. Yang pasti ku sudah pergi jauh dari Surabaya.

Begitu kardus ku terbuka, “Aaaaaaa!”
                                                                                                                               
“Aaaaaaa! Akhirnya kamu dateng juga,” saya berteriak begitu melihat isi kardus snack yang sudah saya tunggu dua hari ini.

Akhirnya bocah ini datang juga.
Kero, si kecil yang lucu, punya sayap tapi tidak bisa terbang. Saya memutuskan untuk mengadopsinya sekitar tiga bulan yang lalu. Sebenarnya keinginan itu sudah ada sejak saya masih duduk di bangku kelas 5 SD.

Waktu itu teman sebangku saya, Uli, memang orang yang senang membaca. Dia punya banyak sekali buku dan komik. Salah satunya komik dari Jepang yang berjudul Cardcaptor Sakura. Kalian yang lahir tahun 90-an pasti tidak asing dengan komik ini. Dan tentu mengenal karakter Kero. Makhluk kecil yang bangun dari “tidurnya” karena Sakura membuka buku yang berisi clow card.

Berbekal iseng ingin mengenang masa-masa indah waktu kecil. Pencarian pun dimulai untuk menemukan si Kero ini. Ada beberapa pilihan sebenarnya, tapi akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada amigurumi buatan Mbak Kiki.

Karena handmade, saya harus menunggu tiga hari untuk pembuatan Kero. Tepat di hari ketiga Mbak Kiki mengabari, si Kero sudah dipaketkan dengan JNE. Hati saya terasa berpacu dalam melodi, senang riang nan gembira menanti si kecil mungil yang sudah saya inginkan sejak lama.

Satu hari berlalu, saya mulai khawatir si kecil ini nyasar tidak tahu jalan. Akhirnya saya hubungi mbak-mbak CS via telepon. Ternyata si Kero sudah ada di rumah tetangga. Iya, tetangga saya ini ternyata agen JNE di kampung saya.

Wohooo!

Tahu begini saya tidak perlu repot-repot lagi kalau dapat paketan via JNE. Maklum kampung saya jauh dari pusat kota. Kalau lewat jasa pengiriman lain bisa lama sampainya. Walaupun sudah pakai paket yang kilat. Untung tetangga saya ini orangnya enakan. Karena tetangga saya ini pasti langsung menghubungi saya begitu paket sampai.

Setelah paket si Kero datang, paket-paket lain hasil endorse akun sebelah pun semakin mudah berdatangan. Apalagi paket dari akun sebelah seringnya makanan yang diwajibkan harus segera sampai. Sebelum remuk, sebelum basi, dan sebelum dimakan sama mas-mas kurirnya. Hahaha.

“Apa, Mih? Makanan? Mana, Mih? Ku laper!!!” si Kero tampaknya selalu antusias kalau urusan makanan.

“Heh, bocah makanan mulu yang dipikirin!” saya membentak Kero dengan lirikan tajam.

“Habisnya Tante Kiki sih ku dimasukin ke kardus snack. Tapi ngga ada snack-nya. Mih, lah. Mamiiiiihhhh, kuuuu laperrrr!!!” rengek si Kero, memelas seperti anak kecil.

“Berisik deh. Tau kamu berisik begini kemarin Mamih paketin lagi aja mumpung lagi HARBOKIR.”

“Harbokir?!? Apaan itu, Mih? Semacam donat, ya?”

“Hadeh, ini bocah makanan mulu yang dipikirin,” saya menggelengkan kepala, heran kenapa ini anak seneng banget makan. “Harbokir itu Hari Bebas Ongkos Kirim. Kamu pernah jadi paket kan?”

“Iya, pernah, Mih. Woh, paketan kaya ku dulu itu ternyata banyak banget tau. Ku liat sendiri, Mih. Kaya gunung.”

“Nah, di harbokir kemarin tanggal 26-27 November 2016, paketan yang kamu bilang kaya gunung itu gratis ongkos kirim ke 55 kota besar seluruh Indonesia. Cilacap juga masuk dalam 55 kota itu. Harbokir ini dalam rangka ulang tahun JNE yang ke-26. Kan lumayan kalau kamu Mamih paketin lagi. Mamih jadi ngga perlu pusingin ongkos kirimnya.”

“Maksudnya? Ku mau dibuang, gitu?! Jahatnyaaaa!!!!” anak ini kini bukan hanya merengek tapi menangis bercampur teriak.

“Makanya pikiranmu itu jangan makan melulu. Kerja kek, biar dapet duit yang banyak. Jadi terserah mau makan apa pun yang kamu mau.”

“Iya, deh. Nanti aku cari uang yang banyak.”

“Oia, nanti kalau kamu pesen makanan online. Jangan lupa kirimnya pakai JNE Express, ya?”

“Emang kenapa mesti pakai JNE Express, Mih?”

“Ya biar cepet, donk. Kalau pesen makanan kan harus cepet sampai.”

“Okelah. Tapi ku jangan dibuang, ya Mih?"

“Ya, ngga akan lah. Kan harbokirnya juga udah lewat. Kalau Mamih mau buang kamu, Mamih juga ngga mau rugi kali.”

“Dih, dasar emak-emak pelit!”

“Ngomong apa kamu?!”

“Ngga ngomong apa-apa kok. Ku sayang Mamih. Kiss kiss!”

Saya dan Kero yang tukang makan
Walau anak ini memang menyebalkan, tapi dialah sumber bahagiaku. Terima kasih, Nak. Kamu sudah datang di kehidupan Mamih, “Mamih juga sayang kamu, Nak. Kiss kiss.”
Ikuti lomba blog cerita baik bersama JNE.

Monday, December 12, 2016

Travelling Itu Sederhana, Pikiranmu Saja Yang Rumit



Tadi siang, saya mendapat pesan dari seorang teman. Isinya, mengajak saya pergi ke tempat wisata. Saya sudah bilang tidak bisa karena ada beberapa kerjaan yang belum selesai. Teman saya tidak percaya karena dia mengajaknya di hari Minggu. Yang pada umumnya semua orang libur berjamaah di hari itu.

Mulailah dia mengeluarkan segala bujuk rayu, yang tetap saja saya tolak. Menariknya adalah bagaimana dia merayu saya. Hampir semua teman saya bila mengajak saya pergi selalu mengeluarkan dalih yang sama. Saya tertawa kecil membacanya dan terpikir, apakah saya memang orang seperti itu?

“Ayolah, kamu kan sering jalan-jalan.”

Hanya karena saya sudah berjalan sampai ke pulau seberang, apa predikat sering jalan-jalan pantas untuk saya? Saya merasa itu tidak cukup. Banyak yang berjalan lebih jauh dan lebih lama dari saya. Apa karena saya sering membagikan foto-foto saya di instagram lantas bisa dibilang traveller? Tentu bukan karena itu. Foto bisa saja dari masa lalu yang dibagikan ulang. Lagian saya posting foto bukan hanya karena fotonya, tapi ceritanya.

Wednesday, October 5, 2016

Nyala Obor



Nang, sarapan dulu! Sudah Mamak gorengkan mendoan nih,” kata Mamakku dari dapur.
“Iya, Mak!” jawabku sambil buru-buru memasukkan buku pelajaran dan latihan-latihan soal ke dalam tasku.
Hari masih sangat terlalu pagi. Adzan subuh pun belum berkumandang. Pak Kiai jam segini paling juga baru bangun tidur. Sementara Mamakku pasti sudah menyiapkan sarapan untukku. Entah jam berapa Mamak bangun tidur. Yang aku tahu Mamak tidak pernah terlihat mengantuk. Senyumnya selalu mengantarkanku pergi ke sekolah setiap pagi.
“Mak, aku berangkat sekolah dulu,” pamitku sambil mencium tangan Mamak setelah selesai sarapan.
“Iya, Nang. Oia, ini uang buat bayar iuran bulan kemarin. Bilang sama Bu Guru yang bulan ini Mamak bayar minggu depan, ya,” kata Mamak memberikanku amplop putih berisi uang.
“Tidak usah, Mak. Nanti kalau aku menang lomba uangnya buat bayar iuran sekolah sama belikan lampu petromak baru.”
Nang, uangmu biar buat tabungan kamu saja, ya. Mamak masih bisa cari uang untuk bayar sekolah kamu.”
“Tapi, Mak.”
“Ah, sudah sana berangkat nanti kamu telat. Sudah ditunggu sama Lik Darjo.”
“Ya, Mak.”

Tuesday, July 5, 2016

Kue Lebaran Mbah Atmo



Lebaran, rumah Mbah Atmo mulai ramai dengan anak cucunya yang pulang. Dari sembilan anaknya, tentu yang datang terlebih dahulu Si Tiga. Selalu dia yang paling semangat untuk pulang. Statusnya yang menjadi anak laki-laki tertua, mengharuskan dia menjadi garda paling depan. Merasa bertanggung jawab dengan segala hal yang terjadi.

Yang paling malas Si Tujuh. Entah apa yang dia lakukan, dari kecil tidak pernah mau ikut berkumpul. Si Pertama dan Si Kedua, selalu mendahulukan mertua. Ya, namanya juga perempuan. Hakekatnya nurut suami kan? Si Empat dan Si Enam selalu kompak datang bersamaan. Menyewa mobil dari kota, kompak dari datang sampai pulang.

Si Tiga dan Delapan pastilah datang saat hari lebaran. Rumahnya dekat, di desa seberang. Si Lima hanya datang dalam bentuk bingkisan. Dia jauh di perantauan, sedang dalam masa penugasan. Rindu memang, tapi mau bagaimana lagi daripada Si Bungsu.

Thursday, November 12, 2015

Mengayuh Asa



Kring..kring.. ada sepeda
Sepedaku roda dua
Ku dapat dari ayah
Karna rajin bekerja
 
ig : @kisahkasih_
Memori di kepala seketika melayang-layang menembus waktu. Teringat dulu sewaktu kaki kecil ini berlari-lari mengejar teman yang bersepeda. Sepedanya baru. Dan kami semua berkumpul ikut serta bergembira. Mendorongnya dari belakang. Berharap dapat pinjaman.

Hari demi hari aku hanya bisa mengejar teman yang satu demi satu punya sepeda. Kini giliran aku sendirian yang mendorong mereka yang semuanya sudah punya sepeda. Bahkan sering ditinggal. Mereka sudah tidak lagi balap lari, tapi balap sepeda. Kakiku yang pendek tentu saja tidak bisa mengejarnya. Senyum ini terlihat lebar tapi dalam hati iri juga. “Kapan aku bisa seperti mereka?” dalam hati terselip doa, semoga segera.

Saturday, July 18, 2015

Di Balik Sucinya Idul Fitri

Semua orang tahu Idul Fitri adalah hari kemenangan. Pertanyaannya kemenangan untuk siapa? Apakah mereka yang punya THR banyak, baju baru, makanan yang enak-enak, kumpul dengan keluarga besar? Haruskah itu semua? Apakah semua itu menjamin kebahagiaan? Kalau tidak ada semua itu akankah dunia runtuh? Satu tahun menjalani aktifitas sampai ada yang harus meninggalkan keluarga jauh-jauh ke negeri orang. Moment berkumpul dengan keluarga dianggap sangatlah berarti. Kegembiraan dan kecerian diimpikan setiap orang. Mimpi tentu saja ada yang menjadi nyata dan ada juga yang terbingkai indah menjadi mimpi.

Kata seorang anak laki-laki satu-satunya yang bekerja mengecek karcis tiap penumpang di kereta,
"Harus nahan haru. Soalnya aku liat langsung mereka yang mau mudik, kumpul dengan keluarga. Sedangkan aku harus tetap di atas kereta, mendengar mereka telepon dengan keluarganya. Memberi kabar sudah sampai mana dan biasanya minta jemput. Ada juga yang pesan ingin dimasakkan opor ayam dengan sambal bajak. Sambal bajak Emak paling enak yang pernah lidahku rasakan. Aku kangen Emak. Walaupun THRku aku beri semua ke Emak dan dia bilang dia senang dengan suara yang tampak gembira. Tapi aku tahu setelah menutup teleponku dia pasti menangis. Aku tahu itu karena Emak tidak bisa menggunakan HP dengan baik, harus aku yang menutup telepon baru itu benar-benar mati teleponnya."

Thursday, June 18, 2015

Mudik

Di depanku tergambar pemandangan sawah yang hijau terbentang luas. Lama-kelamaan pemandangan itu berganti dengan bukit, pepohonan yang rindang kemudian pemukiman warga yang sepi dan asri. Dari pantulan kaca jendela yang aku lihat justru sebaliknya. Orang yang terus-terusan hilir mudik sepanjang lorong. Anak kecil yang mungkin masih berumur satu tahun rewel di pangkuan ibunya. Seorang nenek yang selalu mengibas-ibaskan selendangnya ke dadanya. Kalau aku bisa mengeluh, aku pun sama seperti mereka. Siapa yang bisa nyaman di gerbong kereta yang panas, sumpek, banyak orang, dan harus menahan dahaga?

Tiga jam sudah berlalu sejak kereta ini berjalan meninggalkan Jakarta. Kali ini aku menjadi bagian dari mereka pelaku trend musiman. Mudik. Sesungguhnya aku tidak ingin menjadi pelaku mudik tahun ini. Tapi entah mengapa, aku termakan sihir suasana mudik. Perjalanan semakin jauh tapi hati ingin kembali. Bahkan sebelum keluar rumah pun, aku enggan pergi.

Aku akan pulang ke kampung yang masih banyak terbentang sawah yang hijau. Bukan keasrian yang ada disana, namun sekelompok kakek nenek yang semakin tua dan ditinggal anak-anaknya yang lebih memilih pergi ke kota. Bukan udara segar yang didapat. Hanya napas berat dan batuk yang tidak berkesudahan. Keluargaku memang seperti mereka kebanyakan.

Tuesday, May 26, 2015

Jurusan Saat Kuliah Yang Setelah Lulus Kerjaanya Ditikung Teman

Kamu yang kuliah pasti sebagian besar berharap nanti pas lulus bisa kerja sesuai dengan jurusan sewaktu kuliah. Nyatanya banyak kerjaan yang diisi oleh orang-orang yang tidak sesuai dengan pendidikannya sewaktu kuliah. Tidak hanya gebetan, kerjaan juga bisa ditikung sama teman. Teman satu jurusan atau bahkan temannya teman teman yang tetanggan sama teman yang ternyata saudaraan sama temannya teman yang tadi itu. Ribet ya? Iya, ribet kaya cintamu. Ngga percaya ini contohnya:

Monday, January 19, 2015

Tulisan Yang Pasti Dibaca

Setiap tulisan yang di share ke publik entah itu di media sosial, blog, ataupun dalam bentuk buku. Pasti akan menimbulkan feedback yang positif ataupun negatif. Itu semua tergantung isi dari tulisanmu. Tulisan yang berdampak entah itu positif ataupun negatif pasti bermula dari tulisan yang di baca. Itu berarti kalaupun tulisanmu banyak dibaca belum tentu tulisanmu bagus. Bisa jadi justru banyak celaan.

Translate

Popular Posts