Wednesday, March 9, 2016

Pantai Di Cilacap Part 3: Pantai Rancah Babakan - Hidden Paradise Di Ujung Barat Nusakambangan


Jalan sendiri asik, jalan berdua asik, jalan rame-rame juga asik. Pokoknya jalan sama siapa asik-asik saja.

Beberapa hari yang lalu aku ikut open trip Explore Cilacap ke pantai Rancah Babakan. Kenapa harus open trip segala? Karena untuk mencapainya tidaklah mudah. Ada tantangan sendiri yang membuat perjalanan jadi penuh sensasi.

Cilacap memang punya banyak sekali pantai. Dari pantai Jetis sampai Segara Anakan, belum lagi yang di pulau Nusa Kambangan. Ada puluhan pantai yang bisa kalian singgahi. Dan tentunya dengan pemandangan yang berbeda-beda. Setiap pantai punya ciri khasnya sendiri. Tidak hanya sekedar pertemuan ombak dan pasir.


Pantai Rancah Babakan terletak di ujung barat pulau Nusa Kambangan. Kalian pasti pernah mendengar tentang pulau yang satu ini. Pulau yang sering digunakan untuk eksekusi mati. Karena itu ada beberapa tempat yang tertutup untuk umum dan tidak bisa sembarangan orang masuk. Untuk ke Rancah Babakan tidak perlu ijin karena tidak melewati lapas.

Di balik kemisteriusan pulau Nusakambangan, sebenarnya banyak menyimpan pantai yang indah. Setelah bulan Desember 2015 kemarin aku ke pantai Kali Kencana, sekarang giliran pantai Rancah Babakan yang diexplore. Untuk sampai ke sana satu-satunya transportasi yang tersedia adalah kapal. Kita bisa menyeberang dari pelabuhan Sleko di Cilacap atau dari Teluk Penyu. Lewat Teluk Penyu pasti lebih mahal karena jarak tempuh yang semakin jauh. Tidak ada jadwal kapal penyeberangan, karena sebenarnya pantai Rancah Babakan belum secara resmi dibuka menjadi objek pariwisata. Jadi kita harus menyewa kapal untuk menyeberang. 

Karena kemarin open trip, biayanya pun jadi lebih murah yaitu Rp. 65.000,00. Itu sudah termasuk kapal dan makan siang. Kalau sewa kapal sendiri pasti lebih mahal bisa ratusan ribu. Kemarin rombongan sekitar 70 orang memakai 2 kapal. Satu kapal kecil, dan satunya lagi kapal besar. Yang kapal kecil menampung sekitar 15an orang, tentunya yang kapal besar sisanya.

Meeting point di alun-alun Cilacap. Katanya tak kenal maka tak sayang, sambil absen kami memperkenalkan diri. Dengan jumlah sekitar tujuh puluh orang dalam waktu yang singkat memang tidak langsung hapal. Paling tidak kami sudah satu tujuan untuk ke pantai Rancah Babakan dengan selamat dan pulang dengan lengkap. Dari meeting point kami bersama-sama ke pelabuhan Sleko.

Sekitar setengah 9 kapal mulai berangkat. Sebelumnya kapten kapal memberi sambutan ke kami semua. Memberi tahu kalau nanti kami semua akan menempuh perjalanan selama lebih dari dua jam. Melewati 3 dermaga, perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat, Kecamatan Kampung Laut, dan Segara Anakan. Kami juga dihimbau untuk tetap berhati-hati dan bermain sewajarnya.
suasana di kapal

Oke, kapal mulai jalan. Aku duduk di tengah-tengah kapal. Enak sih tidak kepanasan, tapi jadi tidak liat pemandangan sepanjang jalan dengan maksimal. Untung bawa buku. Ya, seperti biasa kalau perjalanan jauh dan kira-kira bakalan diam sepanjang perjalanan aku pasti bawa buku. Kali ini yang aku bawa Rahvayana, buku yang ‘mungkin’ ditulis Mbah Sujiwo Tejo. 

Karena yang lain memilih duduk di tepian kapal dan yang di tengah cuma lima orang, cukup menyisakan tempat buat tiduran sambil baca gelembung-gelembung cinta Rahwana. Hanya bertahan 1,5 jam tiduran kemudian sempat tidur beneran. Akhirnya aku pindah posisi di tepian kapal sambil mengobrol dengan teman SDku.

Saat di duduk di tepi kapal aku disuguhi pemandangan yang bagus. Terasa sedang menjelajahi sungai bukan lautan. Padahal kalau dicicipi itu air di bawah pasti asin. Ya, siapa juga yang mau nyicipin, belum nyicipin udah kemeleb duluan. Ombaknya juga tenang, kapal akan goyang hanya kalau ada kapal lain yang berlawanan arah. Itu pun bukan goyangan yang berarti. 

Sepanjang jalan kiri dan kanan banyak pohon bakau, sesekali pohon kelapa dan salak. Baru lima menit duduk di tepian kapal, kami melewati Kawasan Mina Wisata Ujung Alang. Kalau turun di dermaga itu kita bisa jalan-jalan diantara pohon bakau.

Kapal terus berjalan, mungkin ini sudah lebih dari separuh perjalanan. Sejauh mata memandang dari tadi hanya melihat hijaunya hutan bakau, dan tiba saatnya kami melewati sebuah pemukiman. Kecamatan Kampung Laut, satu-satunya pemukiman penduduk di pulau Nusa Kambangan. Kenapa namanya Kampung Laut? Konon katanya dulu wilayah ini semuanya lautan, tidak ada daratan di kampung ini. Rumah warga berbentuk panggung di atas lautan. Tapi sekarang di Kampung Laut ini sudah ada daratannya, bahkan sudah ada kendaraan bermotor di kampung ini. Kami tidak singgah di Kampung Laut, jadi hanya sempat foto bangunan di tepi kampung yang bisa terlihat dari kapal.
Kecamatan Kampung Laut

Setelah berjam-jam di atas kapal, tiba-tiba kapal mati. Beberapa orang sempat panik, bertanya-tanya, saling pandang, dan bingung. Masa iya mesin mati di tengah lautan? Ternyata memang sengaja dimatikan. Dan kami sudah hampir sampai. Karena aku berada di kapal yang besar, jadi tidak bisa menepi ke pinggir pantai. Hanya kapal kecil yang bisa menepi. Bergiliran kami pindah ke kapal kecil agar bisa menepi ke daratan.
kapal kecil yang bisa parkir di tepian pantai

Sampai di tepi pantai, kok begini pantainya? Pasirnya hitam, banyak sampah kayu di pinggirnya. Tapi ada view yang bagus di tengah lautnya. Ada ombak di tengah laut, seperti pertemuan antara air tenang yang kami lalui dan lautan luas. Selain itu juga ada karang besar di tengah laut. Karangnya nyaris mirip seperti di Raja Ampat tapi cuma satu. Sambil menunggu anak lain yang dipindah ke kapal kecil, kami sempat beberapa kali foto-foto. Tidak ada pohon di tepi pantainya, panasnya matahari sudah pasti langsung menusuk tulang dan seketika membuat kulit hitam.

Setelah semuanya sampai di tepi pantai, kumpul, ambil makan, kemudian jalan kaki dimulai. Aku pikir akan masuk hutan lagi seperti jalan menuju Kali Kencana. Tapi ternyata jalannya seperti di pedesaan. Tetap banyak pohon, tapi tidak serindang hutan. jalannya pun tidak seberat ke Kali Kencana. Dan anehnya ada sawah. Aneh saja, aku pikir Nusa Kambangan isinya hutan. Kalaupun ada penduduk, paling mata pencahariannya mencari ikan.
jalan menuju pantai Rancah Babakan

Jalannya sebentar sih, tapi ya lumayan buat bikin keringat bercucuran. Karena jalan agak sedikit menanjak, pas diatas sempat melihat pantai Rancah Babakan. Air yang biru tosca, langit biru dibatasi pohon yang hijau dan pasir yang putih. Rasanya lega padahal belum sampai. Eh, tapi setelah itu jalan menurun dan....
Bau ombaknya udah kecium

Perjalanan di atas kapal berjam-jam terbayar lunas. Finally, Rancah Babakan Beach!

Di tepian pantai banyak pohon, jadi tidak usah takut kepanasan. Ombaknya tidak terlalu besar. Mungkin karena pantainya yang setengah lingkaran membentuk teluk, jadi menghalangi ombak besar dari lautan lepas. Sekilas pantainya agak kotor, tapi itu kerang-kerang kecil dan rumput laut yang menepi. 
ini bukan sampah, tapi karang dan rumput laut yang menepi

Pasirnya sebagian abu-abu, tidak begitu putih di bagian barat. Tapi di bagian timur dominan pasir putihnya. Ada dua karang besar di tengah pantainya. Dan di sekitarnya banyak karang kecil yang kalau ada ombak datang akan tertutup. Airnya bening, membuat penghuni dalam airnya terlihat jelas.
salah satu spot dari pantai Rancah Babakan
Karena dikasih nasi bungkus, kami makan dulu di bawah pohon sambil menikmati semilirnya angin pantai. Di pantai ini tidak ada penjual satu pun. Jadi sebaiknya bawa makan siang, cemilan, dan air minum sesuai kebutuhan. Pantai ini juga tidak ada fasilitas MCK. Kalau sekedar cuci tangan dan kaki bisa ditepian pantainya. Lebih dari itu ya paling ngumpet di balik pohon.

Selesai makan, ya foto-foto. Sambil jalan menyusuri pantai dari barat sampai timur. Aku juga sempat ke karang besar yang di tengah pantai. Untuk menuju karang besar cukup menyakitkan telapak kaki karena karangnya runcing, juga tertutup rumput. Tapi airnya tidak tinggi kok, paling sekitar 30 cm. Lebih sedikit kalau ada ombak datang.

Trip kali ini sensasinya berada di atas kapal berjam-jam. Untung airnya tenang, coba berombak bisa-bisa isi perut bergejolak. Dan pantainya benar-benar private beach. Hanya rombongan kami yang main di situ. Dari semua pantai yang pernah aku kunjungi, aku kasih nilai 3 dari 5 untuk Rancah Babakan. Tapi untuk level pantai di Cilacap nilainya 4,5 dari 5.

Setengah 3 kami kumpul, absen pulang, foto bareng dan jalan lagi ke tempat kapal parkir. Jangan lupa sampahnya dibawa pulang, buang di tempatnya. Perjalanan pulang banyak yang nggelosor tidur karena kelelahan. Sampai di pelabuhan Sleko pas adzan magrib. Sayonara, sampai jumpa di trip selanjutnya!

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah membaca, silahkan berkomentar

Translate

Popular Posts