“Bro, ini kok ngga sunset-sunset
sih?” celoteh teman di sebelah saya dengan mulut penuh siomay.
“Sunset?” saya mengernyitkan dahi
dengan alis mata kanan sedikit terangkat.
“Iya, kalau sore kan sunset.”
“Hadew, mana ada sunset di sini.
Kamu mau nunggu sampai nenek-nenek juga ngga bakalan keliatan.”
Begitu obrolan saya dengan
seorang teman yang baru hijrah dari Jakarta ke Cilacap. Cilacap memang daerah
di bagian selatan Pulau Jawa. Kalau secara logika, bisa melihat matahari terbit
dengan menengok ke timur dan matahari tenggelam tinggal melihat ke arah barat.
Selesai.
Kenyataannya tidak semua tempat
seperti itu.
Kalau kalian mengenal Teluk Penyu
di Cilacap yang begitu tersohor itu, sesungguhnya si bibir pantai menghadap ke
timur bukan selatan. Tau kan arti dari teluk? Hayolo, jangan bilang lupa. Sama.
Saya pun lupa, tapi tidak usah panik mari kita piknik.
Teluk adalah perairan laut yang
menjorok ke daratan. Begitu pengertian singkat dari teluk, hasil saya piknik di
maha dewa google. Jadi di Teluk Penyu
ada bagian dataran yang melengkung. Itulah mengapa ada bagian bibir pantai yang
menghadap ke timur. Bagian yang menghadap ke timur inilah tempat di mana kita
bisa menikmati matahari terbit.
Jadi kalau ada yang mengajakmu, “Nyanset,
yuk, ke Teluk Penyu!” Apalagi sampai posting
foto matahari di Pantai Teluk dengan caption
”sunset”. Hadew, ini sih ocehan people bumi datar jaman now. Mau nunggu kiamat biar bisa lihat matahari terbenam dari timur
kali. Ya monggo, aku sih ogah. Bumiku bulat, kok.
Saya belum pernah menikmati
matahari terbit di Teluk Penyu ini. Bahkan matahari terbit di belahan dunia
mana pun, nyaris belum pernah saya nikmati. Maksudnya, motret matahari terbit
atau sekedar menikmati bangunnya mentari. Malas bangun pagi? Tidak juga. Hanya
malas keluar kandang pagi-pagi buta. Pernah mencoba tapi selalu hasilnya tak
seindah yang dibayangkan.
Saya kaum senja, yang lebih
memilih menunggu dari pada mengejar. Kalau berbicara tentang senja, behhhh, mau
di mana pun saya akan bilang, “Ayo!”. Pasti saya langsung berangkat tanpa
kemalasan yang menyertai. Sudah baca senja di Bukit Merese yang membuat air
mata saya berlinang? Baca dong, di sini ya.
Lalu kalau mau menikmati senja di
Cilacap yang syahdu, haru, dan mendayu-dayu ada di mana?
Pelabuhan Sleko
Pelabuhan ini letaknya tidak jauh
dari pusat kota Cilacap. Lurus terus ke arah timur kalau kalian dari alun-alun.
Di ujung jalan kalian akan menemui plang “Selamat Datang di Pelabuhan Sleko”.
Masuk saja cari tempat parkir yang tidak jauh dari dermaga.
Sudah beberapa kali saya ke
Pelabuhan Sleko ini. Tapi saya tidak tahu jadwal kapal yang ke atau dari
pelabuhan. Setiap kali naik kapal dari Pelabuhan Sleko ini selalu rombongan,
jadi sudah pasti kapalnya sewaan. Seperti sewaktu saya ke Pantai Rancahbabakan
yang berada di ujung barat Pulau Nusakambangan.
Nah, kalau kalian hanya sekedar
ingin menikmati senja di Pelabuhan Sleko ini datanglah saat sore menjelang. Ya,
iyalah masa pagi-pagi nyari senja. Saran saya datanglah sekitar jam 5. Memang
matahari belum begitu turun. Malahan terkadang masih panas. Tergantung musim
juga sih.
Saya dua kali ke sini untuk
sekedar menikmati senja. Yang pertama sedikit gagal. Sebenarnya cuaca sedang
bagus-bagusnya. Apa daya, ketika waktunya tiba, awan menutupi senja yang sedang
cantik-cantiknya. Kedatangan kedua, membuat saya takjup tidak bisa
berkata-kata. Senja yang bulat cantik sempurna dengan kapal yang hendak pulang
ke peraduan.
Dari kedua waktu yang berbeda
itu, ada satu hal yang sama. Kedatangan kapal tangker! Bila kalian tidak suka
berselfie ria, kapal tangker ini bisa menjadi hal yang dinanti. Seperti menanti
seseorang yang telah lama pergi. Ia akan ada walau rasa tak sama lagi.
Sesungguhnya senja kali ini tidak
memiliki makna yang begitu berarti untuk saya pribadi. Seolah-olah sudah ribuan
senja saya temui, semuanya sempurna sampai tidak menemui makna. Tapi senja
tetaplah senja, mau jutaan kali datang tetap tak akan kehilangan panggung. Ia
akan tetap berdansa dengan segala macam romansa. Mengalunkan nyanyian untuk
jiwa yang kesepian. Memainkan peran sebagai tokoh yang selalu dirindukan.
Merayakan hingar-bingar bak petasan yang menggelegar.
Pantai Sodong
Tempat kedua yang saya sarankan
tapi tidak saya sarankan. Kok seperti tidak niat? Iya, sampai detik ini saya
masih mendengar perlakuan tidak nyaman di pantai yang satu ini. Kalian bisa
membacanya di sini untuk lebih tahu apa yang pernah saya alami. Dan hal serupa
masih saja berjalan dengan baik sampai saya menulis ini.
Pantai Sodong terletak di Desa
Karangbenda Kecamatan Adipala. Kurang lebih berjarak 25 km dari pusat kota Cilacap
ke arah timur. Kalian bisa tahu arah jalannya dari postingan saya tentang View Gunung Selok. Yap, Pantai Sodong dan Gunung Selok masih satu lokasi.
Hamparan pantai yang kalian lihat
di View Gunung Selok itu adalah Pantai Sodong. Pantai dengan panorama komplit
ini sebenarnya bisa menjadi primadona. Sayang, ah, kalian baca saja postingan
saya tautkan pertama.
Bagaimana tidak menjadi
primadona?
Pantai Sodong tepat dibawah
Gunung Selok dengan aliran sungai dan persawahan yang memisahkannya. Di tepian
pantai banyak ditumbuhi pohon cemara yang berjejer teduh. Apalagi kalau
datangnya sore hari menjelang senja.
Kalian akan melihat pemandangan
seperti ini:
Senja horey di Pantai Sodong. |
Waktu saya datang memang bukan saat
yang tepat karena senjanya tertutup awan. Kalau kalian datang di waktu yang
tepat, mungkin akan lebih bagus mendapatkannya. Tentang kesannya, ya,
tergantung perginya sama siapa.
Bukankah sebaik-baiknya
perjalanan bukan tentang pemandangan. Tapi tentang manusia yang hidup,
menghidupi, dan dihidupi karenanya.
Dan, bila kalian bertanya padaku,
“Senja mana yang paling melekat di hati?”. Semuanya! Bahkan ketika cahaya
jingga menyelinap masuk lewat jendela. Yang saya nikmati pergantian warnanya
ketika baru bangun tidur di sore yang enggan. Tetap meninggalkan rasa di dada.
Entah sendu, syahdu, ragu, atau malu.
NB: Dan tentang
senja di Cilacap, selanjutnya pasti ada lagi. Tungguin part selanjutnya, ya! (Ini adalah penutupan sebagai upaya agar
dibilang travel blogger) (padahal,
nganu) (apalagi judulnya, duh!)
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah membaca, silahkan berkomentar