Kali ini jantungku mulai terbiasa
dengan apa pun yang akan terjadi sepanjang perjalanan. Ini bukan kali
pertama aku bepergian ke tempat asing yang belum pernah sekalipun
aku singgahi. Semesta selalu punya cara. Itu
yang aku yakini agar apapun yang terjadi dalam perjalanan, hati ini bisa berdamai dengan keadaan. Dan semesta kali ini menjatuhkan
pilihannya pada Karimunjawa.
Di mana Karimunjawa? “Tuh, yang kremun-kremun,” kata seorang teman yang aku temui di perjalanan ke Karimunjawa. Kemudian sepanjang perjalanan, ia bercerita tentang asal mula nama Karimunjawa. Cerita itu bermula dari seorang anak laki-laki yang bernama Amir Hasan, dia adalah putra dari Sunan Kudus.
Suatu hari Sunan Kudus dipercaya
Raden Patah untuk memimpin jamaah haji. Agar pesantrennya tetap berjalan selama
pergi berhaji, Sunan Kudus memerintahkan Amir Hasan untuk mengelola pesantren.
Tapi, Amir Hasan malahan mengajarkan santri bermain gamelan. Sunan Kudus amat
murka dengan tindakan Amir Hasan, yang beliau nilai telah melupakan nasehat
orang tua dan agama.
Amir Hasan pun diusir dari
pesantren dan pergi ke rumah pamannya, Sunan Muria di Gunung Muria. Sunan Muria
menyambut baik kedatangan keponakannya. Beliau mendidik Amir Hasan sehingga menjadi pemuda yang alim
dan berilmu tinggi. Setelah dianggap mampu menyebarkan agama Islam, Sunan Muria
memerintahkan Amir Hasan untuk pergi mencari daerah yang masyarakatnya belum
beragama Islam.
Dan, tibalah Amir Hasan bersama 2
santri Sunan Muria di pulau yang dihuni bajak laut yang ganas dan menyeramkan.
Para bajak laut pun menantang Amir Hasan berkelahi yang pada akhirnya mereka
pun kalah dan tunduk pada Amir Hasan. Setelah itu, Amir Hasan menyuruh para
santri kembali ke Gunung Muria untuk mengabari keberadaannya.
Sunan Muria pun senang mendengar
kabar tentang Amir Hasan. Beliau menyuruh santrinya menunjukkan keberadaan Amir
Hasan. Santrinya menunjuk sebuah pulau yang terlihat samar-samar. Sunan Muria pun berkata bahwa pulau itu kremun-kremun saking Jawi (samar-samar
dari Jawa) maka sebut saja pulau itu Karimunjawa atau yang berarti juga mulia
di Laut Jawa.
Dan sekarang, Karimunjawa tidak
lagi samar-samar. Namanya sudah terkenal menjadi pulau yang memiliki keindahan. Karimunjawa adalah gugusan
kepulauan yang terdiri dari sekitar 27 pulau dan baru 5 pulau yang berpenghuni.
Memiliki 76 jenis terumbu karang dan 562 jenis ikan hias yang sayang sekali
bila dilewatkan. Dan pastinya pantas menjadi bagian dari Wonderful Indonesia.
Lalu, bagaimana cara menuju ke
Karimunjawa yang penuh dengan kerumunan keindahan itu? Untuk sampai ke Karimunjawa
bisa menggunakan kapal. Ada 3 pilihan tempat
keberangkatan kapal menuju Karimunjawa, bisa dari Kendal, Semarang, dan Jepara.
Aku memilih Kapal Cepat Express Bahari dari Pelabuhan Kartini-Jepara yang berangkat jam 9 pagi. Perjalanan kurang lebih 2 jam di kapal bersama 400an penumpang lainnya. Aku menikmati perjalanan di atas kapal dengan tidur karena dari semalam perjalanan Cilacap-Jepara belum tidur sama sekali.
![]() |
Salah satu dermaga di Pelabuhan Kartini. |
Aku memilih Kapal Cepat Express Bahari dari Pelabuhan Kartini-Jepara yang berangkat jam 9 pagi. Perjalanan kurang lebih 2 jam di kapal bersama 400an penumpang lainnya. Aku menikmati perjalanan di atas kapal dengan tidur karena dari semalam perjalanan Cilacap-Jepara belum tidur sama sekali.
Kapal Cepat Express Bahari |
Sampai di Karimunjawa, di pelabuhan
sudah dijemput mobil yang mengantarku ke hotel. Ada banyak jenis penginapan di
Karimunjawa, silakan pilih sesuai kemampuan kantong kalian. Ketika itu aku
menginap di Karimunjawa Inn, hotel yang berdiri di dataran miring perbukitan dengan
masih banyak ditumbuhi pohon di sekelilingnya.
Makan siang datang sebelum
menjelajah Karimunjawa. Olahan makanan laut tertata rapi di meja makan. Ada
kepiting, yang selalu aku anggap lebih pantas jadi cemilan dari pada makanan
pendamping nasi. Dan soup ikan dengan kuah yang menyegarkan siang itu.
Sudah kenyang, saatnya
berpetualang. Kali ini aku menaiki kapal kecil untuk menjelajahi pulau di
sekitar Karimunjawa. Hanya butuh waktu 10 menit kapal kami sampai ke Pulau
Menjangan Besar yang terkenal dengan penangkaran ikan hiunya. Wah, seram?
Tenang, justru di tempat ini pengunjung bisa berenang bersama ikan hiu. Tidak hanya ikan hiu, di Menjangan Besar ini juga ada ikan yang
lainnya.
Berenang dengan ikan hiu di Pulau Menjangan Besar. |
Ikan lain yang dipelihara juga di Pulau Menjangan Besar. |
Snorkling dengan ikan yang cantik-cantik di Pulau Menjangan Kecil. |
Baju basah kuyup, perjalanan
tetap lanjut. Kapal berlayar lebih jauh lagi, lebih lama lagi. Angin mulai
kencang, hari makin petang. Tempat selanjutnya memang salah satu spot menikmati
senja favorit di Karimunjawa, tepatnya Pantai Tanjung Gelam. Banyak kapal
merapat di tepi pantai. Aku harus mencari tempat yang agak sepi pengunjung.
Waktu itu pun tiba, senja yang di mana-mana ada tapi selalu beda rasa. Tak ada
lembayung, tetap saja senja selalu disanjung. Damai dan tenang, hanya itu yang
membekas sampai sekarang.
![]() |
Senja di Pantai Tanjung Gelam. |
Petang berlalu, malam
mendatangkan hidup yang baru.
Setelah membersihkan diri dan makan malam dengan ikan bakar, kakiku masih mau
melangkah di antara kerumunan pembeli dan penjual di alun-alun Karimunjawa. Ada berbagai macam souvenir
yang terbuat dari kayu dan hasil laut. Jenis kayu dari Karimunjawa ada
dewandaru yang pohonnya juga tumbuh di makam Amir Hasan, kayu setigi yang dulu pernah digunakan sebagai
tongkat Amir Hasan, dan kayu kalimasada yang konon juga memiliki
kekuatan magis.
![]() |
Beberapa souvenir yang terbuat dari kayu. |
Suka kuliner malam? Kuliner malam di alun-alun Karimunjawa sayang untuk dilewatkan. Ada juga buah tangan yang bisa dibawa pulang, seperti kerupuk seafood sampai kaos bertulis
Karimunjawa. Pokoknya
rapatkan barisan, tetap genggam dompet di tangan. Jangan sampai kebobolan,
nanti tidak bisa pulang.
![]() |
Penjual kaos di alun-alun Karimunjawa. |
Bukit Cinta dengan ciri khas spot foto bertulis LOVE. |
Perjalanan diakhiri di Bukit Joko
Tuwo. Bedanya dengan Bukit Cinta, Bukit Joko Tuwo ini ada tulang ikan raksasa
yang disebut-sebut sebagai Joko Tuwo. Panjangnya kurang lebih 2 meter. Walau
sama-sama bukit, Joko Tuwo menyajikan pemandangan rumah-rumah warga Karimunjawa.
Tulang ikan raksasa di Bukit Joko Tuwo. |
![]() |
Pemandangan Karimunjawa dari Bukit Joko Tuwo. |
Dari Bukit Joko Tuwo terlihat
jelas bahwa Karimunjawa bukanlah pulau yang sepi penghuni. Ia tidak lagi kremun-kremun seperti pertama kali Amir
Hasan mendatanginya. Karimunjawa kini sudah siap kalian singgahi. Keindahannya
mampu menjadi penggerak kehidupan warganya. Dan, juga siap sebagai tempat kita
untuk melepas penat. Karimunjawa memang Wonderful Indonesia yang nyata.
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Wonderful Indonesia Blog Competition. Kalian juga bisa mengikuti lomba ini dengan mendaftarkan tulisan kalian di sini atau cek poster di bawah ini.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah membaca, silahkan berkomentar