Budaya traveling sekarang ini kian mewabah. Banyak tempat wisata baru yang
bermunculan karena postingan di media sosial. Kemudian orang-orang
berlomba-lomba mendatanginya. Memposting foto-foto keren di medsos biar
dianggap kekinian. Kalau sudah begitu langsung serta merta mencap dirinya
BAHAGIA.
Sebagian besar orang menshare foto liburannya di medsos pasti
yang bagus. Pemandangan yang bagus, pose
yang bagus, outfit yang keren.
Pokoknya selalu terlihat bagus deh. Hal ini membuat tolok ukur bahwa orang yang
bahagia adalah mereka yang hidupnya sering traveling
atau bepergian. Benarkah orang yang traveling
pasti bahagia?
Jawabannya, belum tentu.
Setiap orang punya selera, gaya
hidup, pola pikir, cara pandang, dan latar belakang kehidupan yang
berbeda-beda. Tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya. Asik buat kita,
belum tentu asik buat orang lain. Keren buat kita, belum tentu keren buat orang
lain. Makanya ngga usah sok keren deh.
Sepanjang perjalananku (jiah,
kaya panjang aja jalannya, padahal cuma nyebrang jalan doang), penyebab orang
tidak bahagia saat traveling ada macam-macam. Berikut aku coba uraikan
satu-satu:
Uang. Masalah uang ini sering banget jadi perdebatan. Tidak semua
orang dilimpahi uang yang banyak dalam hidupnya. Ada, bahkan banyak orang yang
mengurungkan niatnya untuk liburan hanya karena uang. Atau karena gengsi yang
berlebihan saat traveling borosnya
minta ampun, jadilah pulang dengan banyak hutang.
Tidak bisa dipungkiri uang memang
segalanya. Hanya hidup biasa saja, tidak perlu liburan tetap butuh uang. Tapi
apakah benar uang segalanya? Tidak untukku. Ini hanya untukku. Belum tentu
untukmu.
Buatku, uang adalah candu. Kalau
kamu mendewakannya, dia akan membuatmu ketagihan. Kalian tau kan, kalau sudah
ketagihan mau punya berapapun tidak akan pernah cukup. Pengin lebih, lagi dan
lagi. Begitupun peran uang dalam traveling.
Kenyataannya banyak orang yang punya uang lebih tapi tidak bisa liburan.
Apalagi kalau gaya hidupnya boros dan banyak pengin tapi ngga punya uang. Duh,
orang seperti ini kalau diajak jalan pasti berisik banget!
Selera. Banyak sekali tempat pariwisata di dunia ini. Dari wisata
alam, budaya, sejarah, kuliner, sampai tempat belanja. Wisata alam saja ada
banyak macamnya, dari bawah laut sampai puncak gunung. Tidak apa punya selera
sendiri. Tidak apa selera kita berbeda. Tapi bisakan saling menghormati dan
menghargai selera masing-masing. Kalau tidak suka bisa kan bicarakan dengan
baik-baik.
Travelmate yang tidak asik.
Teman seperjalanan memang macam-macam jenisnya. Ada solo traveler yang bersedia kenalan dengan siapa saja di tempat baru.
Dan menerima teman baru apa saja bentuknya walau kadang dalam hati tertawa
terbahak-bahak atau nyesek mangkelnya luar biasa. Tapi ada traveler yang tidak nyaman berjalan dengan orang yang baru dia kenal.
Antara sombong dan menjaga diri itu beda tipis.
Iya sih kita tidak tahu isi hati
seseorang. Tapi sejauh ini kalau aku berkenalan dengan orang baru selama
perjalanan belum ada yang tingkahnya aneh. Secara naluri saat kita berada di
tempat asing dan bertemu orang asing, kita mencoba menjadi orang yang baik.
Para traveler biasanya percaya dengan
karma, kalau kita baik dengan orang lain InsyaAlloh di lain tempat saat kita
mengalami kesusahan akan ada saja orang baik yang membantu. Itu kenapa sesusah
apapun keadaan kami, kami selalu berusaha jadi orang yang baik.
Terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Tindak kejahatan bisa saja
terjadi dimana saja. Apalagi di tempat asing yang belum tentu kita tahu
keadaannya. Tidak perlu pergi kemana-mana, di rumah sendiri pun bisa saja kita
menjadi korban tindak kejahatan. Kalau lagi kena apes, ada saja yang
menghakimi, “Makanya ngga usah pergi-pergi. Kebanyakan gaya sih.” Namanya juga
musibah, tidak kenal waktu, tempat, dan siapa kamu.
Bukan hanya tindak kejahatan saja
yang termasuk hal-hal yang tidak diinginkan. Pesawat delay, tiket habis, ban bocor, hujan deras, jalan ditutup, hotel
penuh, kepleset kulit pisang dan masih banyak yang lainnya. Ada saja loh orang
yang mudah sekali tersulut emosinya hanya gara-gara hal kecil. Bahkan hanya
karena tisu toilet habis, ada yang sepanjang perjalanan jadi bete. Padahal hal
seperti itu sama sekali tidak menghambat perjalanan secara total.
Dasar tukang bete. Semua hal yang terjadi pada diri kita sebenarnya
buah dari apa yang kita pikirkan. Mau pergi ke tempat sebagus apapun, dengan
teman sekeren apapun, bawa duit sekarung pun. Kalau emang sifat dasarnya
gampang banget badmood, moodyan, sedikit-sedikit bete ya
percuma.
Aku pernah jalan dengan orang
seperti ini. Sepanjang perjalanan ngeluh. Diajak foto ngga mau, dikasih cemilan
ngga mau, diajak main air ngga mau, disuruh pulang ngga mau. Duh, tenggelemin
aja ke laut. Sempat terbesit di pikiranku begitu. Aku tidak tau apa yang orang
seperti itu pikirkan. Apa enaknya berpikir negatif
terus.
Orang yang takut kemana-mana
lebih baik dari pada orang yang isi otaknya negatif.
Orang yang takut bisa kita antisipasi untuk lebih baik tidak ikut traveling. Atau kasih pilihan destinasi
yang bikin dia merasa aman. Lah kalau orang yang bisanya cuma bete sepanjang
perjalanan. Dikasih apapun juga ngga akan pernah bahagia.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jadi tidak perlu iri dengan orang
lain yang suka traveling. Mereka
belum tentu bahagia. Tidak usah tertipu dengan #janganlupabahagia apalagi #ayopiknikbiarnggapanik.
Saat melihat yang indah-indah di medsos memang sangat menggoda. Wajar,
normalnya kita pasti menginginkan berada di tempat yang terbaik.
Apalagi kalau share di medsos belum tentu dapat
tanggapan yang positif. Bisa jadi
foto liburan kita menjadi sumber bullyan.
Kok bisa? Tau kan kasus kebun bunga di Jogja. Atau ada yang masuk jurang
setelah difoto. Tidak hanya foto, status liburan kita bisa jadi bahan hinaan
orang lain. Tidak usah di medsos, di kehidupan nyata saja kita sering
digunjingkan orang-orang apapun yang kita lakukan.
Makanya dewasalah dalam berlibur
dan mensharenya di medsos. Kita harus
tahu juga seberapa besar batas kemampuan kita. Bukan hanya soal uang tapi juga
soal mental. Nyatanya masalah terbesar saat traveling
bukan karena uang saku. Punya uang sebesar apapun kalau kita tidak bisa
mengendalikannya jadi percuma. Apalagi kalau belum siap menerima apapun yang
terjadi di luar sana. Di tempat yang asing apapun bisa terjadi. Mereka yang
hebat adalah yang mampu menempatkan dirinya dimana pun, dalam keadaan apa pun,
dan dengan siapa pun.
So, tidak ada jaminan traveling bikin kamu bahagia. Tapi kita
semua berhak bahagia, apapun kondisinya.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah membaca, silahkan berkomentar