Showing posts with label blog. Show all posts
Showing posts with label blog. Show all posts

Friday, December 30, 2016

Bahayanya Membuat Resolusi Tahun Baru



Akhir tahun mulai terasa. Detik-detik tahun yang baru akan segera tiba. Sudahkah kalian punya resolusi untuk tahun yang akan datang?

Resolusi menurut KBBI sebenarnya berarti putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tt suatu hal. Intinya resolusi itu hasil dari sebuah rapat. Tapi kita jarang mendengar hasil sebuah rapat disebut sebagai resolusi.

Sering kali kita mendengar resolusi dalam bidang fotografi, yang berarti menunjukkan jumlah pixel dalam sebuah foto yang dicetak.

Sedangkan resolusi yang sering dibicarakan orang ketika akhir tahun maksudnya adalah harapan, cita-cita, atau hal-hal yang ingin dilakukan di tahun berikutnya.

Saya sendiri sudah lama tidak membuat resolusi tahun baru. Dulu saya sering melakukannya, menuliskannya di buku catatan atau diary. Bahkan saya tulis begitu detail. Apa yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa penghalangnya, bagaimana cara mengatasinya?

Wednesday, December 14, 2016

Pertemuan Karena JNE Setelah Penantian Bertahun-tahun



Asiiiikkkk, ngeblog lagi! *lompat-lompat*

Ku seneng banget Mamih ngijinin ku nulis lagi di blognya. Setelah kemarin bantuin nulis buat lomba blog dan ngga menang. *horayyy! Sukurin!* Sekarang ku cuma pengin nulis aja, ngga ngarepin apa-apa lagi deh.

Cerita apa ya? Hmmm, cerita dari pertama aku diuwel-uwel, dililit-lilit, kemudian lahir aja kali, ya.

Jadi, yang bikin aku itu Tante Kiki orang Surabaya. Orangnya jago banget urusan amigurumi, rajut-merajut, pokoknya yang urusannya sama benang deh. Banyak teman-temanku yang jadi lucu-lucu di tangan Tante Kiki. Ku cuma bisa pasrah waktu Tante Kiki merangkai ku, tusuk demi tusuk. Tusuk sana-tusuk sini, lilit sana-lilit sini, sambung sana-sambung sini.

Setelah selesai, Tante Kiki memasukkan ku ke sebuah kardus snack. Tanpa menyertakan snack-nya. Jahat banget ih, dia pikir ku ngga laper apa. Udah gitu kardusnya kecil, kan sempit. Ku cuma bisa diem dalam kardus.

Entah mau dikirim ke mana? Ke siapa? Ku ngga tau. Dari balik kardus ini, ku cuma bisa mengintip. Ku sedang ada di ribuan paket yang sama seperti kardusku ini. Ada yang gepeng lempes, kotak item empuk. Ada yang kecil-kecil kaya ku. Wow, ada yang gede banget. Sumpeh itu gede banget, segede orang. Mungkin isinya orang dipaketin.

Tante Kiki melambai-lambaikan tangannya, ketika ku mulai masuk ke mobil. Bye, Tante Kiki, semoga kita bisa ketemu lagi, ya. Seketika itu mata ku basah. Ini siapa yang olesin balsem sih? Perih. Lagian ku kan bukan tukang mabok. Ku bisa tahan sehat selamat sampai tujuan kok.

***

Ku laper. Ku pusing. Ku kaget. Entah siapa yang teriak, cempreng banget suaranya. Sampai ku kebangun dari tidur ku. Ku ngga tau udah berapa jam cuma bisa diem dalam kardus ini. Yang pasti ku sudah pergi jauh dari Surabaya.

Begitu kardus ku terbuka, “Aaaaaaa!”
                                                                                                                               
“Aaaaaaa! Akhirnya kamu dateng juga,” saya berteriak begitu melihat isi kardus snack yang sudah saya tunggu dua hari ini.

Akhirnya bocah ini datang juga.
Kero, si kecil yang lucu, punya sayap tapi tidak bisa terbang. Saya memutuskan untuk mengadopsinya sekitar tiga bulan yang lalu. Sebenarnya keinginan itu sudah ada sejak saya masih duduk di bangku kelas 5 SD.

Waktu itu teman sebangku saya, Uli, memang orang yang senang membaca. Dia punya banyak sekali buku dan komik. Salah satunya komik dari Jepang yang berjudul Cardcaptor Sakura. Kalian yang lahir tahun 90-an pasti tidak asing dengan komik ini. Dan tentu mengenal karakter Kero. Makhluk kecil yang bangun dari “tidurnya” karena Sakura membuka buku yang berisi clow card.

Berbekal iseng ingin mengenang masa-masa indah waktu kecil. Pencarian pun dimulai untuk menemukan si Kero ini. Ada beberapa pilihan sebenarnya, tapi akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada amigurumi buatan Mbak Kiki.

Karena handmade, saya harus menunggu tiga hari untuk pembuatan Kero. Tepat di hari ketiga Mbak Kiki mengabari, si Kero sudah dipaketkan dengan JNE. Hati saya terasa berpacu dalam melodi, senang riang nan gembira menanti si kecil mungil yang sudah saya inginkan sejak lama.

Satu hari berlalu, saya mulai khawatir si kecil ini nyasar tidak tahu jalan. Akhirnya saya hubungi mbak-mbak CS via telepon. Ternyata si Kero sudah ada di rumah tetangga. Iya, tetangga saya ini ternyata agen JNE di kampung saya.

Wohooo!

Tahu begini saya tidak perlu repot-repot lagi kalau dapat paketan via JNE. Maklum kampung saya jauh dari pusat kota. Kalau lewat jasa pengiriman lain bisa lama sampainya. Walaupun sudah pakai paket yang kilat. Untung tetangga saya ini orangnya enakan. Karena tetangga saya ini pasti langsung menghubungi saya begitu paket sampai.

Setelah paket si Kero datang, paket-paket lain hasil endorse akun sebelah pun semakin mudah berdatangan. Apalagi paket dari akun sebelah seringnya makanan yang diwajibkan harus segera sampai. Sebelum remuk, sebelum basi, dan sebelum dimakan sama mas-mas kurirnya. Hahaha.

“Apa, Mih? Makanan? Mana, Mih? Ku laper!!!” si Kero tampaknya selalu antusias kalau urusan makanan.

“Heh, bocah makanan mulu yang dipikirin!” saya membentak Kero dengan lirikan tajam.

“Habisnya Tante Kiki sih ku dimasukin ke kardus snack. Tapi ngga ada snack-nya. Mih, lah. Mamiiiiihhhh, kuuuu laperrrr!!!” rengek si Kero, memelas seperti anak kecil.

“Berisik deh. Tau kamu berisik begini kemarin Mamih paketin lagi aja mumpung lagi HARBOKIR.”

“Harbokir?!? Apaan itu, Mih? Semacam donat, ya?”

“Hadeh, ini bocah makanan mulu yang dipikirin,” saya menggelengkan kepala, heran kenapa ini anak seneng banget makan. “Harbokir itu Hari Bebas Ongkos Kirim. Kamu pernah jadi paket kan?”

“Iya, pernah, Mih. Woh, paketan kaya ku dulu itu ternyata banyak banget tau. Ku liat sendiri, Mih. Kaya gunung.”

“Nah, di harbokir kemarin tanggal 26-27 November 2016, paketan yang kamu bilang kaya gunung itu gratis ongkos kirim ke 55 kota besar seluruh Indonesia. Cilacap juga masuk dalam 55 kota itu. Harbokir ini dalam rangka ulang tahun JNE yang ke-26. Kan lumayan kalau kamu Mamih paketin lagi. Mamih jadi ngga perlu pusingin ongkos kirimnya.”

“Maksudnya? Ku mau dibuang, gitu?! Jahatnyaaaa!!!!” anak ini kini bukan hanya merengek tapi menangis bercampur teriak.

“Makanya pikiranmu itu jangan makan melulu. Kerja kek, biar dapet duit yang banyak. Jadi terserah mau makan apa pun yang kamu mau.”

“Iya, deh. Nanti aku cari uang yang banyak.”

“Oia, nanti kalau kamu pesen makanan online. Jangan lupa kirimnya pakai JNE Express, ya?”

“Emang kenapa mesti pakai JNE Express, Mih?”

“Ya biar cepet, donk. Kalau pesen makanan kan harus cepet sampai.”

“Okelah. Tapi ku jangan dibuang, ya Mih?"

“Ya, ngga akan lah. Kan harbokirnya juga udah lewat. Kalau Mamih mau buang kamu, Mamih juga ngga mau rugi kali.”

“Dih, dasar emak-emak pelit!”

“Ngomong apa kamu?!”

“Ngga ngomong apa-apa kok. Ku sayang Mamih. Kiss kiss!”

Saya dan Kero yang tukang makan
Walau anak ini memang menyebalkan, tapi dialah sumber bahagiaku. Terima kasih, Nak. Kamu sudah datang di kehidupan Mamih, “Mamih juga sayang kamu, Nak. Kiss kiss.”
Ikuti lomba blog cerita baik bersama JNE.

Tuesday, November 29, 2016

Pantai Di Cilacap Part 4: Bersepeda Pagi Ke Pantai Bunton



“Mba, besok pagi sepedaan, yuh,” kata Mamah di malam minggu yang pahit ini.

Malam di mana muda-mudi seusiaku sedang berhaha-hihi di pojok sebuah cafe. Entah ada gunanya atau tidak, yang penting eksis dulu. Agar tidak terlihat merana. Aku? Mana bisa nongkrong di malam minggu.

Bukan hanya karena status yang menyakitkan itu. Tapi nongkrong di dekat tempat tinggalku, itu cuma bisa dengar jangkrik main gitar akustik. Atau paduan suara dari kodok yang nongkrong di pojok-pojok sawah. Yang paling aku suka hanya nyanyian angin sunyi, di mana bisikannya selalu menenangkan.

“Mba,” Mamahku memanggilku lagi untuk meyakinkan kalau anggukan kecil yang aku berikan benar-benar jawaban, iya.

“Emmmm, ya,” suaraku keluar dengan malasnya.

“Kamu itu perlu sepedaan, keluar rumah biar sehat. Kalau di ... .”

“Iya, besok sepedaan,” kali ini aku cepat menyahut karena benar-benar malas mendengar ocehan Mamahku. Yang semakin dibiarkan semakin menjadi-jadi.
Sepeda yang aku pakai pagi ini.

Tuesday, May 31, 2016

Yuk, Kita Nabung!



Bang bing bung yuk kita nabung
Bang bing bung yuk jangan dihitung
Tau tau kita nanti dapat untung

Sebagai anak 90-an yang berbahagia tentu saya tidak asing dengan sepenggal lagu diatas. Lagu yang mampu menyihir saya waktu kecil sehingga senang menabung. Masih terasa hangat di ingatan saya, ketika pertama kali berusaha untuk menabung. Waktu itu tujuan menabung agar bisa membayar SPP. Untuk anak kelas 1 SD kegiatan tersebut sangatlah langka. Dengan uang saku Rp. 200,00 saya sisihkan Rp. 100,00 untuk menabung. Dan saya catat setiap harinya.

Saya kecil memang berbeda dengan anak lain untuk urusan uang. Teman seusia saya kala itu tidak ada yang memiliki budaya menabung. Mereka tinggal merengek ke orang tuanya untuk mendapatkan sesuatu. Apalagi saya sampai mencatat tabungan itu setiap hari. Dengan kolom keluar masuk yang entah mengapa sudah saya mengerti di umur semuda itu. Saya sendiri juga heran, mengapa ketika saya kecil sudah punya pemikiran seperti itu. Kebiasaan itu pun berlanjut sampai pada saat ini. Bila ingin sesuatu, ya harus menabung dulu.

Thursday, May 5, 2016

Yuk, Kita Meriahkan International Musi Triboatton 2016!



Katanya air tenang menghanyutkan, bohong, justru pelaut akan mudah berlayar kalau airnya tenang.
Katanya air beriak tanda tak dalam, bohong, disitulah banyak ikan berdatangan, rejeki untuk para nelayan.

koleksi foto pribadi
Pada dasarnya semua hal ada manfaatnya. Mau yang berarus tenang (flat water) ataupun berarus deras (white water) sama baiknya. Apalagi kalau diberi sentuhan kreatifitas, seperti Sungai Musi yang berada di Provinsi Sumatra Selatan. Sungai dengan panjang 750 km ini mulai tanggal 11-15 Mei 2016 akan mengadakan International Musi Triboatton (IMT) 2016. Penyelenggaraan IMT ini sudah memasuki tahun kelima. Awalnya diselenggarakan pada tahun 2012, kemudian menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya.

Apa itu International Musi Triboatton?
Namanya international, berarti event ini berskala international. Ada 20 tim yang akan memeriahkan IMT 2016, baik dari luar negeri ataupun dalam negeri. Mereka ada yang datang dari Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, Filipina. Dan tim dari Indonesia sendiri ada yang dari Sumatera Selatan, Aceh, Jambi, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Lintasan yang akan dilalui peserta sejauh lebih dari 500 km, tentunya semuanya berada di Sungai Musi. Melewati empat kabupaten dan satu kota, perlombaan ini akan dibagi menjadi lima etape.

Peta International Musi Triboatton, sumber foto kompas.com
Etape pertama  berlangsung tanggal 11 Mei 2016 ini akan menempuh jarak 35 km. Kegiatan dimulai di Kabupaten Empat Lawang tepatnya di Desa Tanjung Raya, Kecamatan Pendopo Barat. Lokasi untuk estafet pertama ada di Desa Ulak Mengkudu tepatnya di Lapangan SDN 14 Empat Lawang dan  finish di Jembatan Kuning, Tebing Tinggi.
Etape kedua yang dilaksanakan tanggal 12 Mei 2016 ini jaraknya empat kali lipat dari etape pertama, yaitu 140 km. Lokasi etape kedua ini berada di Kabupaten Musi Rawas. Dimulai dari Tebing Tinggi dan berakhir di Muara Kelingi.
Etape ketiga berada di Kota Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin diselenggarakan pada tanggal 13 Mei 2016. Kabupaten Musi Banyuasin ini adalah tuan rumah IMT 2016. Pembukaan IMT akan dilakukan di Gelanggang Remaja, Sekayu. Jarak yang ditempuh peserta di etape ketiga lebih jauh lagi yaitu 165 km.
Etape keempat dimulai dari Dermaga Pangumbuk, Kabupaten Banyuasin. Jarak yang ditempuh peserta sejauh 108 km. Tentunya etape keempat ini dilaksanakan di hari berikutnya, yaitu 14 Mei 2016
Etape terakhir sekaligus menjadi penutupan IMT berada di Kecamatan 10 Ulu, Kota Palembang. Dalam penutupan IMT 2016 jarak yang ditempuh peserta sejauh 75 km. Di etape terakhir ini peserta akan melewati Jembatan Ampera. Saya jadi membayangkan Jembatan Ampera penuh dengan lautan manusia seperti saat GMT yang saya saksikan lewat televisi.

Ada tiga jenis perahu yang akan digunakan peserta untuk menyusuri Sungai Musi, yaitu kayak, river boat, dan traditional boat racing (TBR). Dengan adanya tiga perahu itulah kenapa nama event ini triboatton. Tri = tiga, boat = perahu, ton = maraton. Tiga perahu yang dilombakan secara maraton. Ini yang membuat IMT unik, karena belum ada perlombaan yang menggunakan tiga perahu sekaligus dalam sebuah perlombaan. Perlombaan lain paling hanya satu saja.

sumber foto @pesonasriwijaya

IMT ini tidak hanya bermuatan olahraga tetapi juga untuk meningkatkan pariwisata di sekitar Sungai Musi. Setiap kabupaten dan kota yang menyelenggarakan IMT memiliki objek wisata lainnya yang bisa kita kunjungi. Di Kabupaten Empat Lawang ada Air Terjun Tujuh Panggung yang memiliki bebatuan bertingkat seperti panggung dialiri air yang jernih. Sedangkan di Kabupaten Musi Rawas ada Air Terjun Batu Ampar yang memiliki aliran air yang rapat sehingga mirip tirai.

Atau kalau mau menyaksikan pembukaan IMT di Kabupaten Musi Banyuasin, bisa sekalian ke Danau Ulak Lia yang juga terletak di Sekayu. Masih kurang puas? Di Kabupaten Banyuasin kita bisa berkunjung ke Taman Nasional Sembilang yang merupakan kawasan konversi hutan mangrove. Apalagi kalau menyaksikan IMT saat penutupan di Kota Palembang, sudah pasti akan melihat landmarknya Palembang, Jembatan Ampera. Atau bisa berwisata sejarah dengan datang ke Benteng Kuto Besak.

Seru kan? Yuk, kita ke Sumatera Selatan menjadi saksi kemeriahan IMT dan menikmati pesona wisata yang lainnya. Untuk saya ada alasan pribadi kenapa ingin menyaksikan IMT 2016 ini. Misi yang pertama, saya ingin menjadi suporter. Dari daftar peserta IMT 2016 ada tim dari Jawa Tengah di situ. Saya sebagai masyarakat Jawa Tengah ingin mendukung tim dari daerah saya sendiri. Tahun 2013 lalu saya pernah rafting di Pikas, Banjarnegara. Pendamping saya waktu itu adalah atlet rafting, jadi kemungkinan mereka yang akan mewakili Jawa Tengah di cabang rafting.

tim rafting dari Jawa Tengah
Misi kedua, saya ingin mempelajari bagaimana IMT ini bisa menjadi ikon sport tourism. Seperti yang dikatakan Menteri Pariwisata, Bapak Arief Yahya dalam Launching IMT 2016 pada tanggal 7 April 2016 di Balairung Soesilo Soedarman Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata. Beliau mengatakan bahwa IMT ini adalah contoh sport tourism di Indonesia.

Di kota tempat saya tinggal, yaitu Cilacap, setiap tahun juga diselenggarakan lomba perahu naga di Teluk Penyu. Saya harap saat menyaksikan IMT nanti ada ilmu yang bisa saya bawa pulang. Sehingga dapat ikut serta mengembangkan lomba sejenis IMT di daerah saya. Tentunya kalau mau menerapkan sistem IMT di Cilacap tidak bisa sepenuhnya terwujud. Karena keadaan geografis yang berbeda.

Misi ketiga adalah penasaran. Saat menyaksikan lomba perahu naga di Cilacap saja sudah seru. Bagaimana IMT nanti yang skalanya international? Pasti lebih seru. Semangat mereka satu tim dalam perahu membuat yang melihat ikut semangat. Ada yang bertugas menabuh gendang, mendayung, dan memimpin tim. Semua bersemangat seiring dengan yel-yel yang mereka teriakan. Saya penasaran bagaimana kalau peserta dari luar negeri meneriakan yel-yel mereka.

Lalu bagaimana denganmu? Yuk, kita ke Sumatera Selatan bareng. Mau menyaksikan kemeriahan IMT 2016 atau hanya sekedar ngobrol sambil makan pempek di restoran apung di Sungai Musi. Ditambah mengukir kenangan menikmati sunset sambil menyusuri Sungai Musi juga boleh.
sunset di Sungai Musi, sumber foto @pesonasriwijaya

Ayo ikut lombanya, siapa tahu kita bisa ketemu.



Saturday, July 18, 2015

Di Balik Sucinya Idul Fitri

Semua orang tahu Idul Fitri adalah hari kemenangan. Pertanyaannya kemenangan untuk siapa? Apakah mereka yang punya THR banyak, baju baru, makanan yang enak-enak, kumpul dengan keluarga besar? Haruskah itu semua? Apakah semua itu menjamin kebahagiaan? Kalau tidak ada semua itu akankah dunia runtuh? Satu tahun menjalani aktifitas sampai ada yang harus meninggalkan keluarga jauh-jauh ke negeri orang. Moment berkumpul dengan keluarga dianggap sangatlah berarti. Kegembiraan dan kecerian diimpikan setiap orang. Mimpi tentu saja ada yang menjadi nyata dan ada juga yang terbingkai indah menjadi mimpi.

Kata seorang anak laki-laki satu-satunya yang bekerja mengecek karcis tiap penumpang di kereta,
"Harus nahan haru. Soalnya aku liat langsung mereka yang mau mudik, kumpul dengan keluarga. Sedangkan aku harus tetap di atas kereta, mendengar mereka telepon dengan keluarganya. Memberi kabar sudah sampai mana dan biasanya minta jemput. Ada juga yang pesan ingin dimasakkan opor ayam dengan sambal bajak. Sambal bajak Emak paling enak yang pernah lidahku rasakan. Aku kangen Emak. Walaupun THRku aku beri semua ke Emak dan dia bilang dia senang dengan suara yang tampak gembira. Tapi aku tahu setelah menutup teleponku dia pasti menangis. Aku tahu itu karena Emak tidak bisa menggunakan HP dengan baik, harus aku yang menutup telepon baru itu benar-benar mati teleponnya."

Tuesday, May 26, 2015

Jurusan Saat Kuliah Yang Setelah Lulus Kerjaanya Ditikung Teman

Kamu yang kuliah pasti sebagian besar berharap nanti pas lulus bisa kerja sesuai dengan jurusan sewaktu kuliah. Nyatanya banyak kerjaan yang diisi oleh orang-orang yang tidak sesuai dengan pendidikannya sewaktu kuliah. Tidak hanya gebetan, kerjaan juga bisa ditikung sama teman. Teman satu jurusan atau bahkan temannya teman teman yang tetanggan sama teman yang ternyata saudaraan sama temannya teman yang tadi itu. Ribet ya? Iya, ribet kaya cintamu. Ngga percaya ini contohnya:

Monday, January 19, 2015

Tulisan Yang Pasti Dibaca

Setiap tulisan yang di share ke publik entah itu di media sosial, blog, ataupun dalam bentuk buku. Pasti akan menimbulkan feedback yang positif ataupun negatif. Itu semua tergantung isi dari tulisanmu. Tulisan yang berdampak entah itu positif ataupun negatif pasti bermula dari tulisan yang di baca. Itu berarti kalaupun tulisanmu banyak dibaca belum tentu tulisanmu bagus. Bisa jadi justru banyak celaan.

Translate

Popular Posts