Wednesday, March 9, 2016

Benarkah Traveling Membuat Bahagia?



Budaya traveling sekarang ini kian mewabah. Banyak tempat wisata baru yang bermunculan karena postingan di media sosial. Kemudian orang-orang berlomba-lomba mendatanginya. Memposting foto-foto keren di medsos biar dianggap kekinian. Kalau sudah begitu langsung serta merta mencap dirinya BAHAGIA.

Sebagian besar orang menshare foto liburannya di medsos pasti yang bagus. Pemandangan yang bagus, pose yang bagus, outfit yang keren. Pokoknya selalu terlihat bagus deh. Hal ini membuat tolok ukur bahwa orang yang bahagia adalah mereka yang hidupnya sering traveling atau bepergian. Benarkah orang yang traveling pasti bahagia?


Jawabannya, belum tentu.

Setiap orang punya selera, gaya hidup, pola pikir, cara pandang, dan latar belakang kehidupan yang berbeda-beda. Tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya. Asik buat kita, belum tentu asik buat orang lain. Keren buat kita, belum tentu keren buat orang lain. Makanya ngga usah sok keren deh.
Sepanjang perjalananku (jiah, kaya panjang aja jalannya, padahal cuma nyebrang jalan doang), penyebab orang tidak bahagia saat traveling ada macam-macam. Berikut aku coba uraikan satu-satu:

Uang. Masalah uang ini sering banget jadi perdebatan. Tidak semua orang dilimpahi uang yang banyak dalam hidupnya. Ada, bahkan banyak orang yang mengurungkan niatnya untuk liburan hanya karena uang. Atau karena gengsi yang berlebihan saat traveling borosnya minta ampun, jadilah pulang dengan banyak hutang.

Tidak bisa dipungkiri uang memang segalanya. Hanya hidup biasa saja, tidak perlu liburan tetap butuh uang. Tapi apakah benar uang segalanya? Tidak untukku. Ini hanya untukku. Belum tentu untukmu.

Buatku, uang adalah candu. Kalau kamu mendewakannya, dia akan membuatmu ketagihan. Kalian tau kan, kalau sudah ketagihan mau punya berapapun tidak akan pernah cukup. Pengin lebih, lagi dan lagi. Begitupun peran uang dalam traveling. Kenyataannya banyak orang yang punya uang lebih tapi tidak bisa liburan. Apalagi kalau gaya hidupnya boros dan banyak pengin tapi ngga punya uang. Duh, orang seperti ini kalau diajak jalan pasti berisik banget!

Selera. Banyak sekali tempat pariwisata di dunia ini. Dari wisata alam, budaya, sejarah, kuliner, sampai tempat belanja. Wisata alam saja ada banyak macamnya, dari bawah laut sampai puncak gunung. Tidak apa punya selera sendiri. Tidak apa selera kita berbeda. Tapi bisakan saling menghormati dan menghargai selera masing-masing. Kalau tidak suka bisa kan bicarakan dengan baik-baik.

Travelmate yang tidak asik. Teman seperjalanan memang macam-macam jenisnya. Ada solo traveler yang bersedia kenalan dengan siapa saja di tempat baru. Dan menerima teman baru apa saja bentuknya walau kadang dalam hati tertawa terbahak-bahak atau nyesek mangkelnya luar biasa. Tapi ada traveler yang tidak nyaman berjalan dengan orang yang baru dia kenal. Antara sombong dan menjaga diri itu beda tipis. 

Iya sih kita tidak tahu isi hati seseorang. Tapi sejauh ini kalau aku berkenalan dengan orang baru selama perjalanan belum ada yang tingkahnya aneh. Secara naluri saat kita berada di tempat asing dan bertemu orang asing, kita mencoba menjadi orang yang baik. Para traveler biasanya percaya dengan karma, kalau kita baik dengan orang lain InsyaAlloh di lain tempat saat kita mengalami kesusahan akan ada saja orang baik yang membantu. Itu kenapa sesusah apapun keadaan kami, kami selalu berusaha jadi orang yang baik.

Terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Tindak kejahatan bisa saja terjadi dimana saja. Apalagi di tempat asing yang belum tentu kita tahu keadaannya. Tidak perlu pergi kemana-mana, di rumah sendiri pun bisa saja kita menjadi korban tindak kejahatan. Kalau lagi kena apes, ada saja yang menghakimi, “Makanya ngga usah pergi-pergi. Kebanyakan gaya sih.” Namanya juga musibah, tidak kenal waktu, tempat, dan siapa kamu.

Bukan hanya tindak kejahatan saja yang termasuk hal-hal yang tidak diinginkan. Pesawat delay, tiket habis, ban bocor, hujan deras, jalan ditutup, hotel penuh, kepleset kulit pisang dan masih banyak yang lainnya. Ada saja loh orang yang mudah sekali tersulut emosinya hanya gara-gara hal kecil. Bahkan hanya karena tisu toilet habis, ada yang sepanjang perjalanan jadi bete. Padahal hal seperti itu sama sekali tidak menghambat perjalanan secara total.

Dasar tukang bete. Semua hal yang terjadi pada diri kita sebenarnya buah dari apa yang kita pikirkan. Mau pergi ke tempat sebagus apapun, dengan teman sekeren apapun, bawa duit sekarung pun. Kalau emang sifat dasarnya gampang banget badmood, moodyan, sedikit-sedikit bete ya percuma.

Aku pernah jalan dengan orang seperti ini. Sepanjang perjalanan ngeluh. Diajak foto ngga mau, dikasih cemilan ngga mau, diajak main air ngga mau, disuruh pulang ngga mau. Duh, tenggelemin aja ke laut. Sempat terbesit di pikiranku begitu. Aku tidak tau apa yang orang seperti itu pikirkan. Apa enaknya berpikir negatif terus. 

Orang yang takut kemana-mana lebih baik dari pada orang yang isi otaknya negatif. Orang yang takut bisa kita antisipasi untuk lebih baik tidak ikut traveling. Atau kasih pilihan destinasi yang bikin dia merasa aman. Lah kalau orang yang bisanya cuma bete sepanjang perjalanan. Dikasih apapun juga ngga akan pernah bahagia.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jadi tidak perlu iri dengan orang lain yang suka traveling. Mereka belum tentu bahagia. Tidak usah tertipu dengan #janganlupabahagia apalagi #ayopiknikbiarnggapanik. Saat melihat yang indah-indah di medsos memang sangat menggoda. Wajar, normalnya kita pasti menginginkan berada di tempat yang terbaik.

Apalagi kalau share di medsos belum tentu dapat tanggapan yang positif. Bisa jadi foto liburan kita menjadi sumber bullyan. Kok bisa? Tau kan kasus kebun bunga di Jogja. Atau ada yang masuk jurang setelah difoto. Tidak hanya foto, status liburan kita bisa jadi bahan hinaan orang lain. Tidak usah di medsos, di kehidupan nyata saja kita sering digunjingkan orang-orang apapun yang kita lakukan. 

Makanya dewasalah dalam berlibur dan mensharenya di medsos. Kita harus tahu juga seberapa besar batas kemampuan kita. Bukan hanya soal uang tapi juga soal mental. Nyatanya masalah terbesar saat traveling bukan karena uang saku. Punya uang sebesar apapun kalau kita tidak bisa mengendalikannya jadi percuma. Apalagi kalau belum siap menerima apapun yang terjadi di luar sana. Di tempat yang asing apapun bisa terjadi. Mereka yang hebat adalah yang mampu menempatkan dirinya dimana pun, dalam keadaan apa pun, dan dengan siapa pun.

So, tidak ada jaminan traveling bikin kamu bahagia. Tapi kita semua berhak bahagia, apapun kondisinya.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah membaca, silahkan berkomentar

Translate

Popular Posts