Showing posts with label foto. Show all posts
Showing posts with label foto. Show all posts

Saturday, March 4, 2017

Berburu Kuliner di Cilacap

Cilacap adalah kabupaten terluas di Jawa Tengah. Luas wilayahnya 6,2 % dari total luas Jawa Tengah atau lebih tepatnya 2.142,59 km2. Cilacap bagian barat berupa daerah pegunungan, sedangkan bagian selatan dan timur berupa dataran rendah.

Letak geografis tersebut mempengaruhi makanan khas Cilacap. Masyarakat Cilacap bagian barat banyak memanfaatkan hasil perkebunan dan perhutanan sebagai bahan makanan. Sedangkan masyarakat yang berada di pesisir pantai tentu banyak memanfaatkan hasil laut. Jadi, apa saja makanan khas Cilacap? Berikut diantaranya:

  • Brekecek Pathak Jahan
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 556/501/18/Tahun 2014, tanggal 6 Nopember 2014, brekecek pathak jahan resmi menjadi makanan khas Cilacap. Kalau sudah resmi begitu tentu rasanya enak.

Sebenarnya makanan apa sih brekecek pathak jahan ini? Kok, namanya cak-cek-cak-cek jadi terdengar seperti dibejek-bejek. Ya, memang asal-usul dinamai brekecek karena cara membuatnya di-brek yang artinya diletakkan atau dijatuhkan. Lalu di-kecek yang artinya dicampur bumbu. Sedangkan pathak jahan artinya kepala ikan jahan.

Jadi, brekecek pathak jahan ini adalah masakan kepala ikan pathak jahan yang diberi bumbu khas Cilacap. Rasanya pedas seperti rica-rica dan sedikit asin ciri khas ikan. Makanan ini enak disantap dengan nasi putih hangat. Semakin enak bila kepala ikannya dimakan dengan cara diseruput. Jadi, nikmat dunia mana lagi yang kamu dustakan?


  • Mendoan
Makanan yang terbuat dari tempe dengan dilumuri tepung yang diberi bumbu ini ada di semua tanah ngapak--tempatnya orang-orang yang kesehariannya berbicara dengan bahasa ngapak. Walau sama-sama mendoan antara daerah yang satu dengan yang lainnya punya perbedaan. Di Banyumas, khususnya Baturaden, mendoan digoreng lebih kering dan banyak kriuknya. Di Wonosobo malahan disebutnya tempe kemul, tepungnya lebih tebal dan digoreng setengah matang jadi lebih berminyak.

Sedangkan di Cilacap, khususnya daerah tepi pantai, tempe mendoannya tidak dipotong. Jadi, kalian bisa menikmati mendoan sebesar piring. Bisa digoreng kering atau setengah matang. Mendoan enaknya disantap saat masih hangat dengan lombok rawit atau sambel kecap. Ditemani es kelapa muda, kopi atau teh sambil gendu-gendu rasa—ngobrol—dengan orang terkasih di tepi pantai menikmati semilir angin pantai. 

Mendoan segede piring
  • Yutuk
Ada yang sudah tahu apa itu yutuk? Yutuk loh ya, bukan youtube. Menurut wikipedia, yutuk adalah undur-undur laut, ketam pasir, masih satu bangsa dan negara dengan krustasea. Hewan beruas-ruas yang hidup di pasir pantai ini punya nama gaul sand crab, mole crab, atau sand flea.

Yutuk biasanya dibuat rempeyek atau digoreng biasa. Setelah digoreng warnanya kemerah-merahan seperti udang. Rasanya pun sama-sama gurih dan asin seperti udang. Kalau ke Cilacap, kalian bisa mendapatkannya di Pantai Widarapayung. Penjualnya ibu-ibu keliling bawa tenggok di tepi pantai yang isinya kacang rebus sama yutuk.

Yutuk di Pantai Widarapayung dengan kelapa muda
  • Gembus
Cemilan ini sedikit susah ditemui, bahkan di Cilacap sendiri. Biasanya hanya dijual di acara hajatan, pasar malam, atau acara kedaerahan seperti wayangan. Orang Cilacap kalau ada wayangan belum beli gembus berarti belum nonton wayang. Padahal setelah beli gembus belum tentu nonton wayang.

Gembus ini terbuat dari singkong yang ditumbuk, diberi bumbu yang membuatnya asin dan gurih. Bentuknya sama seperti donat--putih, bulat, dan tengahnya bolong. Gembus enak dimakan dengan dicocol ke sambal kacang. Atau dimakan hangat tanpa dicampur apa pun juga sudah enak.

Gembus
  • Lanting
Cemilan khas Cilacap ini terbuat dari singkong, sama seperti gembus. Bentuknya pun sama, bulat dan tengahnya bolong. Rasanya pun sama-sama gurih dan asin. Perbedaannya, gembus empuk dan kenyal kalau lanting lebih keras.

Lanting juga ada di Kebumen. Tapi lanting khas Kebumen bentuknya seperti angka delapan dan rasanya lebih bervariasi. Sedangkan lanting khas Cilacap hanya ada dua rasa, asin dan manis. Yang manis berarti warnanya merah. Lanting khas Cilacap bisa ditemui di pasar tradisional.

Lanting khas Cilacap
Buat kalian yang tidak suka seafood atau makanan yang asin dan gurih, di Cilacap juga banyak tempat makan yang menjual berbagai kuliner khas nusantara. Seperti bakso, sate, soto semarang, mie aceh, bakmie godog, pempek, dan masih banyak lagi yang lainnya. Pokoknya kalau ke Cilacap hubungi saya saja, nanti saya kasih tahu kuliner di Cilacap yang nylekamin pisan.

Food photography dengan handphone

Karena upload foto di instagram belum bisa dari PC, hal itu menyulitkan saya bila mengambil foto dengan kamera DSLR. Kalau foto dengan DSLR, fotonya harus dipindah ke PC dulu, dari PC pindah lagi ke handphone, kan ribet. Untuk itu saya selalu menggunakan ASUS Zenfone 4 agar bisa langsung update di instagram.
 
ASUS Zenfone 4 yang saya gunakan.
Kamera di ASUS Zenfone 4 ini kualitas fotonya tidak kalah dengan kamera DSLR karena punya PixelMaster Camera yang memudahkan kita dalam mengambil foto. Saya pernah menulis kemudahan menggunakan kamera ASUS Zenfone 4 di sini.

PixelMaster Camera di ASUS Zenfone 4.
Selain karena ASUS Zenfone 4 yang memang keren, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar foto makanan terlihat bagus dan menggugah selera. Berikut saya beri tahu caranya:
  • Cahaya
Fotografi itu melukis dengan cahaya, bukan melukis dengan kamera. Jadi, hal utama dan pertama yang harus diperhatikan dalam fotografi apa pun jenisnya dan apa pun kameranya tetap CAHAYA.

Perhatikan cahaya di sekitar makanan yang kamu jadikan objek. Mau di dalam ruangan atau di luar ruangan tidak masalah. Asal kamu perhatikan dari mana arah datangnya cahaya itu dan bagaimana sifatnya.

Kalau di dalam ruangan, pastikan cahayanya cukup terang. Cukup terang artinya tidak terlalu terang sehingga menimbulkan bayangan yang keras dan tidak terlalu gelap agar objek bisa terlihat. Bila cahayanya terlalu terang di satu bagian dan terlalu gelap di bagian lain. Di bagian yang gelap bisa menggunakan steroform atau cermin agar ada sedikit cahaya dari bagian yang gelap.

Motret di samping jendela.
Bila ruangan terlalu gelap, pindah tempat untuk memfoto. Kalau tidak memungkinkan, kalian bisa menggunakan low light atau mode malam. Jangan menggunakan flash karena cahaya flash bisa membuat warna makanan menjadi tidak natural. Atau matikan touch shutter dan nyalakan touch auto focus. Agar saat layar disentuh tidak langsung memfoto tapi bisa mengatur pencahayaan objek yang akan difoto. Sentuh layar sampai dirasa pencahayaannya pas.

Kalau di luar ruangan, jangan di bawah sinar matahari di jam 12 siang. Selain membuat kulit kamu hitam dan keringat bercucuran. Memfoto di bawah terik matahari cahayanya terlalu keras. Warna makanan sebagai objek foto jadi terlihat tidak natural. Cari waktu yang cahaya mataharinya tidak terlalu keras, sore hari misalnya. Atau berteduhlah di bawah pohon.

Contoh foto makanan di luar ruangan saat sore hari.
  • Cari bagian yang menarik dari makanan itu
Makanan Indonesia semuanya enak-enak tapi bentuknya sering biasa saja. Contohnya, rendang. Warnanya hitam pekat kalau di foto sering kali tidak menggugah selera. Padahal kita semua tahu rasanya tidak diragukan lagi enaknya luar biasa.

Untuk itu sebelum difoto, kita harus tahu dulu bagian apa yang menarik di makanan itu. Misalnya, bakso telur. Sebelum difoto, dibelah dulu baksonya supaya telur di dalamnya terlihat. Setelah tahu bagian makanan apa yang akan ditonjolkan, kita bisa menggunakan mode deep of field agar lebih fokus ke objek yang diinginkan dan background yang tidak penting menjadi blur.

Tunjukkan telur dalam baksonya.
  • Komposisi yang pas
Komposisi adalah susunan atau tatanan sebuah objek foto dalam sebuah bidang foto sehingga foto tersebut enak dilihat. Unsur dalam komposisi ini ada titik, garis, bentuk, warna, dan cahaya. Kita bisa memanfaatkan salah satu atau beberapa komposisi agar foto kita menarik.

Umumnya kita memfoto makanan dari atas (bird eye) atau selevel dengan makanannya. Kita bisa mencoba dari beberapa angle untuk menghasilkan foto yang terbaik. Selain itu kita juga harus memperhatikan bentuk makanan tersebut, wadah makanannya, dan background-nya.

Perhatikan bentuk makanannya.
  • Pelengkap atau ornamen
Agar foto enak dilihat, kita bisa menambahkan perlengkapan makan atau benda-benda lain yang mendukung. Kalau di makanannya, kita bisa menambah cabai, tomat, daun seledri, atau yang lainnya. Di luar makanan kita bisa menambahkan sendok, garpu, tisu, dan bunga. Atau kalau makanannya lucu kadang saya menambahkan Kero, boneka rajut yang saya punya.

Ingat ya, pelengkap ini fungsinya hanya melengkapi agar frame tidak kosong. Jadi, yang perlu ditonjolkan tetap makanannya.

Si kecil Kero dengan es coklat.
  • Editing
Pencahayaan sudah oke, makanan sudah menarik, komposisi juga pas, pelengkap juga sudah lucu. Sekarang tinggal editing. Fungsi dari editing bukan untuk menipu, hanya memperindah tampilan foto.
Di ASUS Zenfone 4 yang saya punya sudah diberi fasilitas editing yang cukup mumpuni. Jadi, tidak perlu download aplikasi lainnya lagi. Editing yang saya lakukan biasanya hanya memperbaiki exposure dari foto tersebut. Atau membuat kolase agar ada beberapa foto dalam satu frame. Jangan memberikan efek berlebihan pada foto. Ini bisa menganggu atau terlihat aneh.
Foto yang sudah di-kolase

Makanan yang enak

Bagi saya hanya ada dua tipe makanan. Pertama, enak. Kedua, enak banget. Ya, tidak ada makanan yang tidak enak dalam kamus hidup saya. Saya pikir tidak ada satu pun di dunia ini yang sepenuhnya jelek, apa pun itu termasuk makanan.

Coba kalian bayangkan, berapa banyak pengorbanan yang dilakukan agar sepiring makanan bisa sampai di depanmu. Misalnya, sepiring nasi putih. Berawal dari bibit padi ditanam di sawah saja tahapannya banyak. Dan tidak cukup hanya satu bulan sampai padi itu dipanen lalu menjadi beras. Belum lagi untuk jadi nasi, pun harus dimasak dengan benar. Masih tega kah kalian sampai di piringmu malahan kalian hina? Berapa hati yang kalian lukai?

Saya pernah mengobrol dengan teman yang penjual bakmie goreng. Ceritanya membuat saya menulis cerpen ini. Bahwa orang yang memiliki penyakit pencernaan bukan salah pola makannya. Tapi sifat orang tersebut yang suka menghina makanan, pilah-pilih makanan, sampai membuangnya padahal masih banyak.

Saya percaya makanan juga punya perasaan. Mereka akan mencintai saya kalau saya juga mencintai mereka. Kalau kalian mendapati makanan yang saya posting ternyata tidak enak, itu bukan saya bohong karena di­-endorse. Saya hanya akan menuliskan kelebihan dari makanan itu. Tentang kekurangan, kalian boleh hina saya tapi jangan makanannya. Walau sebenarnya itu semua kembali lagi pada selera setiap orang yang berbeda-beda.

Jadi, kapan giliran kalian ke Cilacap?

Friday, February 17, 2017

Kemit Forest - Wisata Edukasi Di Sidareja Cilacap

Selamat datang di Kemit Forest

Tidak ada perjalanan yang mulus, baik-baik saja. Pasti ada saja yang terjadi, entah sebelum, saat, atau pun sesudah perjalanan itu dilakukan.

Beberapa hari yang lalu, saya mengunjungi Kemit Forest atau Hutan Kemit. Saya sendiri baru tahu nama tempat ini. Bahkan teman saya yang anak daerah setempat saja belum tahu dengan keberadaan Kemit Forest. Berbekal dadakan, nekad, dan asal pergi saja akhirnya saya dan teman saya berangkat mencarinya.

Setelah dzuhur kami bertiga berangkat dari Karang Pucung. Dari info yang saya dapat di internet arah jalannya dari Sidareja semua. Sedangkan, kami berangkat dari Karang Pucung. Teman yang tahu tempatnya hanya memberi petunjuk dari SMP N 3 Gandrungmangu lurus terus. Ada jalan, masuk saja.

Friday, February 10, 2017

Dear Pencuri Foto, Baca Ini!



Seorang teman mengirimi saya pesan pribadi terkait unggahan foto milik saya di sosial media. Bukan karena saya menyebarkan foto yang tidak senonoh atau melanggar SARA. Justru karena foto yang saya unggah termasuk golongan bagus untuknya. Dan bukan memuji, justru dia mengkritik foto saya. Kenapa demikian? Karena foto saya tidak disertai watermark dan teman saya takut foto saya dicuri kemudian disalah gunakan orang yang tidak bertanggung jawab.

Segala sesuatu yang ada di internet memang sangat mudah sekali dicuri. Tinggal klik copy lalu paste, selesai. Curi mencuri foto di internet sering kali terjadi. Ini tidak hanya terjadi pada saya. Banyak teman-teman yang pernah mengalaminya. Mau yang fotografer profesional atau pun yang amatir. Dan tidak tanggung-tanggung yang mencuri dari perorangan sampai perusahaan besar pun pernah melakukannya. Dari yang bermotif iseng belaka sampai yang memang untuk kepentingan komersiil.

Saturday, January 21, 2017

Berswafoto Ria Di Pantai Watu Bale Dan Bukit Panduran



Semesta itu sudah indah apa adanya. Laut, gunung, pohon, air, langit, daratan, dan apa pun itu memang sudah indah dari awalnya. Tinggal bagaimana manusia sebagai makhluk paling sempurna memanfaatkannya.

Di belahan Indonesia bagian mana pun tiap hari nampaknya melahirkan tempat wisata baru. Pergerakan ini terus meningkat seiring berkembangnya media sosial dan kreatifitas masyarakat. Seperti yang terjadi di Kebumen.

Nyaris semua pantai dari Ayah sampai Karang Bolong menjadi objek wisata baru. Banyak postingan di instagram betapa objek wisata baru itu sangat instagramable dengan tempat swafotonya. Sebelum merebak seperti sekarang saya sudah pernah mengunjungi Pantai Ayah dan Pantai Menganti. Dan baru beberapa waktu lalu saya punya kesempatan mengunjungi Pantai Watu Bale.

Selamat datang di Pantai Watu Bale dan Bukit Panduran.



Monday, December 5, 2016

Ransel Andalanku


“Hah! Kamu cuma bawa tas ini doang?!” tanya temanku setengah teriak setengahnya lagi heran.

Aku hanya membawa sebuah tas ransel ukuran 25x15x35 cm saja. Itu untuk perjalanan ke Jember dan Jogja selama 3D2N. Apa isinya? Tiga baju, satu celana, satu jilbab, mukena, peralatan mandi, charger, dompet, dan beberapa pakaian dalam.
Keliatannya kecil, isinya banyak.
Bukan masalah banyak atau sedikit yang dibawa tapi bagaimana cara packing yang benar. Bawalah barang-barang yang penting saja. Banyak barang yang dibawa biasanya karena kita tidak tahu apa yang dibutuhkan. Belum lagi kalau nanti pulangnya beli oleh-oleh, hadeh makin beratlah bawaannya.

tas yang setia menemaniku
Tas ranselku ini tidak hanya menemaniku ke Jember ataupun Jogja. Sudah banyak tempat yang kami datangi bersama-sama. Sekedar pergi hangout sama teman, nge­-trip deket rumah, longtrip ke Lombok, bahkan ke kantor pun aku bawa tas ini. Pokoknya sudah lebih dari lima tahun tas ini menemaniku ke banyak tempat.

Bosen kah?

Aku sih kalau sudah nyaman males cari yang lain. *uhuk*

Tuesday, November 29, 2016

Pantai Di Cilacap Part 4: Bersepeda Pagi Ke Pantai Bunton



“Mba, besok pagi sepedaan, yuh,” kata Mamah di malam minggu yang pahit ini.

Malam di mana muda-mudi seusiaku sedang berhaha-hihi di pojok sebuah cafe. Entah ada gunanya atau tidak, yang penting eksis dulu. Agar tidak terlihat merana. Aku? Mana bisa nongkrong di malam minggu.

Bukan hanya karena status yang menyakitkan itu. Tapi nongkrong di dekat tempat tinggalku, itu cuma bisa dengar jangkrik main gitar akustik. Atau paduan suara dari kodok yang nongkrong di pojok-pojok sawah. Yang paling aku suka hanya nyanyian angin sunyi, di mana bisikannya selalu menenangkan.

“Mba,” Mamahku memanggilku lagi untuk meyakinkan kalau anggukan kecil yang aku berikan benar-benar jawaban, iya.

“Emmmm, ya,” suaraku keluar dengan malasnya.

“Kamu itu perlu sepedaan, keluar rumah biar sehat. Kalau di ... .”

“Iya, besok sepedaan,” kali ini aku cepat menyahut karena benar-benar malas mendengar ocehan Mamahku. Yang semakin dibiarkan semakin menjadi-jadi.
Sepeda yang aku pakai pagi ini.

Sunday, October 30, 2016

Kenangan Sepanjang Jalan Malioboro



Sisa-sisa dari perjalanan adalah kenangan. Mereka seperti kuku di jarimu, kau potong akan tumbuh lagi. Semakin berusaha untuk melupakannya, semakin tumbuh susah dihindari. Ditanggapi, yang ada malahan membuatnya berlipat ganda. Apalagi kalau kenangan itu tentang Jogja.

Kota yang diciptakan dari sekuntum rindu ini tidak akan membiarkanmu pulang tanpa kenangan. Apalagi kalau kamu sampai jatuh cinta di Jogja, bersiaplah dengan rindu-rindu yang menyiksa. Entah sihir dari mana, memang begitu adanya. Sudah puluhan kali aku singgah ke kota ini. Ratusan kali juga aku ingin kembali.

Senyumannya, keramahannya, budayanya, dan angkringannya susah sekali untuk dilupakan. Jogja yang dulu memang berbeda dengan Jogja yang sekarang. Ada beberapa bagian yang mengikuti arus perkembangan jaman. Tapi tak sedikit pula yang masih mempertahankan ciri khas ke-Jogja-an.

Monday, October 24, 2016

Jelajah Jawa Tengah Dari Kaki Gunung Sampai Pantai Bersama Mamih



Hai, aku Kero!

Hai, para pejalan!

Perkenalkan, aku Kero, punya sayap tapi belum bisa terbang. Aku sama seperti anak jaman sekarang yang selalu ingin dibilang kekinian. Bukan lebay, tidak tahu diri, atau hanya meninggikan gengsi. Aku pikir semua jaman juga ada kekiniannya masing-masing. Semua orang suka atau tidak suka pasti pernah merasakan kekinian di jamannya. Walau hanya sekali saja.

Belum genap dua bulan aku diadopsi oleh @kisahkasih_. Ya, dialah Mamihku sekarang. Aku tuliskan ceritaku ini karena si Mamih selalu bilang, “Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapapun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh dikemudian hari.” Kata-kata yang itu dia kutip dari bukunya Pramudya Ananta Toer, penulis idolanya Mamih.

Awalnya aku sama seperti kalian. Senang sekali menulis dengan kata-kata yang unik atau temannya Mamih bilang itu alay, sampai susah dibaca. Tapi Mamih bilang, “Tidak apa kamu ingin berbeda, tapi jangan lupa berbagi dengan yang lainnya jauh lebih berharga. Kalau tulisanmu hanya bisa kamu baca sendiri, buat apa?”

Thursday, September 15, 2016

Renungan Dalam Senja Di Bukit Merese



Pola hidup semua orang di dunia sama saja. Semua orang punya masalah, pernah sedih, bisa senang, dicintai mencintai, bosan, galau, dan masih banyak lagi yang lainnya. Hanya saja versi ceritanya berbeda-beda. Tergantung keadaan masing-masing setiap orang tentunya.

Aku sedang dilanda kebosanan luar biasa ketika berangkat ke Lombok tanahnya suku Sasak. Bukan karena kegiatan setiap hari yang begitu-begitu saja. Tapi justru karena tidak punya kegiatan. Ya, aku pengangguran. Lama menganggur dan berkali-kali menganggur membuat hidupku membosankan. Bosan mendengar omongan orang, “Kamu itu sarjana, harusnya di sana?”

Sampai suatu hari dengan modal iseng belaka, aku mendapatkan tiket ke Lombok PP dan penginapan dari sebuah perlombaan. Ini bukan lagi lumayan. Untuk seorang pengangguran bisa jalan-jalan ke Lombok gratis adalah berkah yang tak terkira. Kalaupun aku tetap bekerja, menabung dari gajiku saja tidak akan bisa pergi ke sana. Uang cukup pun, pasti tidak dapat cuti kerja.

Thursday, July 14, 2016

Fotografi Dalam Genggaman



Ikutan giveaway ini yuk!

Hampir semua anak muda jaman sekarang punya handphone. Dan nyaris semua handphone itu memiliki kamera. Hal ini menjadikan setiap orang bisa mengambil foto apapun yang mereka mau. Tanpa terkecuali dari balita sampai manula bisa dengan mudah memfoto.

Lagi makan, cekrek. Pergi jalan-jalan, cekrek. Baru mandi, cekrek. Ada kecelakaan, cekrek. Mau nonton, cekrek. Mau naik pesawat, cekrek. Beli barang baru, cekrek. Bangun tidur, cekrek. Sampai lagi p*p pun, cekrek. Apapun momentnya senyum dikit, cekrek. Apakah itu salah? Menurut saya, tidak sepenuhnya salah.

Setiap orang punya cara sendiri dalam proses pendewasaan. Lama-kelamaan juga mereka sadar kalau itu tidak terlalu penting. Atau tergantikan dengan budaya baru yang berkembang di masyarakat. Coba saja lihat dirimu. Dulu main friendster dengan theme yang lucu-lucu dan nama yang unik. Sekarang mana mau kita seperti itu lagi.

Wednesday, December 30, 2015

Pantai Di Cilacap Part 2: Pantai Kali Kencana, Salah Satu Pantai Tersembunyi Di Selatan Pulau Nusakambangan



Pulau Nusakambangan, satu-satunya pulau di kabupaten Cilacap menyimpan sejuta misteri. Dari flora faunanya, penghuninya, kandungan energi di dalamnya, keindahan alamnya, sampai jodoh yang entah kemana. Hiya, baper. Sebagian besar pulau ini masih berupa hutan belantara. Mungkin ini juga yang membuat pulau ini menyimpan sejuta misteri.

Pada kesempatan kali ini aku dan Bita mencoba memecahkan salah satu misteri itu. Apakah? Kali Kencana. Salah satu pantai tersembunyi di bagian selatan Nusakambangan. Di sepanjang pulau Nusakambangan sebenarnya banyak sekali pantai yang bagus-bagus. Hanya tidak semua pantai dibuka sebagai objek pariwisata. Karena memang sebagian besar pulau Nusakambangan masih berbentuk hutan belantara.

Kemarin waktu kesana aku dan Bita tidak hanya berdua. Kami ikut rombongan open trip dari anak-anak Explore Cilacap. Sekitar 60 orang berkumpul di Areal 70 Pantai Teluk Penyu. Rencana kumpul jam 8, tapi nyatanya baru naik perahu setengah 10. Sebelum berangkat aku sempatkan dulu sarapan di warung pinggir pantai. Selembar mendoan dan sebuah lontong cukup mengganjal perut.
kapal yang mengantar kami ke dermaga sebelum memasuki hutan

Naik perahu ke dermaga menuju Kali Kencana sekitar 15 menit. Dermaganya tidak berbentuk seperti dermaga. Malahan kalau tidak tahu lewat situ paling mikirnya cuma bangunan runtuh. Mending keliatan bangunannya, runtuhan bangunan itu sudah ditumbuhi semak-semak dan lumut. Kapal yang aku naiki adalah kapal pertama yang sampai dermaga. Satu kapal berisi 15 orang dan dari kami belum ada yang pernah kesini. “Krik” moment pun terjadi.
keadaan dermaga

Sambil nunggu anak-anak yang lain, sempat terbesit pikiran, “Ini beneran kita kesini?”. Tidak ada penunjuk arah. Jalan setapak pun tidak ada. Hanya ada semak belukar, pohon-pohon besar, yang diantara itu hanya terbuka sedikit jalan cuma muat satu orang. Itu pun kaki kita harus membelah rerumputan yang tumbuh liar sepanjang jalan.
jalan masuk menuju Kali Kencana

Lima menit berlalu, masih “krik”. Sepuluh menit berlalu, ada satu kapal mendarat di dermaga. Dan tetap tidak ada satu orang pun diantara kami yang tahu jalan. Lima belas menit berlalu, kapal ketiga sampai dan hanya satu orang dari panitia yang ikut kapal. Ngobrol sana sini, diskusi muter-muter akhirnya kami sepakat mulai jalan pelan-pelan hanya dengan satu pemandu.

“Bismillah, semoga berangkat dan pulang selamat,” hanya itu doaku ketika mulai memasuki jalan menuju Kali Kencana. Dari yang tadinya “krik” moment, tiba-tiba jadi “syok” moment. Aku pikir jalannya hanya membelah rerumputan yang datar, tapi itu cuma dua meter dari dermaga. Setelah itu jalan menanjak, seperti mendaki gunung dengan tanah yang basah. Aku langsung mencari ranting pohon sebagai alat bantu. 
jalan menanjak di awal perjalanan

Sudah 10 menit berjalan, “Kuat, kuat, kuat. Aku pasti bisa. Ngga boleh nyerah. Ambruk. Apalagi pingsan.” Iya sih berangkatnya rame-rame. Tapi siapa juga yang mau nolongin. Kita semua juga cape jalan bawa badan sendiri. Sambil berharap ada yang istirahat jadi aku ikut berhenti istirahat juga. Emang sih, aku jalan di rombongan paling depan. Kalaupun mau istirahat di belakangku juga masih banyak orang. Tapi tidak ada yang aku kenal selain Bita dan rombongan depanku ini. Nanti kalau rombongan belakang juga ninggalin aku bagaimana? Di tengah hutan belantara? Oh, no.

jalan terus menembus semak-semak
Setengah jam lebih berlalu, jalan sudah mulai datar, tidak menanjak lagi. Tapi. Bentar. Sayup-sayup diantara suara kaki yang beradu dengan tanah basah terdengar suara yang di telinga masih asing. Pemandu yang cuma seorang diri itu memperingat supaya kami jarak jalannya rapat. Bulu kuduk agak berdiri mendengar suara itu. Clingak-clinguk ke arah suara juga percuma. Yang terlihat cuma pohon yang lebat dan menjulang tinggi.

emmm, gitu deh suaranya. hmmmm
Menembus rerumputan sudah, jalan licin menanjak sudah, suara aneh sudah, jembatan kayu sudah, jalan di tepian jurang sudah, nabrak ranting pohon yang menjalar ke bawah sudah, hampir terpelet sudah, sepatu nancep ketinggalan di lumpur juga sudah. Ngos-ngosan pasti, baju basah penuh keringat pasti, haus otomatis, kaki pegel belepotan penuh lumpur jelas. Kurang lengkap apa coba? Apa lagi nih yang belum? Belum sampai tempat tujuan lah pastinya.

Di tengah hampir putus asa tapi ngga boleh. Ya, masa sudah setengah jalan mau balik. Kaki terus melangkah walau yang penting bisa dilangkahkan. Tiba-tiba sebuah semangat timbul. Telinga ini mendengar sesuatu yang kali ini tidak asing. Suara air mengalir diantara bebatuan itu terdengar jelas. Segar seketika yang dirasa, padahal sejauh mata memandang sumber air itu belum terlihat. Suara air memang menenangkan, apalagi di tengah hutan yang masih asri seperti ini.

Dan benar saja, kami melewati sungai. Benar-benar jalan di tengah sungai. Tenang saja, sungainya kecil dan banyak batu besar. Jadi kita bisa berjalan di antara bebatuan atau kalau takut licin ya jalan di sungainya saja. Sungainya tidak dalam, paling 15 sampai 20 centimeter. Kami istirahat sejenak, duduk di bebatuan. Minum dulu, atur napas, cuci kaki yang belepotan penuh lumpur, tidak lupa selfie.
istirahat di sungai

Setelah lima menit istirahat, kami melanjutkan perjalanan. Menyusuri sungai, naik ke daratan, ketemu sungai lagi, ada air terjunnya kecil. Ada yang berhenti lagi, foto-foto, minum, ada juga yang lanjut. Aku memilih melanjutkan perjalanan. Kali ini jalannya mulai turun dan licin juga. Hanya saja lebih gelap karena pohon lebih rindang. Dan suara asing itu muncul lagi, lebih keras. Ya, Tuhan lindungi aku.

air terjun yang kecil
Tapi kami hanya diam dan tetap berjalan. Sambil berdoa dalam hati. “Syok” moment sudah lewat. Yang ada hati sudah mulai ikhlas dengan perjalanan, bersahabat dengan apapun itu yang ada di jalan. Sedikit berharap semoga lekas sampai tujuan.

Entah sudah berapa lama kaki ini melangkah. Sampai ketemu sungai lagi, pengin istirahat lagi. Tapi dikasih tau kalau 15 menit lagi sampai. Niat istirahat diurungkan dengan iming-iming “hampir sampai”. Jalan lagi, masih hutan. Tapi benar, baru jalan sebentar aroma asin air laut mulai tercium. Deburan ombak sudah mulai terdengar.

sungai terakhir

mulai terdengar deburan ombak
padang rumput sebelum pantai Kali Kencana
Akhirnya kami keluar dari hutan dan mendapati padang rumput yang luas denga pohon kelapa yang menjulang tinggi. Sejauh mata memandang padang rumput yang hijau belum terlihat pantainya. Tapi hati sudah senang sekali bagai punduk mendapatkan bulan. Dan, finally!!! Jreng, jreng, jreng. *drum roll*

Inilah pantai Kali Kencana.

Sampai di TKP langsung nggelosor, selonjoran. Kalau kakiku bisa ngomong mungkin dia lagi sujud syukur, “Alhamdulillah, akhirnya.” Tak cuma kaki sih, tapi sekujur badan. Aku buka tas ransel ungu hitam andalanku, ada satu pak roti isi 5 buah dan air minum dua botol. Bita masih memegang satu botol air mineral yang tinggal seperempat isinya. Ngemil roti sambil menikmati semilir angin pantai.

Pantai Kali Kencana ini menghadap langsung ke Samudra Hindia. Jadi tidak heran kalau ombaknya sangat besar. Kiri kanan pantai ada tebing dan batu yang besar, di tengah agak ke sebelah kanan juga ada batu besar menjulang ke atas. Tepian pantainya berpasir abu-abu, putih sekali tidak, hitam pekat pun tidak. Di samping kiri ada muara Kali Kencana, kalau mau berenang sebaiknya di muara saja yang airnya tenang. Muara ini adalah aliran sungai yang dari tadi kami lewati.
ombak yang besar menghantam batu karang

Muara Kali Kencana
salah satu batu karang di sebelah kiri Kali Kencana
salah satu batu karang di sebelah kanan Kali Kencana
Selesai cemal-cemil dan selonjoran, aku dan Bita mulai menyusuri pantai. Kami memang jalan beramai-ramai tapi semua anak memang sudah bergerombol dari awal. Jadi ya mainnya sama teman-teman segerombolannya sendiri-sendiri. Puas menyusuri pantai dari kiri ke kanan, main air, foto-foto, naik-naik batu karang tibalah waktunya pulang.

Masih dengan jalan yang sama seperti tadi dengan bekal yang tinggal sebotol air mineral untuk berdua. Bedanya setiap gerombolan mulai jalan sendiri-sendiri. Beberapa jalan sudah tidak begitu licin. Waktu tempuh jalan pulang terbilang lebih cepat, hanya 1,5 jam. Mungkin hati, pikiran, jiwa, dan raga sudah mulai menyatu dengan semesta.

Di jalan aku dan Bita ditemani 3 kawan dari Papua yang sudah lama tinggal di Cilacap. Sepanjang perjalanan ngobrol ngalor ngidul tentang Papua dan Cilacap. Mereka sempat bilang kalau aku takut dengan mereka, mereka akan diam. “Eh, jangan begitu lah kakak. Kita semua bekawan,” jawabku. Tidak masalah buatku berkawan dengan siapapun, bukankah kita semua sama-sama manusia. Kalau masalah orang jahat ataupun baik, itu yang salah bukan rasnya, sukunya, golongannya. Tapi pribadi setiap manusia itu sendiri yang membuat ia jahat. Sempat bertukar akun sosmed, tapi saat itu hapeku mati. Jadi belum sempat di add, aku pun agak lupa namanya.
kawan dari Papua

Sampai di dermaga yang tadi kami harus menunggu kapal. Jalannya 1,5 jam, nunggu kapalnya pun 1,5 jam. Hari sudah mulai sore. Matahari sudah mau pamit. Perut sakit. Badan lelah. Mata ngantuk. Pulang, cuma itu kata yang ada di kepala.



Tips perjalanan ke Kali Kencana:

  • Jangan pergi sendirian. Ini penting, kamu mau ilang di tengah hutan apa.
  • Pemanasan dulu sebelum berangkat untuk meminimalisir kram di kakimu.
  • Bawa bekal. Sepanjang perjalanan tidak ada penjual. Kemarin pas pulang beberapa teman ada yang akhirnya minum air sungai. Katanya sih seger-seger aja.
  • Pakai sepatu dan pakaian yang nyaman. Kemarin ada yang pakai high heels, duh mbak pikir hutan itu mall apa? Serius kemarin ada yang pakai heels. Aku tak tau nasib akhir mbak itu gimana.
  • Berdoa dan selalu berpikir positif. Karena penghuninya banyak, banyak yang begitu, ya begitulah, pokoknya begitu.

Monday, December 7, 2015

Perjalanan Dari Cilacap Ke Lombok



“Mau ngapain kamu kesana jauh-jauh sendirian?”
“Jalan-jalan, Beh,” aku tahu jawabanku memperburuk suasana. Bahkan kemungkinan mendapatkan ijin dari Babeh tinggal 10% saja. “Tiket dan hotel ditanggung kok, udah dibeliin malahan.”
“Iya kalau itu bener. Kalau kamu diboongi orang gimana?”
“Itu resmi kok, Beh. Udah aku cek. Itu asli,” aku memang sudah mengecek kebenaran hadiah liburan itu ke teman kost ku yang sekarang bekerja di Kementrian Pariwisata. Tapi namanya orang tua aku sodorkan cuplikan chat ku dengan teman kost ku itu, tetap saja tidak percaya. Aku melirik Mamahku, berharap bantuan.

Sebelumnya aku sudah bilang Mamahku bahwa aku memenangkan lomba menulis dari Kemenpar yang Pesona Tambora ini. Tentu saja Mamah langsung setuju. Dia tidak mau anaknya di rumah saja. Akhirnya Babeh sepakat walau dari raut mukanya masih setengah hati. Aku pun membulatkan tekat dan berjanji tidak akan mengecewakan. Aku di Lombok tidak kenapa-napa dan bisa kembali sampai rumah dengan selamat.

Sejujurnya ini adalah perjalanan terjauh selama ini dalam hidupku. Sebelumnya yang terjauh itu ke Jember. Itupun naik kereta, transportasi favorit versiku. Dan tidak sendiri, berdua dengan temanku. Tapi sekarang aku akan ke Lombok. Dari rumah ku di Cilacap itu berarti harus melintasi pulau bahkan zona waktu berbeda. Mungkin jaraknya dua kali lipat dibanding waktu aku ke Jember. Tapi yang perlu disiapkan lebih dari dua kali lipat. Terutama mental.

Friday, August 21, 2015

Stop Share Korban Kecelakaan Atau Kejahatan!

Tadi siang saya pergi bersama teman. Perjalanan kami terhenti tiba-tiba karena macet. Macet di daerah kami adalah hal yang luar biasa, tidak seperti Jakarta yang lumrahnya begitu. Macet di daerah kami sudah pasti menimbulkan tanda tanya besar. Ada apa ini? Pasti terjadi sesuatu. Perbaikan jalan kah? Razia polisi? Atau kecelakaan?

Karena kami naik motor, sangat dengan mudah menyelinap diantara mobil dan truk. Sepanjang jalan yang macet kami berdua menerka-nerka. Sampai pada akhirnya kami menjumpai segerombolan orang yang berkerumun hampir memenuhi jalan.

Teman saya sempat mengajak berhenti untuk melihat apa yang terjadi. Saya yang memegang kendali motor tidak mau berhenti karena sayup-sayup saya mendengar ada korban pembunuhan baru ditemukan. Saya termasuk orang yang takut melihat korban kejahatan, takut akan membayangi pikiran saya.

Teman saya menyeletuk, "Ayolah, berhenti dulu. Aku pengin foto." Sontak saya langsung mempercepat laju motor, tanda menolak ajakan.

Translate

Popular Posts