Showing posts with label ciLAcap. Show all posts
Showing posts with label ciLAcap. Show all posts

Thursday, May 31, 2018

Wana Wisata Salam Sari - Tempat Wisata di Jalur Mudik Selatan

Bulan spesial ini selalu ditunggu umat muslim di Indonesia. Sambutannya terasa dari jantung ibukota sampai pelosok gang-gang kecil. Bahkan sampai ke tempat sunyi nan asri di tepian pematang sawah. Semua merasakan suasana khas di bulan Ramadan. Dari mulai membeli perlengkapan beribadah sampai makanan khas ramadan. Ada juga yang mengikuti beraneka ragam kegiatan ramadan sesuai dengan tradisi di masing-masing daerah.
Tahukah kamu? Tradisi ramadan di setiap pelosok Indonesia berbeda-beda. Tapi ada satu tradisi di penghujung bulan Ramadan yang dilakukan semua kalangan. Satu tradisi ini tidak memandang bulu, apapun jabatannya, sukunya, rasnya, warna kulitnya, bahkan yang berbeda agama pun ikut merasakannya.

Sunday, January 7, 2018

Pesona Alcatraz-nya Indonesia

Kalian tahu Alcatraz? Tempat yang konon menjadi penjara paling menyeramkan di dunia. Kali ini saya bukan mau bercerita tentang Alcatraz. Karena saya juga belum pernah menginjakkan kaki di sana. Ini cerita tentang tempat yang disebut-sebut sebagai Alcatraz-nya Indonesia. Ya, itulah Pulau Nusakambangan.

Pulau dengan luas sekitar 210 km2 ini terkenal dengan penjara kelas kakapnya. Total ada sembilan lapas yang ada di Nusakambangan. Namun sekarang hanya empat yang masih beroperasi, yaitu: Lapas Batu (dibangun 1925), Lapas Besi (dibangun 1929), Lapas Kembang Kuning (tahun 1950), dan Lapas Permisan (tertua, dibangun 1908). Dan sudah banyak nara pidana yang dieksekusi mati di sana. Seram, ya.

Saturday, September 16, 2017

Ini Dia Spot Menikmati Senja Di Cilacap



“Bro, ini kok ngga sunset-sunset sih?” celoteh teman di sebelah saya dengan mulut penuh siomay.
“Sunset?” saya mengernyitkan dahi dengan alis mata kanan sedikit terangkat.
“Iya, kalau sore kan sunset.”
“Hadew, mana ada sunset di sini. Kamu mau nunggu sampai nenek-nenek juga ngga bakalan keliatan.”

Begitu obrolan saya dengan seorang teman yang baru hijrah dari Jakarta ke Cilacap. Cilacap memang daerah di bagian selatan Pulau Jawa. Kalau secara logika, bisa melihat matahari terbit dengan menengok ke timur dan matahari tenggelam tinggal melihat ke arah barat. Selesai.

Kenyataannya tidak semua tempat seperti itu.

Kalau kalian mengenal Teluk Penyu di Cilacap yang begitu tersohor itu, sesungguhnya si bibir pantai menghadap ke timur bukan selatan. Tau kan arti dari teluk? Hayolo, jangan bilang lupa. Sama. Saya pun lupa, tapi tidak usah panik mari kita piknik.

Teluk adalah perairan laut yang menjorok ke daratan. Begitu pengertian singkat dari teluk, hasil saya piknik di maha dewa google. Jadi di Teluk Penyu ada bagian dataran yang melengkung. Itulah mengapa ada bagian bibir pantai yang menghadap ke timur. Bagian yang menghadap ke timur inilah tempat di mana kita bisa menikmati matahari terbit.

Jadi kalau ada yang mengajakmu, “Nyanset, yuk, ke Teluk Penyu!” Apalagi sampai posting foto matahari di Pantai Teluk dengan caption ”sunset”. Hadew, ini sih ocehan people bumi datar jaman now. Mau nunggu kiamat biar bisa lihat matahari terbenam dari timur kali. Ya monggo, aku sih ogah. Bumiku bulat, kok.

Saya belum pernah menikmati matahari terbit di Teluk Penyu ini. Bahkan matahari terbit di belahan dunia mana pun, nyaris belum pernah saya nikmati. Maksudnya, motret matahari terbit atau sekedar menikmati bangunnya mentari. Malas bangun pagi? Tidak juga. Hanya malas keluar kandang pagi-pagi buta. Pernah mencoba tapi selalu hasilnya tak seindah yang dibayangkan.
Saya kaum senja, yang lebih memilih menunggu dari pada mengejar. Kalau berbicara tentang senja, behhhh, mau di mana pun saya akan bilang, “Ayo!”. Pasti saya langsung berangkat tanpa kemalasan yang menyertai. Sudah baca senja di Bukit Merese yang membuat air mata saya berlinang? Baca dong, di sini ya.

Lalu kalau mau menikmati senja di Cilacap yang syahdu, haru, dan mendayu-dayu ada di mana?

Pelabuhan Sleko

Pelabuhan ini letaknya tidak jauh dari pusat kota Cilacap. Lurus terus ke arah timur kalau kalian dari alun-alun. Di ujung jalan kalian akan menemui plang “Selamat Datang di Pelabuhan Sleko”. Masuk saja cari tempat parkir yang tidak jauh dari dermaga.

Sudah beberapa kali saya ke Pelabuhan Sleko ini. Tapi saya tidak tahu jadwal kapal yang ke atau dari pelabuhan. Setiap kali naik kapal dari Pelabuhan Sleko ini selalu rombongan, jadi sudah pasti kapalnya sewaan. Seperti sewaktu saya ke Pantai Rancahbabakan yang berada di ujung barat Pulau Nusakambangan.

Nah, kalau kalian hanya sekedar ingin menikmati senja di Pelabuhan Sleko ini datanglah saat sore menjelang. Ya, iyalah masa pagi-pagi nyari senja. Saran saya datanglah sekitar jam 5. Memang matahari belum begitu turun. Malahan terkadang masih panas. Tergantung musim juga sih.

Saya dua kali ke sini untuk sekedar menikmati senja. Yang pertama sedikit gagal. Sebenarnya cuaca sedang bagus-bagusnya. Apa daya, ketika waktunya tiba, awan menutupi senja yang sedang cantik-cantiknya. Kedatangan kedua, membuat saya takjup tidak bisa berkata-kata. Senja yang bulat cantik sempurna dengan kapal yang hendak pulang ke peraduan.

Dari kedua waktu yang berbeda itu, ada satu hal yang sama. Kedatangan kapal tangker! Bila kalian tidak suka berselfie ria, kapal tangker ini bisa menjadi hal yang dinanti. Seperti menanti seseorang yang telah lama pergi. Ia akan ada walau rasa tak sama lagi.
Kapal tangker yang selalu lewat ketika senja di Pelabuhan Sleko
Sesungguhnya senja kali ini tidak memiliki makna yang begitu berarti untuk saya pribadi. Seolah-olah sudah ribuan senja saya temui, semuanya sempurna sampai tidak menemui makna. Tapi senja tetaplah senja, mau jutaan kali datang tetap tak akan kehilangan panggung. Ia akan tetap berdansa dengan segala macam romansa. Mengalunkan nyanyian untuk jiwa yang kesepian. Memainkan peran sebagai tokoh yang selalu dirindukan. Merayakan hingar-bingar bak petasan yang menggelegar.

Pantai Sodong

Tempat kedua yang saya sarankan tapi tidak saya sarankan. Kok seperti tidak niat? Iya, sampai detik ini saya masih mendengar perlakuan tidak nyaman di pantai yang satu ini. Kalian bisa membacanya di sini untuk lebih tahu apa yang pernah saya alami. Dan hal serupa masih saja berjalan dengan baik sampai saya menulis ini.

Pantai Sodong terletak di Desa Karangbenda Kecamatan Adipala. Kurang lebih berjarak 25 km dari pusat kota Cilacap ke arah timur. Kalian bisa tahu arah jalannya dari postingan saya tentang View Gunung Selok. Yap, Pantai Sodong dan Gunung Selok masih satu lokasi.

Hamparan pantai yang kalian lihat di View Gunung Selok itu adalah Pantai Sodong. Pantai dengan panorama komplit ini sebenarnya bisa menjadi primadona. Sayang, ah, kalian baca saja postingan saya tautkan pertama.

Bagaimana tidak menjadi primadona?

Pantai Sodong tepat dibawah Gunung Selok dengan aliran sungai dan persawahan yang memisahkannya. Di tepian pantai banyak ditumbuhi pohon cemara yang berjejer teduh. Apalagi kalau datangnya sore hari menjelang senja.

Kalian akan melihat pemandangan seperti ini:
Senja horey di Pantai Sodong.
Waktu saya datang memang bukan saat yang tepat karena senjanya tertutup awan. Kalau kalian datang di waktu yang tepat, mungkin akan lebih bagus mendapatkannya. Tentang kesannya, ya, tergantung perginya sama siapa.

Bukankah sebaik-baiknya perjalanan bukan tentang pemandangan. Tapi tentang manusia yang hidup, menghidupi, dan dihidupi karenanya.

Dan, bila kalian bertanya padaku, “Senja mana yang paling melekat di hati?”. Semuanya! Bahkan ketika cahaya jingga menyelinap masuk lewat jendela. Yang saya nikmati pergantian warnanya ketika baru bangun tidur di sore yang enggan. Tetap meninggalkan rasa di dada. Entah sendu, syahdu, ragu, atau malu.

NB: Dan tentang senja di Cilacap, selanjutnya pasti ada lagi. Tungguin part selanjutnya, ya! (Ini adalah penutupan sebagai upaya agar dibilang travel blogger) (padahal, nganu) (apalagi judulnya, duh!)

Saturday, March 4, 2017

Berburu Kuliner di Cilacap

Cilacap adalah kabupaten terluas di Jawa Tengah. Luas wilayahnya 6,2 % dari total luas Jawa Tengah atau lebih tepatnya 2.142,59 km2. Cilacap bagian barat berupa daerah pegunungan, sedangkan bagian selatan dan timur berupa dataran rendah.

Letak geografis tersebut mempengaruhi makanan khas Cilacap. Masyarakat Cilacap bagian barat banyak memanfaatkan hasil perkebunan dan perhutanan sebagai bahan makanan. Sedangkan masyarakat yang berada di pesisir pantai tentu banyak memanfaatkan hasil laut. Jadi, apa saja makanan khas Cilacap? Berikut diantaranya:

  • Brekecek Pathak Jahan
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 556/501/18/Tahun 2014, tanggal 6 Nopember 2014, brekecek pathak jahan resmi menjadi makanan khas Cilacap. Kalau sudah resmi begitu tentu rasanya enak.

Sebenarnya makanan apa sih brekecek pathak jahan ini? Kok, namanya cak-cek-cak-cek jadi terdengar seperti dibejek-bejek. Ya, memang asal-usul dinamai brekecek karena cara membuatnya di-brek yang artinya diletakkan atau dijatuhkan. Lalu di-kecek yang artinya dicampur bumbu. Sedangkan pathak jahan artinya kepala ikan jahan.

Jadi, brekecek pathak jahan ini adalah masakan kepala ikan pathak jahan yang diberi bumbu khas Cilacap. Rasanya pedas seperti rica-rica dan sedikit asin ciri khas ikan. Makanan ini enak disantap dengan nasi putih hangat. Semakin enak bila kepala ikannya dimakan dengan cara diseruput. Jadi, nikmat dunia mana lagi yang kamu dustakan?


  • Mendoan
Makanan yang terbuat dari tempe dengan dilumuri tepung yang diberi bumbu ini ada di semua tanah ngapak--tempatnya orang-orang yang kesehariannya berbicara dengan bahasa ngapak. Walau sama-sama mendoan antara daerah yang satu dengan yang lainnya punya perbedaan. Di Banyumas, khususnya Baturaden, mendoan digoreng lebih kering dan banyak kriuknya. Di Wonosobo malahan disebutnya tempe kemul, tepungnya lebih tebal dan digoreng setengah matang jadi lebih berminyak.

Sedangkan di Cilacap, khususnya daerah tepi pantai, tempe mendoannya tidak dipotong. Jadi, kalian bisa menikmati mendoan sebesar piring. Bisa digoreng kering atau setengah matang. Mendoan enaknya disantap saat masih hangat dengan lombok rawit atau sambel kecap. Ditemani es kelapa muda, kopi atau teh sambil gendu-gendu rasa—ngobrol—dengan orang terkasih di tepi pantai menikmati semilir angin pantai. 

Mendoan segede piring
  • Yutuk
Ada yang sudah tahu apa itu yutuk? Yutuk loh ya, bukan youtube. Menurut wikipedia, yutuk adalah undur-undur laut, ketam pasir, masih satu bangsa dan negara dengan krustasea. Hewan beruas-ruas yang hidup di pasir pantai ini punya nama gaul sand crab, mole crab, atau sand flea.

Yutuk biasanya dibuat rempeyek atau digoreng biasa. Setelah digoreng warnanya kemerah-merahan seperti udang. Rasanya pun sama-sama gurih dan asin seperti udang. Kalau ke Cilacap, kalian bisa mendapatkannya di Pantai Widarapayung. Penjualnya ibu-ibu keliling bawa tenggok di tepi pantai yang isinya kacang rebus sama yutuk.

Yutuk di Pantai Widarapayung dengan kelapa muda
  • Gembus
Cemilan ini sedikit susah ditemui, bahkan di Cilacap sendiri. Biasanya hanya dijual di acara hajatan, pasar malam, atau acara kedaerahan seperti wayangan. Orang Cilacap kalau ada wayangan belum beli gembus berarti belum nonton wayang. Padahal setelah beli gembus belum tentu nonton wayang.

Gembus ini terbuat dari singkong yang ditumbuk, diberi bumbu yang membuatnya asin dan gurih. Bentuknya sama seperti donat--putih, bulat, dan tengahnya bolong. Gembus enak dimakan dengan dicocol ke sambal kacang. Atau dimakan hangat tanpa dicampur apa pun juga sudah enak.

Gembus
  • Lanting
Cemilan khas Cilacap ini terbuat dari singkong, sama seperti gembus. Bentuknya pun sama, bulat dan tengahnya bolong. Rasanya pun sama-sama gurih dan asin. Perbedaannya, gembus empuk dan kenyal kalau lanting lebih keras.

Lanting juga ada di Kebumen. Tapi lanting khas Kebumen bentuknya seperti angka delapan dan rasanya lebih bervariasi. Sedangkan lanting khas Cilacap hanya ada dua rasa, asin dan manis. Yang manis berarti warnanya merah. Lanting khas Cilacap bisa ditemui di pasar tradisional.

Lanting khas Cilacap
Buat kalian yang tidak suka seafood atau makanan yang asin dan gurih, di Cilacap juga banyak tempat makan yang menjual berbagai kuliner khas nusantara. Seperti bakso, sate, soto semarang, mie aceh, bakmie godog, pempek, dan masih banyak lagi yang lainnya. Pokoknya kalau ke Cilacap hubungi saya saja, nanti saya kasih tahu kuliner di Cilacap yang nylekamin pisan.

Food photography dengan handphone

Karena upload foto di instagram belum bisa dari PC, hal itu menyulitkan saya bila mengambil foto dengan kamera DSLR. Kalau foto dengan DSLR, fotonya harus dipindah ke PC dulu, dari PC pindah lagi ke handphone, kan ribet. Untuk itu saya selalu menggunakan ASUS Zenfone 4 agar bisa langsung update di instagram.
 
ASUS Zenfone 4 yang saya gunakan.
Kamera di ASUS Zenfone 4 ini kualitas fotonya tidak kalah dengan kamera DSLR karena punya PixelMaster Camera yang memudahkan kita dalam mengambil foto. Saya pernah menulis kemudahan menggunakan kamera ASUS Zenfone 4 di sini.

PixelMaster Camera di ASUS Zenfone 4.
Selain karena ASUS Zenfone 4 yang memang keren, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar foto makanan terlihat bagus dan menggugah selera. Berikut saya beri tahu caranya:
  • Cahaya
Fotografi itu melukis dengan cahaya, bukan melukis dengan kamera. Jadi, hal utama dan pertama yang harus diperhatikan dalam fotografi apa pun jenisnya dan apa pun kameranya tetap CAHAYA.

Perhatikan cahaya di sekitar makanan yang kamu jadikan objek. Mau di dalam ruangan atau di luar ruangan tidak masalah. Asal kamu perhatikan dari mana arah datangnya cahaya itu dan bagaimana sifatnya.

Kalau di dalam ruangan, pastikan cahayanya cukup terang. Cukup terang artinya tidak terlalu terang sehingga menimbulkan bayangan yang keras dan tidak terlalu gelap agar objek bisa terlihat. Bila cahayanya terlalu terang di satu bagian dan terlalu gelap di bagian lain. Di bagian yang gelap bisa menggunakan steroform atau cermin agar ada sedikit cahaya dari bagian yang gelap.

Motret di samping jendela.
Bila ruangan terlalu gelap, pindah tempat untuk memfoto. Kalau tidak memungkinkan, kalian bisa menggunakan low light atau mode malam. Jangan menggunakan flash karena cahaya flash bisa membuat warna makanan menjadi tidak natural. Atau matikan touch shutter dan nyalakan touch auto focus. Agar saat layar disentuh tidak langsung memfoto tapi bisa mengatur pencahayaan objek yang akan difoto. Sentuh layar sampai dirasa pencahayaannya pas.

Kalau di luar ruangan, jangan di bawah sinar matahari di jam 12 siang. Selain membuat kulit kamu hitam dan keringat bercucuran. Memfoto di bawah terik matahari cahayanya terlalu keras. Warna makanan sebagai objek foto jadi terlihat tidak natural. Cari waktu yang cahaya mataharinya tidak terlalu keras, sore hari misalnya. Atau berteduhlah di bawah pohon.

Contoh foto makanan di luar ruangan saat sore hari.
  • Cari bagian yang menarik dari makanan itu
Makanan Indonesia semuanya enak-enak tapi bentuknya sering biasa saja. Contohnya, rendang. Warnanya hitam pekat kalau di foto sering kali tidak menggugah selera. Padahal kita semua tahu rasanya tidak diragukan lagi enaknya luar biasa.

Untuk itu sebelum difoto, kita harus tahu dulu bagian apa yang menarik di makanan itu. Misalnya, bakso telur. Sebelum difoto, dibelah dulu baksonya supaya telur di dalamnya terlihat. Setelah tahu bagian makanan apa yang akan ditonjolkan, kita bisa menggunakan mode deep of field agar lebih fokus ke objek yang diinginkan dan background yang tidak penting menjadi blur.

Tunjukkan telur dalam baksonya.
  • Komposisi yang pas
Komposisi adalah susunan atau tatanan sebuah objek foto dalam sebuah bidang foto sehingga foto tersebut enak dilihat. Unsur dalam komposisi ini ada titik, garis, bentuk, warna, dan cahaya. Kita bisa memanfaatkan salah satu atau beberapa komposisi agar foto kita menarik.

Umumnya kita memfoto makanan dari atas (bird eye) atau selevel dengan makanannya. Kita bisa mencoba dari beberapa angle untuk menghasilkan foto yang terbaik. Selain itu kita juga harus memperhatikan bentuk makanan tersebut, wadah makanannya, dan background-nya.

Perhatikan bentuk makanannya.
  • Pelengkap atau ornamen
Agar foto enak dilihat, kita bisa menambahkan perlengkapan makan atau benda-benda lain yang mendukung. Kalau di makanannya, kita bisa menambah cabai, tomat, daun seledri, atau yang lainnya. Di luar makanan kita bisa menambahkan sendok, garpu, tisu, dan bunga. Atau kalau makanannya lucu kadang saya menambahkan Kero, boneka rajut yang saya punya.

Ingat ya, pelengkap ini fungsinya hanya melengkapi agar frame tidak kosong. Jadi, yang perlu ditonjolkan tetap makanannya.

Si kecil Kero dengan es coklat.
  • Editing
Pencahayaan sudah oke, makanan sudah menarik, komposisi juga pas, pelengkap juga sudah lucu. Sekarang tinggal editing. Fungsi dari editing bukan untuk menipu, hanya memperindah tampilan foto.
Di ASUS Zenfone 4 yang saya punya sudah diberi fasilitas editing yang cukup mumpuni. Jadi, tidak perlu download aplikasi lainnya lagi. Editing yang saya lakukan biasanya hanya memperbaiki exposure dari foto tersebut. Atau membuat kolase agar ada beberapa foto dalam satu frame. Jangan memberikan efek berlebihan pada foto. Ini bisa menganggu atau terlihat aneh.
Foto yang sudah di-kolase

Makanan yang enak

Bagi saya hanya ada dua tipe makanan. Pertama, enak. Kedua, enak banget. Ya, tidak ada makanan yang tidak enak dalam kamus hidup saya. Saya pikir tidak ada satu pun di dunia ini yang sepenuhnya jelek, apa pun itu termasuk makanan.

Coba kalian bayangkan, berapa banyak pengorbanan yang dilakukan agar sepiring makanan bisa sampai di depanmu. Misalnya, sepiring nasi putih. Berawal dari bibit padi ditanam di sawah saja tahapannya banyak. Dan tidak cukup hanya satu bulan sampai padi itu dipanen lalu menjadi beras. Belum lagi untuk jadi nasi, pun harus dimasak dengan benar. Masih tega kah kalian sampai di piringmu malahan kalian hina? Berapa hati yang kalian lukai?

Saya pernah mengobrol dengan teman yang penjual bakmie goreng. Ceritanya membuat saya menulis cerpen ini. Bahwa orang yang memiliki penyakit pencernaan bukan salah pola makannya. Tapi sifat orang tersebut yang suka menghina makanan, pilah-pilih makanan, sampai membuangnya padahal masih banyak.

Saya percaya makanan juga punya perasaan. Mereka akan mencintai saya kalau saya juga mencintai mereka. Kalau kalian mendapati makanan yang saya posting ternyata tidak enak, itu bukan saya bohong karena di­-endorse. Saya hanya akan menuliskan kelebihan dari makanan itu. Tentang kekurangan, kalian boleh hina saya tapi jangan makanannya. Walau sebenarnya itu semua kembali lagi pada selera setiap orang yang berbeda-beda.

Jadi, kapan giliran kalian ke Cilacap?

Friday, February 17, 2017

Kemit Forest - Wisata Edukasi Di Sidareja Cilacap

Selamat datang di Kemit Forest

Tidak ada perjalanan yang mulus, baik-baik saja. Pasti ada saja yang terjadi, entah sebelum, saat, atau pun sesudah perjalanan itu dilakukan.

Beberapa hari yang lalu, saya mengunjungi Kemit Forest atau Hutan Kemit. Saya sendiri baru tahu nama tempat ini. Bahkan teman saya yang anak daerah setempat saja belum tahu dengan keberadaan Kemit Forest. Berbekal dadakan, nekad, dan asal pergi saja akhirnya saya dan teman saya berangkat mencarinya.

Setelah dzuhur kami bertiga berangkat dari Karang Pucung. Dari info yang saya dapat di internet arah jalannya dari Sidareja semua. Sedangkan, kami berangkat dari Karang Pucung. Teman yang tahu tempatnya hanya memberi petunjuk dari SMP N 3 Gandrungmangu lurus terus. Ada jalan, masuk saja.

Tuesday, November 29, 2016

Pantai Di Cilacap Part 4: Bersepeda Pagi Ke Pantai Bunton



“Mba, besok pagi sepedaan, yuh,” kata Mamah di malam minggu yang pahit ini.

Malam di mana muda-mudi seusiaku sedang berhaha-hihi di pojok sebuah cafe. Entah ada gunanya atau tidak, yang penting eksis dulu. Agar tidak terlihat merana. Aku? Mana bisa nongkrong di malam minggu.

Bukan hanya karena status yang menyakitkan itu. Tapi nongkrong di dekat tempat tinggalku, itu cuma bisa dengar jangkrik main gitar akustik. Atau paduan suara dari kodok yang nongkrong di pojok-pojok sawah. Yang paling aku suka hanya nyanyian angin sunyi, di mana bisikannya selalu menenangkan.

“Mba,” Mamahku memanggilku lagi untuk meyakinkan kalau anggukan kecil yang aku berikan benar-benar jawaban, iya.

“Emmmm, ya,” suaraku keluar dengan malasnya.

“Kamu itu perlu sepedaan, keluar rumah biar sehat. Kalau di ... .”

“Iya, besok sepedaan,” kali ini aku cepat menyahut karena benar-benar malas mendengar ocehan Mamahku. Yang semakin dibiarkan semakin menjadi-jadi.
Sepeda yang aku pakai pagi ini.

Monday, October 24, 2016

Jelajah Jawa Tengah Dari Kaki Gunung Sampai Pantai Bersama Mamih



Hai, aku Kero!

Hai, para pejalan!

Perkenalkan, aku Kero, punya sayap tapi belum bisa terbang. Aku sama seperti anak jaman sekarang yang selalu ingin dibilang kekinian. Bukan lebay, tidak tahu diri, atau hanya meninggikan gengsi. Aku pikir semua jaman juga ada kekiniannya masing-masing. Semua orang suka atau tidak suka pasti pernah merasakan kekinian di jamannya. Walau hanya sekali saja.

Belum genap dua bulan aku diadopsi oleh @kisahkasih_. Ya, dialah Mamihku sekarang. Aku tuliskan ceritaku ini karena si Mamih selalu bilang, “Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapapun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh dikemudian hari.” Kata-kata yang itu dia kutip dari bukunya Pramudya Ananta Toer, penulis idolanya Mamih.

Awalnya aku sama seperti kalian. Senang sekali menulis dengan kata-kata yang unik atau temannya Mamih bilang itu alay, sampai susah dibaca. Tapi Mamih bilang, “Tidak apa kamu ingin berbeda, tapi jangan lupa berbagi dengan yang lainnya jauh lebih berharga. Kalau tulisanmu hanya bisa kamu baca sendiri, buat apa?”

Tuesday, October 4, 2016

Mari Menikmati Wisata Retribusi, Wahananya Banyak Menyenangkan Hati



Namanya wisata retribusi. Pengunjung bisa menikmati wahana karcis di sana-sini. Nikmatnya luar biasa, fasilitasnya tidak ada apa-apa. Hanya pohon hijau yang bawahnya berceceran sampah. Pengelolanya ramah sampai pengunjung pulang dengan penuh kesan. Kesan mendalam sampai tidak mau datang lagi.

Berkali-kali sebenarnya aku ke tempat ini. Hanya sekedar naik sepeda pagi-pagi. Atau bersama teman dari masa kecil, luar kota, sampai yang baru bertatap muka. Menghabiskan berbagai kenangan dari matahari terbit sampai tenggelam. Dalam keadaan pengunjung ramai ataupun sepi. Lah, wong tempatnya tetangga desa.

Tapi baru kemarin ini, merasakan hangatnya wahana retribusi. Kami bertujuh, hanya aku yang anak lokal. Sisanya teman dari luar kota. Bersama-sama berangkat dari rumahku sekitar jam sembilan pagi. Hari masih panjang walau langit mulai mendung tanda akan datangnya hujan.

Wednesday, September 14, 2016

Pemimpin Baru Untuk Cilacap Yang Bercahaya



Karena tempat saya tinggal, nanti 15 Februari 2017 juga ikut merayakan pilkada serentak. Di Cilacap perayaan pilkadanya sendiri tidak sebising di ibukota. Baliho dan spanduk bakal calon memang sudah terlihat di beberapa tikungan jalan. Tidak ada satu pun foto yang saya kenali. Tapi saya sangat akrab dengan kata-kata yang menghiasi sekitar foto bakal calon itu. Kata-kata yang selalu menyapa jelang pemilu, yang dari dulu sampai sekarang itu-itu saja.
Bosan? Iya. Mungkin itu yang membuat pilkada di tempat kami sepi, bahkan banyak yang tidak peduli. Walau sepi, bukan anak yang baik kalau saya tidak punya harapan untuk daerah sendiri. Berikut beberapa yang harus dimiliki atau dilakukan pemimpin Cilacap selanjutnya:

Friday, July 29, 2016

Spot View Gunung Selok dan Wisata Religi di Sekitarnya



Naik-naik ke puncak gunung
Tinggi-tinggi sekali
Pernahkah kalian mendengar sepenggal lirik lagu itu? Lagu yang sangat populer saat kalian masih kecil ini, cocok buat kalian yang suka naik gunung. Tapi sepertinya lagu itu kini sudah tidak populer lagi bahkan di kalangan pendaki itu sendiri.

Gunung umumnya memiliki kawah, lahar, kalaupun mati pasti pernah lah meledak. Tapi berbeda dengan Gunung Selok yang terletak di desa Karangbenda, Adipala, Cilacap. Gunung ini adalah bukit yang rimbun ditumbuhi pohon-pohon. Bisa ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam dari kota Cilacap.

Wednesday, March 9, 2016

Pantai Di Cilacap Part 3: Pantai Rancah Babakan - Hidden Paradise Di Ujung Barat Nusakambangan


Jalan sendiri asik, jalan berdua asik, jalan rame-rame juga asik. Pokoknya jalan sama siapa asik-asik saja.

Beberapa hari yang lalu aku ikut open trip Explore Cilacap ke pantai Rancah Babakan. Kenapa harus open trip segala? Karena untuk mencapainya tidaklah mudah. Ada tantangan sendiri yang membuat perjalanan jadi penuh sensasi.

Cilacap memang punya banyak sekali pantai. Dari pantai Jetis sampai Segara Anakan, belum lagi yang di pulau Nusa Kambangan. Ada puluhan pantai yang bisa kalian singgahi. Dan tentunya dengan pemandangan yang berbeda-beda. Setiap pantai punya ciri khasnya sendiri. Tidak hanya sekedar pertemuan ombak dan pasir.

Wednesday, December 30, 2015

Pantai Di Cilacap Part 2: Pantai Kali Kencana, Salah Satu Pantai Tersembunyi Di Selatan Pulau Nusakambangan



Pulau Nusakambangan, satu-satunya pulau di kabupaten Cilacap menyimpan sejuta misteri. Dari flora faunanya, penghuninya, kandungan energi di dalamnya, keindahan alamnya, sampai jodoh yang entah kemana. Hiya, baper. Sebagian besar pulau ini masih berupa hutan belantara. Mungkin ini juga yang membuat pulau ini menyimpan sejuta misteri.

Pada kesempatan kali ini aku dan Bita mencoba memecahkan salah satu misteri itu. Apakah? Kali Kencana. Salah satu pantai tersembunyi di bagian selatan Nusakambangan. Di sepanjang pulau Nusakambangan sebenarnya banyak sekali pantai yang bagus-bagus. Hanya tidak semua pantai dibuka sebagai objek pariwisata. Karena memang sebagian besar pulau Nusakambangan masih berbentuk hutan belantara.

Kemarin waktu kesana aku dan Bita tidak hanya berdua. Kami ikut rombongan open trip dari anak-anak Explore Cilacap. Sekitar 60 orang berkumpul di Areal 70 Pantai Teluk Penyu. Rencana kumpul jam 8, tapi nyatanya baru naik perahu setengah 10. Sebelum berangkat aku sempatkan dulu sarapan di warung pinggir pantai. Selembar mendoan dan sebuah lontong cukup mengganjal perut.
kapal yang mengantar kami ke dermaga sebelum memasuki hutan

Naik perahu ke dermaga menuju Kali Kencana sekitar 15 menit. Dermaganya tidak berbentuk seperti dermaga. Malahan kalau tidak tahu lewat situ paling mikirnya cuma bangunan runtuh. Mending keliatan bangunannya, runtuhan bangunan itu sudah ditumbuhi semak-semak dan lumut. Kapal yang aku naiki adalah kapal pertama yang sampai dermaga. Satu kapal berisi 15 orang dan dari kami belum ada yang pernah kesini. “Krik” moment pun terjadi.
keadaan dermaga

Sambil nunggu anak-anak yang lain, sempat terbesit pikiran, “Ini beneran kita kesini?”. Tidak ada penunjuk arah. Jalan setapak pun tidak ada. Hanya ada semak belukar, pohon-pohon besar, yang diantara itu hanya terbuka sedikit jalan cuma muat satu orang. Itu pun kaki kita harus membelah rerumputan yang tumbuh liar sepanjang jalan.
jalan masuk menuju Kali Kencana

Lima menit berlalu, masih “krik”. Sepuluh menit berlalu, ada satu kapal mendarat di dermaga. Dan tetap tidak ada satu orang pun diantara kami yang tahu jalan. Lima belas menit berlalu, kapal ketiga sampai dan hanya satu orang dari panitia yang ikut kapal. Ngobrol sana sini, diskusi muter-muter akhirnya kami sepakat mulai jalan pelan-pelan hanya dengan satu pemandu.

“Bismillah, semoga berangkat dan pulang selamat,” hanya itu doaku ketika mulai memasuki jalan menuju Kali Kencana. Dari yang tadinya “krik” moment, tiba-tiba jadi “syok” moment. Aku pikir jalannya hanya membelah rerumputan yang datar, tapi itu cuma dua meter dari dermaga. Setelah itu jalan menanjak, seperti mendaki gunung dengan tanah yang basah. Aku langsung mencari ranting pohon sebagai alat bantu. 
jalan menanjak di awal perjalanan

Sudah 10 menit berjalan, “Kuat, kuat, kuat. Aku pasti bisa. Ngga boleh nyerah. Ambruk. Apalagi pingsan.” Iya sih berangkatnya rame-rame. Tapi siapa juga yang mau nolongin. Kita semua juga cape jalan bawa badan sendiri. Sambil berharap ada yang istirahat jadi aku ikut berhenti istirahat juga. Emang sih, aku jalan di rombongan paling depan. Kalaupun mau istirahat di belakangku juga masih banyak orang. Tapi tidak ada yang aku kenal selain Bita dan rombongan depanku ini. Nanti kalau rombongan belakang juga ninggalin aku bagaimana? Di tengah hutan belantara? Oh, no.

jalan terus menembus semak-semak
Setengah jam lebih berlalu, jalan sudah mulai datar, tidak menanjak lagi. Tapi. Bentar. Sayup-sayup diantara suara kaki yang beradu dengan tanah basah terdengar suara yang di telinga masih asing. Pemandu yang cuma seorang diri itu memperingat supaya kami jarak jalannya rapat. Bulu kuduk agak berdiri mendengar suara itu. Clingak-clinguk ke arah suara juga percuma. Yang terlihat cuma pohon yang lebat dan menjulang tinggi.

emmm, gitu deh suaranya. hmmmm
Menembus rerumputan sudah, jalan licin menanjak sudah, suara aneh sudah, jembatan kayu sudah, jalan di tepian jurang sudah, nabrak ranting pohon yang menjalar ke bawah sudah, hampir terpelet sudah, sepatu nancep ketinggalan di lumpur juga sudah. Ngos-ngosan pasti, baju basah penuh keringat pasti, haus otomatis, kaki pegel belepotan penuh lumpur jelas. Kurang lengkap apa coba? Apa lagi nih yang belum? Belum sampai tempat tujuan lah pastinya.

Di tengah hampir putus asa tapi ngga boleh. Ya, masa sudah setengah jalan mau balik. Kaki terus melangkah walau yang penting bisa dilangkahkan. Tiba-tiba sebuah semangat timbul. Telinga ini mendengar sesuatu yang kali ini tidak asing. Suara air mengalir diantara bebatuan itu terdengar jelas. Segar seketika yang dirasa, padahal sejauh mata memandang sumber air itu belum terlihat. Suara air memang menenangkan, apalagi di tengah hutan yang masih asri seperti ini.

Dan benar saja, kami melewati sungai. Benar-benar jalan di tengah sungai. Tenang saja, sungainya kecil dan banyak batu besar. Jadi kita bisa berjalan di antara bebatuan atau kalau takut licin ya jalan di sungainya saja. Sungainya tidak dalam, paling 15 sampai 20 centimeter. Kami istirahat sejenak, duduk di bebatuan. Minum dulu, atur napas, cuci kaki yang belepotan penuh lumpur, tidak lupa selfie.
istirahat di sungai

Setelah lima menit istirahat, kami melanjutkan perjalanan. Menyusuri sungai, naik ke daratan, ketemu sungai lagi, ada air terjunnya kecil. Ada yang berhenti lagi, foto-foto, minum, ada juga yang lanjut. Aku memilih melanjutkan perjalanan. Kali ini jalannya mulai turun dan licin juga. Hanya saja lebih gelap karena pohon lebih rindang. Dan suara asing itu muncul lagi, lebih keras. Ya, Tuhan lindungi aku.

air terjun yang kecil
Tapi kami hanya diam dan tetap berjalan. Sambil berdoa dalam hati. “Syok” moment sudah lewat. Yang ada hati sudah mulai ikhlas dengan perjalanan, bersahabat dengan apapun itu yang ada di jalan. Sedikit berharap semoga lekas sampai tujuan.

Entah sudah berapa lama kaki ini melangkah. Sampai ketemu sungai lagi, pengin istirahat lagi. Tapi dikasih tau kalau 15 menit lagi sampai. Niat istirahat diurungkan dengan iming-iming “hampir sampai”. Jalan lagi, masih hutan. Tapi benar, baru jalan sebentar aroma asin air laut mulai tercium. Deburan ombak sudah mulai terdengar.

sungai terakhir

mulai terdengar deburan ombak
padang rumput sebelum pantai Kali Kencana
Akhirnya kami keluar dari hutan dan mendapati padang rumput yang luas denga pohon kelapa yang menjulang tinggi. Sejauh mata memandang padang rumput yang hijau belum terlihat pantainya. Tapi hati sudah senang sekali bagai punduk mendapatkan bulan. Dan, finally!!! Jreng, jreng, jreng. *drum roll*

Inilah pantai Kali Kencana.

Sampai di TKP langsung nggelosor, selonjoran. Kalau kakiku bisa ngomong mungkin dia lagi sujud syukur, “Alhamdulillah, akhirnya.” Tak cuma kaki sih, tapi sekujur badan. Aku buka tas ransel ungu hitam andalanku, ada satu pak roti isi 5 buah dan air minum dua botol. Bita masih memegang satu botol air mineral yang tinggal seperempat isinya. Ngemil roti sambil menikmati semilir angin pantai.

Pantai Kali Kencana ini menghadap langsung ke Samudra Hindia. Jadi tidak heran kalau ombaknya sangat besar. Kiri kanan pantai ada tebing dan batu yang besar, di tengah agak ke sebelah kanan juga ada batu besar menjulang ke atas. Tepian pantainya berpasir abu-abu, putih sekali tidak, hitam pekat pun tidak. Di samping kiri ada muara Kali Kencana, kalau mau berenang sebaiknya di muara saja yang airnya tenang. Muara ini adalah aliran sungai yang dari tadi kami lewati.
ombak yang besar menghantam batu karang

Muara Kali Kencana
salah satu batu karang di sebelah kiri Kali Kencana
salah satu batu karang di sebelah kanan Kali Kencana
Selesai cemal-cemil dan selonjoran, aku dan Bita mulai menyusuri pantai. Kami memang jalan beramai-ramai tapi semua anak memang sudah bergerombol dari awal. Jadi ya mainnya sama teman-teman segerombolannya sendiri-sendiri. Puas menyusuri pantai dari kiri ke kanan, main air, foto-foto, naik-naik batu karang tibalah waktunya pulang.

Masih dengan jalan yang sama seperti tadi dengan bekal yang tinggal sebotol air mineral untuk berdua. Bedanya setiap gerombolan mulai jalan sendiri-sendiri. Beberapa jalan sudah tidak begitu licin. Waktu tempuh jalan pulang terbilang lebih cepat, hanya 1,5 jam. Mungkin hati, pikiran, jiwa, dan raga sudah mulai menyatu dengan semesta.

Di jalan aku dan Bita ditemani 3 kawan dari Papua yang sudah lama tinggal di Cilacap. Sepanjang perjalanan ngobrol ngalor ngidul tentang Papua dan Cilacap. Mereka sempat bilang kalau aku takut dengan mereka, mereka akan diam. “Eh, jangan begitu lah kakak. Kita semua bekawan,” jawabku. Tidak masalah buatku berkawan dengan siapapun, bukankah kita semua sama-sama manusia. Kalau masalah orang jahat ataupun baik, itu yang salah bukan rasnya, sukunya, golongannya. Tapi pribadi setiap manusia itu sendiri yang membuat ia jahat. Sempat bertukar akun sosmed, tapi saat itu hapeku mati. Jadi belum sempat di add, aku pun agak lupa namanya.
kawan dari Papua

Sampai di dermaga yang tadi kami harus menunggu kapal. Jalannya 1,5 jam, nunggu kapalnya pun 1,5 jam. Hari sudah mulai sore. Matahari sudah mau pamit. Perut sakit. Badan lelah. Mata ngantuk. Pulang, cuma itu kata yang ada di kepala.



Tips perjalanan ke Kali Kencana:

  • Jangan pergi sendirian. Ini penting, kamu mau ilang di tengah hutan apa.
  • Pemanasan dulu sebelum berangkat untuk meminimalisir kram di kakimu.
  • Bawa bekal. Sepanjang perjalanan tidak ada penjual. Kemarin pas pulang beberapa teman ada yang akhirnya minum air sungai. Katanya sih seger-seger aja.
  • Pakai sepatu dan pakaian yang nyaman. Kemarin ada yang pakai high heels, duh mbak pikir hutan itu mall apa? Serius kemarin ada yang pakai heels. Aku tak tau nasib akhir mbak itu gimana.
  • Berdoa dan selalu berpikir positif. Karena penghuninya banyak, banyak yang begitu, ya begitulah, pokoknya begitu.

Translate

Popular Posts