Seorang teman mengirimi saya
pesan pribadi terkait unggahan foto milik saya di sosial media. Bukan karena
saya menyebarkan foto yang tidak senonoh atau melanggar SARA. Justru karena
foto yang saya unggah termasuk golongan bagus untuknya. Dan bukan memuji,
justru dia mengkritik foto saya. Kenapa demikian? Karena foto saya tidak
disertai watermark dan teman saya
takut foto saya dicuri kemudian disalah gunakan orang yang tidak bertanggung
jawab.
Segala sesuatu yang ada di internet memang sangat mudah sekali
dicuri. Tinggal klik copy lalu paste, selesai. Curi mencuri foto di internet sering kali terjadi. Ini tidak
hanya terjadi pada saya. Banyak teman-teman yang pernah mengalaminya. Mau yang
fotografer profesional atau pun yang amatir. Dan tidak tanggung-tanggung yang
mencuri dari perorangan sampai perusahaan besar pun pernah melakukannya. Dari
yang bermotif iseng belaka sampai yang memang untuk kepentingan komersiil.
Saya sendiri bukan fotografer
profesional, hanya tahu dan penikmat fotografi saja. Tapi kejadian foto dicuri
ini pernah juga saya alami. Yang mencuri pernah perorangan, ada juga perusahaan
yang menggunakannya untuk kepentingan komersiil. Bukan perusahaan besar tapi
tetap saja tujuannya sebagai bahan promosi perusahaan tersebut.
Rasanya? Nyesek.
Walau saya bukan fotografer
profesional, mengetahui foto saya dicuri membuat saya kesal juga. Bagaimana
tidak, saya sudah bersusah payah mendapatkan foto tersebut. Tapi malahan si
pencuri dengan mudahnya mengambil dan menyebar luaskannya lagi atas nama dia.
Apa yang sesungguhnya dirasakan
pencuri foto?
Mencuri tetaplah mencuri. Kamu
mengambil milik orang lain. Tentu tanpa ijin, kalau pakai ijin berarti bukan
mencuri. Saya pernah bertanya kepada teman yang sering menggunakan foto profil
BBM dengan foto milik orang lain. Katanya, “Loh, salah siapa di-posting di internet.”
Jawaban itu seolah-olah apa pun
yang di-posting akan menjadi milik
bersama. Terserah dan bebas dimiliki orang lain. Tanpa peduli lagi itu milik
siapa, bagaimana membuatnya, apalagi tentang hak cipta.
Padahal.
Memang belum ada undang-undang
yang mengatur hak cipta sebuah foto. Tidak seperti karya kreatif lain, seperti
lagu atau film misalnya, yang sudah diatur hak ciptanya oleh
perundang-undangan. Bila ada yang membajak atau mencuri karya tersebut bisa
dipidanakan. Sedangkan foto sampai saat ini masih menjadi karya yang
orang-orang anggap bisa dimiliki semua.
Orang awam akan menganggap, “Ya
elah cuma foto, semua orang bisa kali.” Tidak, sama seperti menulis. Semua
orang bisa menulis tapi belum tentu bisa menulis puisi. Fotografi tidak bisa
semua orang melakukannya. “Ya elah, cuma jepret doang.” Tidak. Semua orang bisa
saja menggunakan kamera. Pun bisa mempelajari tekniknya. Tapi rasa, angle,
moment, taste of art, tidak semua
orang memilikinya. Mengeksekusinya menjadi sebuah karya.
Beberapa teman fotografer ada
yang memutuskan menggunakan watermark.
Itu loh, tulisan yang kadang kalian lihat di sebuah foto. Sebagai penanda siapa
yang memiliki foto itu. Dulu saya melakukannya, sekarang sudah tidak lagi. Menurut
saya, itu tidak memberikan dampak yang berarti. Foto-foto saya tetap di-copy-paste banyak orang. Beberapa kasus
teman juga tetap saja fotonya ada yang dicuri. Bahkan karena watermark yang seuprit di bawah, fotonya
di-crop.
Pencuri foto tidak akan peduli
bagaimana pengorbanan fotografer untuk mendapatkan sebuah foto. Kalian tidak
mau tahu berapa biaya, tenaga, pikiran, dan usaha yang sudah kami korbankan. Itu
semua tidak sedikit. Bayangkan saja berapa harga sebuah kamera? Berapa biaya
untuk sampai ke lokasi foto?
Oke, kalau fotonya hanya di
rumah, kalian pikir kami melakukannya tanpa pengorbanan? Kami pun tetap harus
berpikir bagaimana komposisi, pencahayaan, dan angle yang bagus agar foto itu menjadi sebuah foto yang kami
inginkan. Coba saja kalian bayangkan apa yang kalian punya dicuri orang? Yang kalian
tahu untuk mendapatkan itu semua butuh pengorbanan.
Tolong hargai jerih payah, kerja
keras, waktu, dan uang yang tidak sedikit untuk menghasilkan sebuah foto. Saya tahu
tidak bisa mencegah, mengontrol atau pun mengomeli satu-satu pencuri foto-foto
saya di sosial media. Tapi tolong, minimal ijin atau sertakan sumber kalian mendapatkan
foto tersebut.
Apa susahnya mengetik dua tiga
kata (Sumber foto dari: bla bla bla bla). Kalian bisa saja mencuri foto dengan
mudahnya. Tapi ingat! Ide, gagasan, pemikiran tidak akan pernah bisa kalian
curi. Saya masih akan tetap terus berkarya sampai kapan pun juga. Sedangkan
kalian tidak mendapatkan apa-apa karena bisanya cuma mencuri.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah membaca, silahkan berkomentar