Saturday, May 31, 2014

Do You See, What I See?

Dari lahir kita sudah dianugerahi sepasang mata. Sepasang mata untuk melihat dunia. Dunia yang ada di depan kita. Entah itu baik atau buruk, terang atau gelap, putih atau hitam. Terbesit pertanyaan di pikiranku, “Kenapa mata ini bisa melihat?”.

Ada bagian di otakku menjawab, “Ah, kalau melihat ya melihat saja. Gitu aja ko’ repot”. Yang lain menjawab, “Emmm, apa yah? Pengin aja. Udah dari sananya kaya gitu”. Dan seseorang pasti ada yang menjawab, "Cari aja di Google"~cie, anak sosmed.

Aku sendiri tidak tahu, aku termasuk bagian orang yang mana. Sampai pada tahun 2008 aku belajar fotografi. Dulu aku belajar fotografi cuma ingin punya kegiatan saja. Tanpa ada pikiran pengin keliatan gaul, eksis, dan keren bawa kamera kemana-mana. Dan aku baru sadar setelah 2 tahun belajar fotografi. Ternyata fotografi sudah jadi target seberapa tingginya seseorang kalau pengin dianggap gaul.

Aku cuma bisa tertawa dalam hati. Liat orang nenteng-nenteng kamera, jepret sana jepret sini. Padahal settingnya auto. Habis itu upload di sosmed. Biar tambah keren dikasih water mark. Terus habis itu pasti ada yang coment, “Pakai kamera apa si?”, atau “Bagi teknik, dong” dan bla bla bla. Dan bagian berikutnya akan balapan keren-kerenan kamera dan adu teknik yang terselubung.

Boleh saja seperti itu. Dalam fotografi tidak ada fatwa haram menyombongkan kamera. Toh, kalau tidak sombong berarti tidak gaul. Hanya saja foto yang bagus bukan seberapa keren kameramu dan bukan seberapa dahsyat teknik yang kamu pakai. Tapi, apa dan bagaimana cahaya yang ada di sekitarmu bisa tertangkap kamera yang kamu gunakan.

Serius, fotografi itu bukan tentang kamera tapi tentang cahaya. Karena, fotografi berasal dari dua kata: photos yang berarti melukis dan graphos yang berarti cahaya. Melukis dengan cahaya. Bukan melukis dengan kamera.

Lalu apakah kita bisa memfoto tanpa kamera? Tentu bisa, dengan mata kita bisa memfoto. Loh kok bisa? Jelas bisa, karena cara kerja mata kita sama dengan kamera. Masih tidak percaya? Coba kalian pejamkan mata. Apakah kalian bisa melihat? Kenapa tidak bisa melihat? Karena tidak ada cahaya yang masuk ke bola mata kalian. Sama dengan fotografi, tanpa cahaya sebuah foto tidak akan pernah bisa dibuat walau kameramu keren maksimal.

Dunia ini indah kalau kamu mampu mengatur angle, komposisi, focus, ruang tajam, dan tentunya cahaya yang tertangkap matamu. Manusia sering kali menyepelekan hal yang kecil. Sesuatu hal yang sebenarnya sudah didapat dari dia lahir. Seperti mata ini, kamera paling canggih yang pernah ada di dunia.

Jadi, kalau nanti aku bisa ke Inggris, aku akan tunjukan ke dunia bahwa kamera-Mu lah yang terbaik dari yang terbaik yang pernah dimiliki dunia ini. Bahwa peron 9 ¾ itu memang mampu menembus tembok-tembok imajinasi dalam otak ini. Bahwa Old Trafford bukan hanya sekedar hingar bingar kemenangan dan tangisan kekalahan, tapi juga pelukan yang menghangatkan. Bahwa The Sherlock Holmes Museum bukan sekedar rahasia yang dirahasiakan tapi justru rahasia yang sebenarnya bukan rahasia. Bahwa kuningnya daun di musim summer mampu menghangatkan hati yang mendingin.

Mungkin kalian berpikir itu biasa saja. Tidak, itu menjadi luar biasa kalau kamu mampu berpikir secara fotografi. Karena yang gelap belum tentu menyesatkan. Karena tangis belum tentu kesedihan. Karena yang tampak belum tentu terlihat. Do you see, what I see?


No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah membaca, silahkan berkomentar

Translate

Popular Posts