Saturday, September 16, 2017

Ini Dia Spot Menikmati Senja Di Cilacap



“Bro, ini kok ngga sunset-sunset sih?” celoteh teman di sebelah saya dengan mulut penuh siomay.
“Sunset?” saya mengernyitkan dahi dengan alis mata kanan sedikit terangkat.
“Iya, kalau sore kan sunset.”
“Hadew, mana ada sunset di sini. Kamu mau nunggu sampai nenek-nenek juga ngga bakalan keliatan.”

Begitu obrolan saya dengan seorang teman yang baru hijrah dari Jakarta ke Cilacap. Cilacap memang daerah di bagian selatan Pulau Jawa. Kalau secara logika, bisa melihat matahari terbit dengan menengok ke timur dan matahari tenggelam tinggal melihat ke arah barat. Selesai.

Kenyataannya tidak semua tempat seperti itu.

Kalau kalian mengenal Teluk Penyu di Cilacap yang begitu tersohor itu, sesungguhnya si bibir pantai menghadap ke timur bukan selatan. Tau kan arti dari teluk? Hayolo, jangan bilang lupa. Sama. Saya pun lupa, tapi tidak usah panik mari kita piknik.

Teluk adalah perairan laut yang menjorok ke daratan. Begitu pengertian singkat dari teluk, hasil saya piknik di maha dewa google. Jadi di Teluk Penyu ada bagian dataran yang melengkung. Itulah mengapa ada bagian bibir pantai yang menghadap ke timur. Bagian yang menghadap ke timur inilah tempat di mana kita bisa menikmati matahari terbit.

Jadi kalau ada yang mengajakmu, “Nyanset, yuk, ke Teluk Penyu!” Apalagi sampai posting foto matahari di Pantai Teluk dengan caption ”sunset”. Hadew, ini sih ocehan people bumi datar jaman now. Mau nunggu kiamat biar bisa lihat matahari terbenam dari timur kali. Ya monggo, aku sih ogah. Bumiku bulat, kok.

Saya belum pernah menikmati matahari terbit di Teluk Penyu ini. Bahkan matahari terbit di belahan dunia mana pun, nyaris belum pernah saya nikmati. Maksudnya, motret matahari terbit atau sekedar menikmati bangunnya mentari. Malas bangun pagi? Tidak juga. Hanya malas keluar kandang pagi-pagi buta. Pernah mencoba tapi selalu hasilnya tak seindah yang dibayangkan.
Saya kaum senja, yang lebih memilih menunggu dari pada mengejar. Kalau berbicara tentang senja, behhhh, mau di mana pun saya akan bilang, “Ayo!”. Pasti saya langsung berangkat tanpa kemalasan yang menyertai. Sudah baca senja di Bukit Merese yang membuat air mata saya berlinang? Baca dong, di sini ya.

Lalu kalau mau menikmati senja di Cilacap yang syahdu, haru, dan mendayu-dayu ada di mana?

Pelabuhan Sleko

Pelabuhan ini letaknya tidak jauh dari pusat kota Cilacap. Lurus terus ke arah timur kalau kalian dari alun-alun. Di ujung jalan kalian akan menemui plang “Selamat Datang di Pelabuhan Sleko”. Masuk saja cari tempat parkir yang tidak jauh dari dermaga.

Sudah beberapa kali saya ke Pelabuhan Sleko ini. Tapi saya tidak tahu jadwal kapal yang ke atau dari pelabuhan. Setiap kali naik kapal dari Pelabuhan Sleko ini selalu rombongan, jadi sudah pasti kapalnya sewaan. Seperti sewaktu saya ke Pantai Rancahbabakan yang berada di ujung barat Pulau Nusakambangan.

Nah, kalau kalian hanya sekedar ingin menikmati senja di Pelabuhan Sleko ini datanglah saat sore menjelang. Ya, iyalah masa pagi-pagi nyari senja. Saran saya datanglah sekitar jam 5. Memang matahari belum begitu turun. Malahan terkadang masih panas. Tergantung musim juga sih.

Saya dua kali ke sini untuk sekedar menikmati senja. Yang pertama sedikit gagal. Sebenarnya cuaca sedang bagus-bagusnya. Apa daya, ketika waktunya tiba, awan menutupi senja yang sedang cantik-cantiknya. Kedatangan kedua, membuat saya takjup tidak bisa berkata-kata. Senja yang bulat cantik sempurna dengan kapal yang hendak pulang ke peraduan.

Dari kedua waktu yang berbeda itu, ada satu hal yang sama. Kedatangan kapal tangker! Bila kalian tidak suka berselfie ria, kapal tangker ini bisa menjadi hal yang dinanti. Seperti menanti seseorang yang telah lama pergi. Ia akan ada walau rasa tak sama lagi.
Kapal tangker yang selalu lewat ketika senja di Pelabuhan Sleko
Sesungguhnya senja kali ini tidak memiliki makna yang begitu berarti untuk saya pribadi. Seolah-olah sudah ribuan senja saya temui, semuanya sempurna sampai tidak menemui makna. Tapi senja tetaplah senja, mau jutaan kali datang tetap tak akan kehilangan panggung. Ia akan tetap berdansa dengan segala macam romansa. Mengalunkan nyanyian untuk jiwa yang kesepian. Memainkan peran sebagai tokoh yang selalu dirindukan. Merayakan hingar-bingar bak petasan yang menggelegar.

Pantai Sodong

Tempat kedua yang saya sarankan tapi tidak saya sarankan. Kok seperti tidak niat? Iya, sampai detik ini saya masih mendengar perlakuan tidak nyaman di pantai yang satu ini. Kalian bisa membacanya di sini untuk lebih tahu apa yang pernah saya alami. Dan hal serupa masih saja berjalan dengan baik sampai saya menulis ini.

Pantai Sodong terletak di Desa Karangbenda Kecamatan Adipala. Kurang lebih berjarak 25 km dari pusat kota Cilacap ke arah timur. Kalian bisa tahu arah jalannya dari postingan saya tentang View Gunung Selok. Yap, Pantai Sodong dan Gunung Selok masih satu lokasi.

Hamparan pantai yang kalian lihat di View Gunung Selok itu adalah Pantai Sodong. Pantai dengan panorama komplit ini sebenarnya bisa menjadi primadona. Sayang, ah, kalian baca saja postingan saya tautkan pertama.

Bagaimana tidak menjadi primadona?

Pantai Sodong tepat dibawah Gunung Selok dengan aliran sungai dan persawahan yang memisahkannya. Di tepian pantai banyak ditumbuhi pohon cemara yang berjejer teduh. Apalagi kalau datangnya sore hari menjelang senja.

Kalian akan melihat pemandangan seperti ini:
Senja horey di Pantai Sodong.
Waktu saya datang memang bukan saat yang tepat karena senjanya tertutup awan. Kalau kalian datang di waktu yang tepat, mungkin akan lebih bagus mendapatkannya. Tentang kesannya, ya, tergantung perginya sama siapa.

Bukankah sebaik-baiknya perjalanan bukan tentang pemandangan. Tapi tentang manusia yang hidup, menghidupi, dan dihidupi karenanya.

Dan, bila kalian bertanya padaku, “Senja mana yang paling melekat di hati?”. Semuanya! Bahkan ketika cahaya jingga menyelinap masuk lewat jendela. Yang saya nikmati pergantian warnanya ketika baru bangun tidur di sore yang enggan. Tetap meninggalkan rasa di dada. Entah sendu, syahdu, ragu, atau malu.

NB: Dan tentang senja di Cilacap, selanjutnya pasti ada lagi. Tungguin part selanjutnya, ya! (Ini adalah penutupan sebagai upaya agar dibilang travel blogger) (padahal, nganu) (apalagi judulnya, duh!)

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah membaca, silahkan berkomentar

Translate

Popular Posts